Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 39. Harapan Arsita Terhadap Mariana

Share

39. Harapan Arsita Terhadap Mariana

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-04-07 14:28:21

“Elhan sudah membaik. Dokter bilang dia cuma infeksi ringan karena virus,” kata Nate.

Ayah Nate mengangguk. “Syukurlah. Kami sempat khawatir.”

Mariana berdiri dan memberi ruang, tapi Arsita justru menggamit tangannya pelan agar tetap di tempat.

Lalu tiba-tiba, tanpa aba-aba, Arsita menyeletuk,

“Rasanya, akan lebih baik kalau kamu jadi menantu di keluarga ini, Mariana.”

Mariana sontak menoleh, matanya membulat kecil. Tapi sebelum ia bisa berkata apa pun, Nate langsung menyela cepat.

“Ma.”

Nada suaranya ringan, tapi ada tekanan halus yang jelas terasa, seperti ingin mencegah ibunya melangkah lebih jauh.

Mariana tersipu, terkejut, tidak menyangka Arsita akan berkata seperti itu di tengah situasi ini. Seluruh wajahnya terasa mendidih panas, dan ia nyaris tak tahu harus memusatkan pandangan ke mana.

Namun Arsita malah menambahkan dengan nada lebih serius. “Mama serius, Nathaniel. Kita semua menyukai Mariana … dan dia menyayangi Elhan dengan tulus. Tapi, mungkin justru Mariana yang tidak me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   40. Tamparan yang Menyulut Harga Diri

    Kamar rawat inap itu tampak lebih cerah hari ini. Tirai terbuka lebar, membiarkan sinar matahari masuk dan membasuh ruangan dengan cahaya hangat.Seorang dokter muda baru saja keluar dari kamar setelah memberikan kabar baik. Kondisi Elhan membaik dan sudah diperbolehkan pulang.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka kembali. Nate masuk dengan langkah ringan.“Aku sudah urus semuanya. Administrasi beres, resep obat juga sudah diambil,” katanya sambil tersenyum hangat pada semua orang. “Kalau begitu, kita bisa langsung pulang.”Mariana mengangguk pelan. Ia berdiri, lalu membenahi posisi Elhan di pelukannya.Namun saat mereka hendak keluar dari kamar, Arsita menoleh dan berkata, “Ngomong-ngomong, kita belum makan siang, 'kan? Gimana kalau mampir makan dulu sebelum pulang?”Mariana dan Nate saling pandang sebentar. Perut mereka memang belum terisi sejak pagi.“Boleh juga,” sahut Nate. Dan yang lainnya ikut setuju.***Restoran yang mereka datangi terletak di tengah kota, sebuah tempat yang

    Last Updated : 2025-04-07
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   41. Fitnah Keji dan Obsesi Mantan Suami

    Langit pagi tampak cerah, dan udara masih membawa sisa embun semalam. Aroma wangi bunga melati dan mawar putih menyambut setiap tamu yang datang ke sebuah rumah besar di bilangan selatan kota—tempat diadakannya pesta pernikahan teman SMA Mariana, Ulfa.Suasana halaman luas yang ditata dengan dekorasi sederhana tapi elegan itu terasa hangat. Bukan hanya karena matahari yang mulai naik, tapi juga karena banyak wajah lama yang kembali berkumpul.Mariana berdiri di dekat taman kecil, berbincang dengan dua orang temannya yang dulu juga satu angkatan. Sesekali ia tertawa pelan, mengangguk sopan ketika menyambut teman-teman lain yang menyapanya.“Ulfa cantik banget hari ini, ya,” ucap Ratri, salah satu teman lama Mariana.“Cantik. Kayak nggak kelihatan ini adalah pernikahan keduanya setelah cerai tahun lalu.” Mariana ikut tersenyum kecil.“Iya. Kadang hidup tuh kayak gitu, ya. Jalan muter dulu baru nemu yang pas,” sahut Niken. “Kalau kamu gimana, Na? Udah ada kandidat baru?”Pertanyaan itu m

    Last Updated : 2025-04-08
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   42. Arisan Keluarga

    Setelah menempuh beberapa jarak, Mariana akhirnya tiba di kediaman Nate. Dengan langkah gontai, Mariana masuk ke rumah itu. Baru saja ia melepas sepatu di foyer, Mariana mendapati Nate berdiri di ruang tengah.Pria itu masih mengenakan kaos olahraga abu dan celana training hitam. Handuk kecil tergantung di lehernya, rambutnya sedikit basah karena keringat. Tatapannya langsung jatuh pada Mariana.“Mariana?” Nate langsung menghampiri. Alisnya bertaut khawatir. “Kamu kenapa? Wajahmu terlihat shock.”Mariana cepat-cepat menggeleng. “Enggak. Nggak ada apa-apa.”Nate menatapnya lebih dalam. “Kamu yakin?” Kamu kelihatan baik-baik saja saat berangkat, sekarang pulang malah seperti habis melihat hantu.”Mariana menghindari tatapan itu sekilas. Ia menarik napas lalu memaksakan senyum. “Hari ini jadi ‘kan ke arisan keluarga? Aku ganti pakaian dulu dan bersiap-siap,” ucapnya mengalihkan topik pembicaraan.Tanpa memberi Nate kesempatan bertanya lebih lanjut, Mariana langsung berjalan menuju kamarn

    Last Updated : 2025-04-08
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   43. Musik, Dansa, dan Anggrek

    Hening terasa makin canggung. Beberapa orang saling melirik, sebagian lagi pura-pura sibuk dengan teh atau kudapan di tangan. Tak ada yang bicara, tapi Mariana bisa merasakan ketidaksetujuan yang terselip di balik senyum tipis dan tatapan sekilas.Arsita masih berdiri di sampingnya, genggamannya masih tak terlepas dari tangan Mariana. Ia menatap satu per satu wajah yang memandang mereka, lalu tersenyum kecil.“Aku hanya menyampaikan keinginanku,” ucap Arsita. “Saat ini, baik Nate ataupun Mariana sendiri tidak terpikir ke arah sana. Maaf sudah membuat suasana jadi canggung.”Arsita melirik sekilas ke arah Mariana, lalu ke Nate yang berdiri tak jauh dari mereka. “Maaf, Mama tidak bermaksud mendahului siapa-siapa atau bersikap lancang,” katanya pelan.Arsita melepas genggaman tangannya perlahan dan tersenyum hangat pada Mariana.Perlahan, suara-suara mulai terdengar kembali. Seseorang tertawa pelan di sudut ruangan. Seorang wanita paruh baya mulai memuji kue lapis legit yang tersaji di m

    Last Updated : 2025-04-08
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   44. Rencana Licik di Tengah Duka

    Nate setengah berlari saat Mariana tiba-tiba ambruk ke lantai. Wajah Mariana yang semula berseri kini mendadak pucat. Dan matanya digenangi air mata.“Ada apa, Na?” tanya Nate.Mariana mendongak perlahan. Air mata jatuh bersamaan dengan pandangannya yang bertemu dengan mata pria itu. Bibirnya bergetar, dan butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya suara lirih keluar dari mulutnya.“Nenek … meninggal.”Nate terpaku. Matanya membelalak sejenak.“Aku harus ke kampung,” ucap Mariana lemah. Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya langsung limbung.Nate sigap menangkap lengan Mariana sebelum ia jatuh lagi. “Aku antar kamu.”Mariana ingin menolak, tapi lidahnya kelu.Nate menatap lekat wajah sendu itu, lalu menggenggam lengan Mariana. “Kamu kuat jalan sendiri? Kalau tidak, aku gendong sampai mobil.”Mariana menggeleng pelan. “Aku ... aku bisa,” ucapnya lirih.Nate mengangguk dan perlahan memapah tubuh Mariana ke arah pintu keluar.Langkah Mariana berat, tapi Nate tak melepaskan pegangan tangannya

    Last Updated : 2025-04-09
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   45. Mulai Ceria

    Sudah beberapa hari sejak Mariana kembali dari kampung. Seiring waktu, rona di wajahnya mulai pulih. Ia mulai tersenyum lagi.Siang itu, suasana kantor terasa seperti biasa. Sunyi. Profesional. Hanya terdengar bunyi lembut keyboard dan sesekali dering telepon.Nate berdiri di balik dinding kaca ruangannya. Tangannya disilangkan di depan dada, memperhatikan Mariana dari kejauhan. Wanita itu tengah mengetik sambil menyipitkan mata, lalu tiba-tiba mengerucutkan bibir—mungkin ada file yang hilang atau tabel yang tidak sesuai.Nate tak tersenyum, tapi ada jeda di napasnya. Dia tahu, Mariana sedang kembali jadi dirinya yang dulu.Ia menekan tombol interkom di mejanya. “Mariana, masuk sebentar.”Tak lama kemudian, suara ketukan lembut terdengar di pintu. Mariana melangkah masuk dengan tablet di tangan dan senyum profesional.“Ya, Pak?” ujarnya sopan, pandangannya langsung tertuju pada pria di balik meja kerja.“Bawa notulensi rapat kemarin,” kata Nate tanpa basa-basi. “Aku ingin pastikan bagi

    Last Updated : 2025-04-09
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   46. Tumbang

    Sudah lewat seminggu sejak makan malam itu. Mariana mengira semuanya akan kembali seperti biasa.Tapi pagi ini, ia menerima email dengan subject:‘Kunjungan Proyek – Zona Surya 2 (Site Banyu Arta)’Pengirim: Nathaniel Adikara.Isi pesannya singkat.[Siapkan dokumen lapangan dan ringkasan progres. Kita berangkat besok pagi.]Mariana menatap layar monitornya beberapa detik tanpa berkedip. Bahkan belum sempat menarik napas panjang, otaknya langsung memutar ulang satu kalimat tertentu.‘Kalau tiba-tiba kamu disuruh ikut kunjungan kerja ke proyek energi surya minggu depan, jangan kaget, ya.’Ucapan Rani, dengan senyum nakalnya itu, seolah tiba-tiba relevan.Keesokan harinya ….Sekitar pukul sembilan pagi, mobil yang mereka tumpangi akhirnya keluar dari jalan utama dan masuk ke area proyek. Tanah terbuka membentang luas, dihiasi panel-panel surya yang berbaris rapi. Di kejauhan, tampak beberapa pekerja dengan rompi oranye sibuk memeriksa sambungan kabel.Mobil berhenti di dekat pos semi perm

    Last Updated : 2025-04-09
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   47. Disangka Penjahat

    Keesokan harinya ….Pagi datang dengan kabut tipis yang menyelimuti area sekitar penginapan. Udara masih dingin saat Mariana membuka pintu kamar, berniat ke ruang makan untuk mencari teh hangat.Namun langkahnya terhenti.Di depan pintunya, ada termos kecil dengan sticky note menempel di permukaannya.[Minum ini sebelum turun. Teh jahe dan madu. – Nate.]Mariana terpaku. Hanya beberapa baris kalimat, tapi cukup untuk membuat jantungnya berdetak tidak karuan.Ia mengangkat termos itu dengan dua tangan. Uapnya mengepul dan aroma jahe menyusup ke hidungnya.Setelah meneguk satu kali, Mariana menatap keluar lorong. Kosong. Tidak ada siapa pun.Ia tidak bisa menebak niat di balik Nate melakukan ini untuknya.Mariana ingin berpikir bahwa tindakan Nate hanyalah bentuk perhatian seorang atasan terhadap bawahannya. Tapi, ayolah! Mariana tidak cukup lugu untuk berpikir demikian.Lagi pula, sejak kapan seorang CEO mau repot-repot melakukan hal semacam ini untuk sekretarisnya?Tapi jika ia harus b

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   89. Mawar Hitam

    Mariana menghela napas. Matanya tampak getir saat menatap Nate yang berdiri tenang di sisinya.“Maaf,” ucapnya pelan seraya menunduk. “Aku hanya … hanya ….”Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kata-kata seolah terhenti di tenggorokan, sementara pikirannya seperti benang kusut yang sulit diurai. Mariana sadar, perasaan tidak nyaman yang mengganggunya sejak tadi bukan semata karena Jeslyn, melainkan karena luka lama yang belum sepenuhnya pulih.Pernikahannya dengan Bara dulu hancur karena orang ketiga. Dan meski ia telah meyakinkan diri untuk membuka hati kembali bersama Nate, trauma itu ternyata tak pernah benar-benar pergi.Kehadiran Jeslyn di antara mereka cukup untuk membangkitkan ketakutan lama dan menggoyahkan keyakinannya.“Maaf, nggak seharusnya aku meragukanmu dan hubungan kita,” ucap Mariana lirih.Nate menunduk sedikit, lalu menarik dagu Mariana agar menatap langsung matanya. Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan itu.“Hey, dengar,” katanya lembut. “Aku tahu ad

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   88. Selama Kamu Percaya

    Arsita segera berdiri saat melihat Nate menggendong Mariana lalu mendudukkan wanita itu di kursinya. Wajah wanita paruh baya itu tampak terkejut sekaligus khawatir.“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada cemas.Nate mendesah pelan. Raut wajahnya serius saat memandangi ibunya. Namun, belum sempat ia membuka suara untuk menjelaskan, Jeslyn buru-buru mendekat dan bersuara dengan cepat.“Tante, aku tidak sengaja menabrak Mbak Nana sampai dia terjatuh. Aku juga sudah minta maaf padanya. Tapi dia justru mengatakan kalau aku memang sengaja.” Jeslyn bersikap manis, wajahnya tampak dibuat-buat seolah diliputi penyesalan.Mendengar itu, Mariana tersenyum tipis. Ia sudah jenuh menghadapi orang bermuka dua seperti Jeslyn.“Benar. Aku memang bilang kamu sengaja,” ucap Mariana tenang. “Karena hanya orang buta atau orang yang menyimpan niat buruk yang bisa menabrak seseorang dari jarak sedekat itu.”“Mariana,” tegur Arsita pelan, wanita paruh baya itu terlihat tidak nyaman dengan ketegangan yang m

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   87. Konfrontasi

    Restoran semi outdoor itu cukup ramai siang itu. Aroma rempah lembut dan suara musik akustik mengalun dari sudut ruang, berpadu dengan udara segar dari pepohonan rindang di sekelilingnya.Mereka duduk di meja panjang di sisi teras, menghadap taman kecil yang ditata cantik. Elhan berada di kursi bayi di samping Mariana.Mariana sedang menyuapi Elhan makan siang yang dibawanya dari rumah saat suara riang terdengar mendekat dari arah samping.“Eh, ternyata ada kalian di sini!”Semua menoleh.Mariana mematung sejenak ketika melihat siapa yang datang. Jeslyn, dengan blouse putih elegan dan flare jeans, berdiri di pinggir meja sambil tersenyum manis. Beberapa wanita lain berdiri di belakangnya, teman-teman sebayanya yang sama sekali tak Mariana kenal.“Oh, Jeslyn.” Arsita tersenyum ramah. “Kebetulan sekali ….”Jeslyn terkekeh. “Tempat ini sangat viral di media sosial, Tan. Tadi aku dan teman-teman memang ingin makan siang di sini.” Lalu ia menoleh ke Nate. “Tapi ternyata kalian juga di sini

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   86. Sampai kapan ia ingin disembunyikan?

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut lewat celah tirai di ruang keluarga. Mariana duduk santai di atas karpet, bersandar ke sofa dengan pakaian rumah yang nyaman. Di sebelahnya, Elhan asyik menggigit mainan warna-warni sambil sesekali mengoceh sendiri.Tapi perhatian Mariana tertuju pada layar ponsel di tangannya. Wawancara dua hari lalu itu ia tonton lagi. Dan … entah sudah berapa kali.Di layar, Nate tampak rapi dan tampan. Setelan abu-abu gelap, rambut disisir rapi, sorot matanya tenang. Di sampingnya, pembawa acara muda duduk dengan senyum manis dan cara bicara yang luwes.Topik awal masih seputar bisnis, energi terbarukan, dan kiprah Nate sebagai CEO muda. Semuanya terdengar profesional, sampai satu pertanyaan membuat suasana sedikit berubah.“Ada satu pertanyaan terakhir, Pak Nathaniel,” ucap sang host. “Kami tahu, Anda kehilangan istri Anda beberapa waktu lalu. Banyak yang penasaran, apakah sekarang Anda sudah membuka hati lagi?”Mariana meneguk ludah dengan pelan. Napasny

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   83. Kerja atau Pacaran?

    Mariana kembali duduk di mejanya setelah keluar dari ruang CEO. Wajahnya masih menyimpan sisa rona merah muda, tapi ekspresinya sudah kembali serius. Tangannya dengan cekatan membuka e-mail lalu mengecek agenda rapat pagi ini.Matanya fokus pada layar, tapi ponsel di sisi laptopnya tiba-tiba menyala dan mengalihkan perhatiannya. Notifikasi What$App. Dari Nathaniel Adikara.[Rapat jam 2 siang nanti fix ya. Tapi kamu yang presentasi. Aku ingin melihat kamu membuat Nusantara Power kagum.]Mariana mengetik cepat.[Kamu CEO-nya. Yang harusnya bikin mereka kagum itu kamu. Tapi oke. Biar aku urus.]Balasan Nate muncul hanya dua detik kemudian.[Kamu urus, aku kagumi. Fair kan?]Mariana terkekeh pelan di balik layar. Ia mengetik balasan terakhir sebelum kembali fokus ke pekerjaannya.[Kamu beneran kerja nggak sih?]Tak sampai semenit, notifikasi balasan kembali muncul.[Lagi tunggu kamu balas ini. Baru bisa lanjut kerja. PS: Jangan pakai lipstik merah kalau kamu tidak mau aku kehilangan fokus

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   82. Satu Sentuhan, Seribu Efek

    Hari pertama Mbak Yanti bekerja, suasana rumah berjalan seperti biasa. Elhan baru saja bangun dan sedang bermain di lantai ruang tengah bersama Mariana saat suara bel rumah terdengar.Mariana menoleh, lalu mendengar langkah kaki Rani menuju pintu depan. Tak lama kemudian, suara Rani terdengar samar. “Masuk aja, Mbak. Mari, saya antar ke dalam.”Setelah itu, Mbak Yanti muncul di ambang ruang tengah, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Rambutnya disanggul rapi dengan senyum hangat menghiasi wajahnya. Begitu melihat Elhan, mata wanita itu langsung berbinar.“Selamat pagi, Mbak Mariana,” sapa Mbak Yanti sopan.“Pagi. Silakan duduk, Mbak,” jawab Mariana ramah. Ia menoleh ke Elhan yang sedang menggerak-gerakkan mainan. “Elhan sayang. Ada yang mau kenalan.”Elhan menatap Mbak Yanti dengan rasa ingin tahu. Ketika Mariana menggendong dan mendekatkannya, Mbak Yanti mengulurkan tangan, membiarkan Elhan menyentuh jarinya.“Halo, Nak. Ganteng banget kamu,” ujarnya lembut.E

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   81. Seleksi Nanny Baru

    Mariana tak bisa menahan senyum saat menatap layar ponselnya. Tiga kata itu—Aku cinta kamu—terpampang jelas dari Nate.Kalimat itu sederhana, tapi terasa seperti mantra ajaib yang menghantam hatinya dengan lembut. Membuat pipinya memanas dan perutnya seperti dihuni ribuan kupu-kupu.Dengan wajah yang masih berbinar, Mariana memutar tubuh Elhan agar menghadap ke arahnya. Bayi lucu itu menatap polos dengan aroma bubur yang menguar dari mulutnya.Senyum Mariana makin melebar. “Elhan sayang… kamu lucu banget, tahu nggak?” ucapnya gemas sambil mencium pipi Elhan.Ia terkikik kecil, lalu menambahkan lirih dengan pipi memerah, “Persis kayak papamu.”Belum sempat Mariana melanjutkan ocehan manjanya pada Elhan, kemunculan Arsita yang begitu tiba-tiba membuat Mariana terkejut bukan main.“Selamat pagi,” sapa Arsita begitu riang. Matanya berbinar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.Mariana beranjak berdiri, lalu membalas sapaan Arsita dengan sopan. “Pagi, Tante.”Wanita paruh baya dengan pen

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status