Rachel Amanda Gabriel terpaksa harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya tengah hamil seorang anak akibat dari satu insiden dengan Andreas Putra Anderson yang merupakan seorang pria yang sangat ambisius dan gila akan harta. Andreas yang mengetahuinya, mencoba untuk memanfaatkan situasi untuk menikah dengan Rachel untuk memenuhi persyaratan dari ayahnya agar bisa mendapatkan semua warisan dari ayahnya. Hidup Rachel selalu berada di bawah tekanan dan paksaan. Ibunya, Amanda Arabel, selalu memaksa Rachel untuk melakukan semua kehendaknya. Rachel hidup tanpa kasih sayang dan cinta dari seorang ibu. Dan bahkan ketika menikah dengan Andreas pun, Rachel masih tidak bisa mendapatkan cinta dari suaminya. Tidak bisakah Rachel hidup sesuai dengan keinginannya? Apakah pernikahan yang hanya untuk sebuah warisan ini bisa bertahan? Dan apakah Rachel bisa hidup tenang dan bahagia bersama anaknya?
View More“Jahat sekali kau membuatku menunggu selama seharian!”
Rachel memukul dada bidang Andreas dengan tangan kecilnya dan tak lama Rachel langsung memeluk tubuh Andreas dan membenamkan wajahnya meskipun tubuhnya hanya mampu menggapai sampai area dada.
“Kamu jauh lebih jahat karena meninggalkanku waktu itu. Aku sangat terpuruk dan hidupku seolah hancur. Kamu bisa ambil semuanya dariku asalkan jangan pergi lagi meninggalkanku!” lirih Andreas kemudian menempelkan ujung bibirnya di kening Rachel dan meninggalkan kecupan manis di sana. Tangannya bergerak untuk meraih badan kecil Rachel dan membalas pelukan dari Rachel.
Di tengah banyaknya orang yang sedang sibuk menari, di bawah kerlap-kerlip lampu disco yang menyamarkan penglihatan dan suara dentuman musik yang sangat keras. Rachel dan Andreas tidak peduli dengan itu semua, keduanya hanyut dalam hangatnya pelukan. Nyaman.
Butuh waktu lama untuk keduanya berada dalam posisi saling berpelukan, sampai akhirnya Andreas melepaskan pelukan dan bergegas menarik tangan Rachel untuk pergi menjauh dari tempat berisik itu.
“Kamu akan membawaku kemana?” tanya Rachel penasaran.
“Ke tempat yang sering kita kunjungi dulu.” Andreas terus melangkah dengan tangannya masih menggenggam tangan Rachel.
Tubuh Rachel berjalan dengan sempoyongan akibat pengaruh alkohol yang diminumnya sebanyak 7 gelas saat berada di bar. Cahaya-cahaya lampu yang terang membuatnya mengernyitkan mata karena masih harus beradaptasi untuk bisa melihat keadaan sekitar. Pikirannya masih dipenuhi dengan rasa penasaran, akan dibawa kemana oleh pria yang berada di hadapannya ini. Namun entah mengapa, nyaman sekali berada di dekat Andreas sehingga Rachel terus melangkahkan kakinya mengikuti instruksi dari Andreas.
Langkah mereka terhenti di pinggir jalan.
Terlihat sudah sedikit kendaraan yang berlalu-lalang karena waktu sudah menunjukkan tengah malam di mana orang-orang akan lebih memilih untuk beristirahat daripada menelusuri jalanan malam. Udara juga terasa sangat dingin dan terasa menusuk kulit. Rachel yang menggunakan dress satin berwarna biru tua dengan aksen pita seukuran lututnya merasakan tubuhnya sudah hampir kedinginan. Andreas yang melihat Rachel kedinginan segera memeluknya dengan hangat. Andreas tidak ingin wanitanya ini merasa kedinginan ketika berada di sampingnya.
"Tunggu sebentar lagi. Pasti masih ada taksi yang melewat," ucap Andreas yang memerhatikan Rachel dan bergegas melihat ke arah jalan karena takut akan melewatkan taksi yang sedang ditunggu
Selang beberapa waktu, mobil dengan tulisan 'taksi' akhirnya mulai terlihat dan langsung berhenti. Andreas kemudian masuk dan diikuti Rachel setelahnya.
“Hotel Harmoni,” ujar Andreas ke supir taksi itu langsung ke titik lokasi yang dituju. Tanpa bertanya dan paham akan situasi seperti ini, supir taksi itu langsung tancap gas pergi ke tempat sesuai instruksi dari penumpang.
Andreas langsung membenamkan wajahnya di bahu Rachel. Keduanya masih larut dalam kondisi mabuk. Mereka tertidur selama di perjalanan dan tangan yang saling berpegangan dengan erat.
Hotel Harmoni? Bukankah ini pertama kalinya mereka pergi ke tempat yang seperti ini? Dalam batin Rachel
Rachel yang masih dalam keadaan mabuk tidak terlalu memikirkan tempat yang akan ditujunya saat ini. Semuanya tidak masalah ketika dia bersama dengan pria yang dicintainya
***
Rachel dan Andreas sudah sampai di kamar hotel dengan penampilan yang sangat mewah nan ekslusif. Dekorasi yang elegan, ruang lobi yang lapang serta interior berwarna cream yang dipadukan dengan warna putih dan cokelat menciptakan suasana nyaman dan istimewa sejak pertama kali memasuki hotel.
Pelayan memandu Rachel dan Andreas yang terlihat masih dalam keadaan mabuk dan berjalan dengan sempoyongan. Dan akhirnya mereka sampai di kamar yang bertuliskan nomor kamar 105.
"Selamat beristirahat." Pelayan itu berkata dengan membungkukkan sedikit badannya ke arah Rachel dan Andreas kemudian pergi meninggalkan mereka.
Saat tiba di dalam kamar, Andreas langsung menyergap tubuh Rachel dan memeluknya dengan erat. Keduanya hanyut dalamm pelukan.
“Aku sangat mencintaimu Scarlet,” bisik Andreas di telinga Rachel
Scarlet? Dalam batin Rachel. Itu bukanlah namanya
Pikiran Rachel berusaha untuk mencerna situasi sekarang. Dadanya mulai terasa sesak karena nama perempuan yang disebutkan oleh Andreas. Matanya berusaha untuk melihat dengan jelas. Sampai akhirnya Rachel mulai tersadar dari keadaan mabuknya meskipun belum pulih sepenuhnya.
Hotel? dalam batin Rachel
Tama tidak pernah membawanya ke hotel sebelumnya.
Tubuh Rachel dan Andreas masih menyatu satu sama lain. Rachel belum bisa melihat wajah pria yang sedang memeluknya erat ini. Rasa penasarannya semakin tinggi kemudian Rachel meraba dan berusaha merasakan tubuh Andreas
Tubuhnya tinggi dan kekar. Rasanya tubuh Tama tidak setinggi dan sekekar ini.
Dan betapa terkejutnya Rachel ketika sadar bahwa pria yang di hadapannya ini bukanlah Tama – pria yang membuatnya sakit hati hari ini.
“Kamu bukan Tama!” Rachel berusaha melepaskan diri dari pelukan Andreas
“Siapa Tama? Apakah pria itu yang membuatmu meninggalkanku? Apa hebatnya dia?” ucap Andreas yang ternyata masih dalam keadaan mabuk dan belum tersadar dengan situasi yang sebenarnya
Rachel mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Andreas. Namun, tubuh Rachel kalah besar dengan besarnya tubuh Andreas. Andreas tidak mau melepaskan Rachel dan bahkan pelukannya semakin erat.
“Biasanya kamu tidak sepemberontak ini. Apakah memang kamu sudah tidak mencintaiku lagi?” ujar Andreas dengan mempertahankan posisinya memeluk tubuh Rachel yang bisa dikendalikan karena kecil
Rachel sangat tidak paham dengan maksud Andreas. Siapa sebenarnya pria yang sedang menyergapnya ini. Dan siapa wanita yang bernama Scarlet yang disebutkan pria ini. Namun, pertanyaan itu semua harus Rachel kesampingkan. Yang harus dipikirkannya sekarang adalah bagaimana Rachel bisa lolos dan pergi dari pria ini.
Wajah Andreas turun ke leher Rachel. Ditelusurinya setiap inci leher Rachel dengan kecupan ganas. Gairah dan nafsu Andreas sudah berada di ubun-ubun sekarang. Tidak bisa dibendung lagi.
Setelah puas dengan kecupan di leher, kemudian beralih ke bibir merona milik Rachel. Bibir Rachel langsung disergap dengan sangat ganas dan menimbulkan luka dan darah di sana.
“Tolong hentikan!” teriak Rachel yang beronta dan berusaha untuk kabur
Sia-sia Rachel berteriak karena Andreas tidak memperdulikannya
Rachel tidak bisa dikendalikan dan semakin memberontak, akhirnya Andreas bersikap dengan kasar. Andreas langsung membawa tubuh Rachel ke atas ranjang dan mengunci tubuh Rachel agar tidak bisa bergerak dan memberontak
“Ada apa denganmu? Biasanya kamu yang merayuku, hah?”
Dengan kaki yang menghimpit tubuh Rachel, Andreas dapat dengan mudah untuk membuka bajunya dan membuka paksa tubuh Rachel untuk ikut juga menanggalkan baju.
Rachel tidak berdaya, tubuhnya lemas karena kuatnya tubuh Andreas. Tidak disangka tiba-tiba air matanya mengalir deras. Kesuciannya harus direnggut oleh pria yang tidak dicintainya dan bahkan tidak dikenalnya.
“Jangan menangis. Kamu milikku malam ini,” ucap Andreas dengan gagah dan langsung menyergap tubuh Rachel dengan nafsu yang membara
Rasa sakit mendera tubuh Rachel. Kenyataan pahit ini benar-benar menimpa dirinya. Harapannya hanya satu sekarang. Semoga dirinya tidak bisa bangun di esok hari.
Jam menunjukkan pukul 06.50, matahari sudah meninggi dan menembus tirai kamar Rachel yang setengah tertutup. Dengan terburu-buru Rachel memoleskan make up tipis tipis di wajahnya kemudian langsung menyambar baju batik yang tergantung di dalam lemari - hari ini hari Kamis, jadwalnya guru memakai seragam batik.Biasanya Rachel pergi kerja sekitar pukul 06.00 atau paling lambat pukul 06.30, tetapi hari ini Rachel bangun kesiangan. Mungkin karena efek lelah tubuhnya setelah kemarin-kemarin banyak menangis. Matanya juga terlihat masih sedikit sembab hari ini. Rachel juga agak was-was saat nanti datang ke sekolah. Selain karena dia akan telat saat masuk jam absen, Rachel juga lupa meminta izin hari kemarin saat tidak masuk sekolah. "Bisa habis kena marah Pak Irwan nanti." ucap Rachel sambil bergegas mengambil tas di atas meja.Saat hendak keluar kamar, Rachel dicegat oleh Sarah untuk menyuruhnya sarapan terlebih dahulu."Duduk dulu di meja makan, kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat"
Di sebuah rumah sakit dengan pelayanan ekslusif di mana Anderson dirawat dan berada di kamar VIP namun tampak lebih seperti kamar hotel mewah daripada ruang perawatan. Dindingnya dilapisi cat berwarna krem lembut, memberi kesan tenang dan nyaman. Jendela besar di salah satu sisinya membiarkan cahaya alami masuk, memandikan seluruh ruangan dengan sinar matahari yang hangat. Di tengah ruangan, Anderson terbaring di tempat tidur rumah sakit berteknologi tinggi dengan seprai putih bersih terhampar rapi. Wajah Anderson nampak pucat, nyaris tanpa warna. Pipinya tampak lebih cekung dari biasanya, kulitnya tertarik kencang ke tulang-tulang wajah yang menonjol, memberikan kesan lelah yang begitu mendalam. Rambutnya yang hitam dan sebagian beruban kini sudah mulai menipis di beberapa bagian. Namun, hari ini, rambut itu masih tergerai rapi. Anderson sang penguasa di dunia bisnis kini terkapar lesu di ranjang rumah sakit. Kesannya akan sikap yang angkuh dan berani kini mulai memudar. Sorot mata
“Baguslah akhirnya kamu datang sebelum Ibu suruh." ucap Eveline terdengar seperti menantikan kehadiran anaknyaRachel mengernyitkan keningnya.Ada apa ibu ingin menemuiku? batin RachelTidak biasanya Eveline meminta Rachel untuk datang. Hatinya mulai tidak tenang. Pasalnya, saat Rachel berada di rumah, Eveline tidak pernah peduli dengan kehadiran Rachel. Eveline hanya akan berbicara ketika ada sesuatu penting yang perlu dibicarakan. Selain itu, Eveline dan Rachel tidak pernah sengaja untuk mengobrol."Bagaimana keadaan Ibu?" tanya RachelRachel mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Rachel masih peduli akan kondisi ibunya karena itulah tujuannya datang kesini."Ibu sudah memilih orang yang tepat untuk menjadi suamimu. Kalian akan menikah bulan depan." ucap Eveline langsung duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Rachel.Bak disambar petir di tengah badai. Sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Dunia seakan berhenti berputar. Dadanya mulai terasa sesak, seperti ada sesuatu yang b
Rachel, Sarah dan Arkan sudah berteman sejak mereka masih menginjak bangku sekolah SMP. Mereka bisa dekat karena berada dalam satu ekstrakulikuler yang sama. Ketiganya semakin dekat dan bahkan sampai sekarang. Arkan merupakan sosok yang mampu membuat siapa pun di sekitarnya merasa nyaman. Arkan akan hadir sepenuhnya ketika Rachel dan Sarah meminta bantuan. Tangannya siap untuk membantu dengan cara apa pun yang dibutuhkan. Sama halnya dengan Arkan, Sarah merupakan sosok yang kehadirannya membawa rasa aman untuk Rachel, seperti pelukan hangat di tengah badai. Sebuah kasih sayang dari seorang ibu yang tidak pernah Rachel dapatkan, akhirnya bisa Rachel dapatkan dari seorang Sarah. Tampak jelas dalam caranya merawat dan memperhatikan Rachel. Ia tahu persis kapan Rachel membutuhkannya. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya SarahTerlihat sangat jelas kekhawatiran Sarah terhadap keadaan Rachel. Jika diizinkan, Sarah rela untuk menerima sebagian beban yang ditanggung oleh Rachel. Bahkan S
“Maaf aku belum bisa menerimamu sebagai ayah untuk anakku” ucap Rachel. Pandangannya terus menatap ke bawah. Tidak berani dan bahkan merasa jijik untuk melihat wajah Andreas.“Apa yang membuatmu tidak yakin?” tanya Andreas penasaran. Tidak seperti Rachel, Andreas terus menatap ke arahnya dan mengharapkan sebuah jawaban.Rachel masih belum bisa menjawab pertanyaan Andreas. Pikirannya juga masih berkutik mencari jawaban dan mencari alasan. Pikirannya berusaha berlari kesana kemari tapi tak kunjung ada hasil.Rachel membisu untuk waktu yang cukup lama. Andreas mulai geram. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk satu kalimat jawaban dari Rachel.“Aku tidak bisa menunggu lama. Katakan saja apa yang kamu inginkan. Mari kita buat kesepakatan” Pandangan Andreas sekarang beralih ke jam tangannya. Memeriksa waktu karena akan ada meeting hari ini.Pria gagah nan berkarismatik ini tidak bisa menyia-nyiakan waktunya hanya untuk mendengarkan dan melihat ketidakseriusan seorang perempuan yang tidak p
Andreas berhasil menarik keluar Rachel menjauh dari jangkauan Sarah dan Arkan. Lalu membawanya pergi ke suatu tempat. Saat berada di dalam mobil, suasananya hening tanpa suara. Hanya terdengar suara deruan nafas yang beradu dengan suara kemacetan jalan. Keduanya fokus memalingkan wajah satu sama lain. Belum ada yang berani untuk memulai sebuah percakapan. Baik Rachel maupun Andreas, keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Tidak jauh dari klinik kehamilan tadi, Rachel dan Andreas sudah tiba di sebuah cafe yang bernama Elysian Elegance. Sebuah tempat yang menggabungkan antara keanggunan dan keaslian alam. Tempat ini memancarkan aura elegan yang diimbangi dengan elemen alam yang menenangkan. Desain interior yang bernuansa elegan ditandai dengan furnitur berwarna netral, sentuhan emas mewah, dan pencahayaan yang lembut, menciptakan ruang yang hangat dan indah. Tempat ini sempurna untuk dikunjungi oleh dua insan yang sedang jatuh cinta. Andreas melangkah dan memilih meja palin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments