Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 57. Kejadian-Kejadian Aneh

Share

57. Kejadian-Kejadian Aneh

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-04-14 14:20:46

Dua hari setelah pindah ke rumah baru, Mariana mulai merasa ada sesuatu yang tak beres. Mungkin karena ia masih beradaptasi dengan lingkungan baru atau mungkin karena lelah setelah seharian bekerja, pikirannya mulai berlarian tanpa arah yang jelas.

Ini bukan kali pertama ia tinggal sendiri. Dulu, setelah perceraian dengan Bara—meski hanya sebentar—ia sempat menjalani hidup sendiri. Tapi kali ini berbeda.

Ada sesuatu yang mengganjal, seolah ada yang tidak tepat.

Kadang, ia merasa seperti ada orang lain di rumah ini selain dirinya.

Pagi itu, Mariana bangun lebih pagi. Ia pergi ke ruang jemur untuk mengambil pakaian dalam yang ia cuci kemarin sebelum bersiap untuk bekerja. Tapi begitu ia melangkah ke ruang jemur, ia dikejutkan oleh sesuatu.

Seharusnya pakaian dalam yang ia cuci kemarin masih ada di sana. Namun ketika matanya menyapu ruang itu, pakaian dalam yang dimaksud tidak ada. Tampak jelas bahwa pakaian lainnya ada, tapi pakaian itu hilang begitu saja.

“Lho, kenapa bisa nggak ada?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   58. Perang Dingin

    Suara Nate masih terngiang di kepala Mariana bahkan ketika pria itu sudah pergi dari rumah. Pintu yang dibanting beberapa jam lalu seolah masih memantulkan gaung amarahnya di seluruh sudut ruangan.Ponsel Mariana tergeletak di pangkuan dengan layar gelap. Tangannya menggenggam ujung selimut, entah untuk apa. Mungkin sekadar menahan diri agar tidak gemetarSetelah CCTV dipasang atas desakan Nate, Mariana mulai merasa rumahnya lebih aman. Lima kamera pengawas terpasang di beberapa titik rumah, dan semuanya atas perintah Nate tanpa bisa dibantah.‘Kamu tidak mengizinkanku untuk melaporkan kejadian ini ke pihak keamanan. Jadi, satu-satunya cara agar aku bisa tenang malam ini adalah memasang kamera pengawas.’ Itu adalah kata-kata Nate setelah ia berbicara tentang memasang kamera pengawas.Pada akhirnya, semua kamera itu terpasang di beberapa sudut.‘Aku ini siapa kamu?’ Suara Nate saat mempertanyakan itu kembali terngiang di telinga Mariana.Perasaannya begitu campur aduk. Bingung, menyesal

    Last Updated : 2025-04-15
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   59. Menginap

    Wajah Mariana pucat pasi. Matanya sedikit membesar dan bibirnya bergetar tanpa suara. Ketakutan terlihat jelas di wajah cantiknya hingga membuat Nate segera mengambil alih situasi.Nate melangkah cepat, mengunci pintu belakang rapat-rapat, lalu kembali menghampiri Mariana dan menggiringnya ke ruang tengah tanpa berkata sepatah kata pun. Begitu wanita itu duduk di sofa, Nate berdiri di depannya sambil menatapnya lekat.“Malam ini kamu tidur di rumahku,” ucap Nate mantap. “Tidak ada penolakan.”Mariana lantas mendongak. “Aku—”“Jangan membantah, Mariana,” potong Nate cepat dan tegas, seperti keputusan yang tak bisa ditawar lagi.Nate menarik napas perlahan, kemudian mencoba menjelaskan dengan tenang. “Aku sendiri yang mengunci pintu belakang saat hari pertama kamu pindah. Aku ingat betul karena aku sempat keluar untuk memeriksa teras belakang.”Mariana terdiam. Tubuhnya langsung kaku dan bulu kuduknya berdiri tanpa permisi. Perasaannya memburuk seiring dengan ucapan Nate barusan.“Kalau

    Last Updated : 2025-04-17
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   60. Mencium Mariana di Depan Nadia

    Tubuh Mariana kembali menegang sejenak saat mendengar nama itu disebutkan. Sendok di tangannya yang sempat terangkat kini kembali tergeletak di piring.“Kenapa kamu berpikir begitu?” tanyanya pelan, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meski hatinya berdegup panik.Nate menarik napas sebelum menjawab. “Karena hanya dia satu-satunya yang akan bertindak gila terhadapmu. Sekarang aku memang belum memiliki bukti nyata, tapi aku akan terus menyelidiki ini sampai kita tahu pasti siapa pelakunya. Dan kalau memang itu dia, aku akan pastikan dia tidak bisa menyentuhmu lagi.”Mariana menunduk, menatap sendok yang kini tergeletak di piring.“Kalau benar dia …,” bisiknya getir. “Berarti dia bisa masuk ke mana pun. Ke rumah, ke kamarku, mandi di kamar mandiku dan menggunakan handukku—”“Apa?” Nate langsung memotong cepat, nada suaranya meninggi. “Dia bahkan mandi di kamar mandimu dan menggunakan handukmu?”Mariana menegang. Ia langsung menggigit bibir, menyesali ucapannya yang terlontar tan

    Last Updated : 2025-04-18
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   61. Menemukan Bukti

    Mariana berdiri di depan pintu rumah yang dulu pernah ia sebut rumah. Rumah tempat ia berusaha bertahan, hingga akhirnya memilih melepaskan. Jemarinya sempat ragu menyentuh bel pintu. Tapi pikiran tentang seseorang yang menyusup ke rumahnya—dan Nate yang menyebut nama Bara dengan penuh keyakinan—membuatnya menekan tombol itu.Tak lama kemudian, pintu dibuka. Bianca muncul di ambang pintu, mengenakan baju rumah longgar dengan perut buncitnya yang semakin menonjol. Wajahnya tampak terkejut sekilas, namun dengan cepat berubah menjadi datar.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Bianca, nada bicaranya ketus tanpa basa-basi.Mariana menelan ludah. Rasanya menjengkelkan melihat Bianca, tapi ia harus menghadapinya demi kelancaran misi.“Aku cuma mau ambil beberapa barangku yang mungkin tertinggal,” jawab Mariana tenang, walau jantungnya berdetak tidak karuan. “Waktu itu buru-buru pindah, aku belum sempat periksa semuanya.”Bianca menyilangkan tangan. “Kayaknya nggak ada yang tertinggal. Semua udah ka

    Last Updated : 2025-04-18
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   62. Lingkaran Luka yang Tak Kunjung Usai

    Mariana menatap benda di atas meja kerja Nate—kantong plastik bening itu. Rasanya mual hanya dengan mengingat kembali bahwa seseorang yang pernah tidur di ranjang yang sama dengannya, bisa melakukan hal sejijik itu.Di seberangnya, Nate berdiri dengan tangan terkepal. Rahangnya mengeras. Matanya tajam menatap bukti fisik yang baru saja Mariana serahkan.“Ini cukup, Na. Kita bisa bawa ini ke polisi,” ucap Nate, suaranya tenang tapi dingin. Padahal di dalam sana, amarahanya bergejolak luar biasa.Mariana menggigit bibir. Ia tahu Nate benar. Tapi untuk pertama kalinya sejak ia memutuskan meninggalkan Bara, hatinya kembali digelayuti konflik. Bukan karena cinta yang tersisa—tapi karena Bianca.“Sayang ….” Mariana menarik napas. “Bisa kita tunda dulu?”Dahi Nate mengernyit. “Tunda? Kamu serius?”Mariana mengangguk pelan. “Bukan karena aku ragu. Tapi karena Bianca.”Nate menghela napas. “Dia bukan korban dalam hal ini, Mariana. Dia memilih tetap bersama pria yang sudah menyakitimu. Dia bahk

    Last Updated : 2025-04-19
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   63. Obsesi Gila

    Bianca terduduk di tepi ranjang, kedua tangannya menekan perutnya yang kian membesar. Napasnya tercekat, dan air mata yang tadi sempat berhenti, akhirnya jatuh lagi.“Aku cuma ingin keluarga kecil yang utuh,” bisiknya pilu.Ia memejamkan mata, mencoba mengusir bayang-bayang Mariana yang terus menari di pelupuknya. Mariana dengan tatapan lembut, Mariana yang selalu terlihat tenang bahkan saat disakiti. Mariana yang ... selalu dicintai.Sementara dirinya? Bianca tak lebih dari bayangan. Ia merasa seperti selingan di hidup Bara—wanita yang dinikahi karena keterpaksaan, bukan karena pilihan.“Aku istrinya sekarang. Kenapa dia nggak bisa lihat itu?”Ia membuka mata, menatap lantai dengan pandangan kosong. Ada denyut di pelipisnya, tapi yang lebih menyakitkan adalah denyut di dadanya. Perasaan diabaikan, tak dipilih, meski sudah memberikan segalanya.Bianca menggenggam ujung selimut, kemudian memeluknya erat. Sesuatu di dalam dirinya terasa seperti retak. Tapi bukan retak yang membuatnya in

    Last Updated : 2025-04-19
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   64. Bukti Kuat

    Keesokan paginya di ruang kerja Nate.Mariana menggenggam cangkir tehnya yang sudah mendingin. Tangannya terasa beku. Dan gemuruh di dadanya belum juga reda sejak tadi malam.Ia pikir kepindahannya ke rumah baru akan memberinya sedikit rasa aman. Tapi pagi ini, ketenangan itu kembali digerus—oleh Nate.“Aku ingin kamu melihat ini dulu,” ucap pria itu, matanya tajam menatap layar tablet di hadapannya.Mariana menoleh perlahan. Jantungnya langsung melonjak saat Nate memutar sebuah rekaman video.Gambar dari sudut gelap halaman rumah itu mulai bergerak.Seseorang muncul di layar—sosok pria berjaket gelap, topi menutupi sebagian wajahnya.Namun Mariana tak butuh waktu lama untuk mengenali siluet itu.Tubuhnya menegang. “Itu ….”“Bara,” potong Nate. “Rekaman CCTV dari rumah tetangga. Dia masuk lewat pintu samping rumahmu. Waktu rekaman menunjukkan pukul dua dini hari.”Sepuluh menit yang lalu, Nate menerima video itu dari orang kepercayaannya. Ia memang sudah menduga sesuatu sejak semalam,

    Last Updated : 2025-04-20
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   65. Di Antara Luka, Ada Cinta yang Menyembuhkan

    Mata kedua orang tuanya membelalak seketika. Mereka saling berpandangan, kaget, tak percaya.“Aku menemukan celana dalam yang hilang di gudang rumah Bara,” lanjut Mariana. “Bianca memang bersikeras mengatakan bahwa itu miliknya, tapi aku tahu persis, itu milikku. Dan pagi ini, Pak Nathaniel menerima rekaman CCTV dari tetangga yang memperlihatkan Bara menyelinap masuk ke rumahku.”Tubuh Ratna seketika menegang. Sementara Armand hanya diam dengan rahang mengeras, dan tinjunya mengepal di atas lutut. Wajahnya tampak menahan amarah yang mulai mendidih.“Apa yang kamu bilang barusan benar, Mariana?” tanya Armand akhirnya. Mariana mengangguk pelan. “Benar, Yah. Aku nggak akan datang ke sini membawa cerita seperti ini kalau aku nggak punya bukti. Kalian bisa lihat sendiri videonya kalau mau.”Nate merogoh ponsel dari dalam saku celananya, lalu dengan tenang menyodorkannya ke arah Armand. “Ini, Om.”Armand mengambil ponsel itu dengan tangan gemetar. Ia menonton rekaman itu dalam diam. Wajahn

    Last Updated : 2025-04-20

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   99. Quality Time

    Begitu sesi nail art usai, Mariana memandangi kukunya yang kini dihiasi motif bunga daisy kecil. Jemarinya bergerak pelan, kagum melihat hasilnya. Di sampingnya, Arsita ikut tersenyum.Mariana menoleh, tersenyum manis pada ibu kekasihnya. “Terima kasih, Tante. Aku benar-benar senang hari ini.”“Sama-sama, Sayang,” sahut Arsita lembut.Keduanya kembali menuju mobil. Ternyata, hari itu belum berakhir.“Kita masih akan ke satu tempat lagi,” ujar Arsita dengan senyum penuh misteri.Mariana menatapnya penasaran. “Ke mana, Tante?” “Ke butik langganan Tante,” jawab Arsita ringan. “Kamu pasti suka lihat-lihatnya.”Mariana hanya mengangguk kecil. Ia tak merasa perlu menolak. Lagi pula, sejauh ini, semuanya membuatnya merasa lebih baik.Butik yang mereka datangi terletak di kawasan elite. Bangunannya tampak mewah, beraksen kaca besar dan dinding berlapis kayu mahoni mengilap. Begitu melangkah masuk, wangi parfum eksklusif langsung menyambut mereka, bersatu dengan alunan musik jazz lembut yang

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   98. Seperti Hujan yang Datang Sesudah Kebakaran

    Mariana diam membisu setelah meletakkan ponselnya yang sudah gelap. Ia menarik napas pelan, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Setelah semua yang terjadi. Ibunya akhirnya percaya.Seharusnya itu melegakan. Seharusnya Mariana bahagia mendengar suara Ratna yang lirih meminta maaf, mengaku salah, dan menyatakan dukungan yang dulu nyaris mustahil didapatkan.Tapi kenapa rasanya seperti ditusuk?Matanya memanas. Perasaannya berkecamuk. Mariana berusaha tidak menangis, namun seperti luka yang baru saja dikelupas paksa, perihnya tak bisa diabaikan begitu saja.‘Ibu terlalu lama membela orang yang salah.’Kalimat itu terus terngiang, menghantam dada Mariana dengan keras. Sudah berapa kali ia menunggu kata-kata itu keluar dari mulut ibunya? Sudah berapa luka yang harus ia telan sendirian hanya karena ibunya memilih percaya pada kebohongan orang lain?Kini kata-kata itu akhirnya datang. Tapi mereka datang seperti hujan sesudah kebakaran. Terlambat, tak bisa menyelamatkan apa pun.“Kena

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   97. Sadar?

    Dua hari setelah insiden itu, kantor pusat Adikara Global Energy berjalan seperti biasa. Para staf tampak fokus di meja masing-masing, mengejar tenggat sebelum istirahat makan siang tiba. Namun, kedatangan dua orang wanita di lobi utama membawa cerita lain hari itu. Bianca dan Ratna. Dengan wajah tegang dan mata sembap, Bianca melangkah cepat ke meja resepsionis. Ratna menyusul di belakangnya, dengan ekspresi yang tampak tidak bersahabat. “Kami ingin bertemu dengan Pak Nathaniel,” ujar Bianca tajam. “Bilang saja, Bu Ratna datang.” Resepsionis tampak terkejut, namun langsung mengangguk dan menghubungi lantai atas. Hanya dalam beberapa detik, mereka sudah mengantongi izin dan dipersilakan untuk naik. Kebetulan, di ruangan Nate sedang ada Arsita yang datang berkunjung. Kedatangan Ratna dan putri bungsunya lantas memercikkan ketegangan yang tak seharusnya ada. “Tante Ratna,” sambut Nate sopan seraya berjalan menghampiri. “Senang bertemu—” Namun, tamunya langsung memotong. “Senang b

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   96. Sikap Tegas Nate

    Setelah tim medis membawa Bara pergi dan pihak keamanan memastikan kantor kembali steril, Nate menggenggam erat tangan Mariana yang terasa dingin. Jari-jari wanita itu tak henti menggigil, dan tubuhnya sesekali bergetar walau ia berusaha tegar.“Ayo kita pulang,” ucap Nate lembut.Mariana hanya mengangguk. Matanya sembap, wajahnya pucat. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun ketika Nate merengkuh tubuhnya dan membawanya ke mobil.Sepanjang perjalanan, Mariana tetap diam. Pandangannya kosong menatap keluar jendela yang sudah gelap.Nate mengepalkan tangannya di atas kemudi. Ia membenci ini. Membenci kenyataan bahwa Mariana harus melalui semua itu … dan ia datang terlambat.Sesampainya di rumah, Nate langsung menggendong Mariana masuk. Di ruang tengah, mereka berpapasan dengan Bi Imah yang terkejut melihat kondisi Mariana—tapi tidak berani bertanya.“Bi, tolong buatkan teh hangat. Sekalian bawakan air hangat dan lap bersih ke kamar Mariana, ya,” ucap Nate cepat.“Baik, Tuan,” jawab Bi Ima

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   95. Brutal

    Sudah lewat pukul delapan malam, kantor pusat Adikara Global Energy nyaris sepenuhnya sunyi. Mariana duduk di balik meja kerjanya dengan mata yang mulai terasa berat. Di hadapannya terbuka beberapa berkas cetak dan laptop yang menampilkan file dokumen.Ia sedang menyusun laporan triwulan internal—ringkasan kegiatan CEO, agenda kerja yang telah dijalankan, serta tindak lanjut dari hasil rapat sebelumnya. Laporan itu harus diserahkan esok pagi ke bagian dewan komisaris.Deadline-nya sebenarnya minggu depan, tapi tadi siang, sekretaris komisaris mendadak memberi tahu bahwa jadwal rapat dimajukan. Mariana tidak punya pilihan selain menyelesaikannya malam itu juga.Ia tidak memberi tahu Nate. Pertama, karena pria itu sedang mengurus penyelidikan yang menyita pikirannya. Kedua, karena Mariana tahu Nate pasti tidak akan membiarkannya lembur sendirian jika tahu. Dan Mariana tidak ingin membebani kekasihnya lebih dari ini.Ia menarik napas dalam-dalam, memijit pelipis yang mulai berdenyut. Lamp

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   94. Firasat dan Fakta

    Beberapa waktu telah berlalu sejak insiden tabrak lari Armand—ayah Mariana. Pria itu akhirnya diperbolehkan pulang setelah kondisi fisiknya dinyatakan stabil. Meski masih harus menjalani rawat jalan dan banyak beristirahat, Mariana dan Ratna akhirnya bisa bernapas lega.Namun tidak dengan rasa was-was yang terus menghantui Mariana.Mariana belum memberi tahu Nate tentang pesan-pesan ancaman yang ia terima. Ia memilih diam. Bukan karena tidak percaya pada pria itu, tapi karena tidak ingin membebani Nate, apalagi dalam kondisi seperti ini.Namun malam itu, segalanya terungkap secara tidak sengaja.Nate tengah memeriksa laporan proyek di ruang kerjanya ketika Mariana masuk untuk mengantarkan kopi. Tapi sebuah suara notifikasi membuat Mariana berhenti melangkah. Ponselnya yang tergeletak di meja kerja Nate tiba-tiba menyala.Nate tidak berniat mengintip, tetapi matanya secara refleks menangkap kata yang sangat mencolok di layar.[Kamu belum juga menurut. Bersiaplah kehilangan yang lain.]

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   93. Tinggalkan Nathaniel

    Bianca mendekat dan berhenti tepat di samping ibunya. Tatapannya sempat melirik ke arah Nate sejenak, lalu ia menyapa pria itu dengan nada sopan. Namun tak sekalipun ia menoleh pada Mariana, seolah kakaknya itu tak pernah ada di sana.Mariana tidak mempermasalahkan sikap dingin itu. Ia sudah terlalu lelah untuk peduli. Justru Nate-lah yang terlihat menahan kekesalannya.Nate melirik Bianca singkat, sorot matanya tajam, tetapi memilih diam demi menghormati situasi.“Gimana kondisi Ayah?” tanya Bianca.Ratna tersenyum tipis. “Sudah membaik. Kata dokter, kemungkinan besar ayahmu akan segera sadar. Tanda-tandanya positif.”“Syukurlah,” ucap Bianca singkat, kemudian duduk di kursi bersama Ratna.Suasana sempat hening beberapa saat. Bianca tampak sibuk membuka ponselnya, sementara Ratna mengelus punggung tangannya pelan-pelan. Melihat keadaan itu, Nate menoleh pada Mariana.“Kita cari sarapan dulu, ya?” ajaknya lembut.Ratna yang tak sengaja mendengar hal itu langsung menimpali. Ia mengarah

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   92. ICU

    Belum genap dua menit sejak pesan itu terkirim, ponsel Mariana berdering. Nama Nathaniel Adikara terpampang jelas di layar.Mariana menarik napas panjang sebelum menjawab. “Halo…?”“Moonie,” suara Nate terdengar rendah namun tajam, penuh kekhawatiran yang tak bisa ditutupi. “Kamu di mana sekarang?”“Di rumah sakit,” jawab Mariana lirih. Suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh emosi yang kembali menyeruak ke permukaan. “Ayah di ICU. Belum sadar.”“Rumah sakit mana?” tanya Nate cepat.“Rumah Sakit Sehat Bahagia.”“Aku ke sana sekarang.”“Nathaniel—”“Aku akan ke sana sekarang,” ulang Nate, tak memberi ruang untuk sanggahan. “Tunggu aku, Moonie.”Panggilan berakhir tanpa Mariana sempat menolak. Ia menatap layar ponsel yang kembali gelap, lalu menunduk, menyembunyikan wajahnya di antara jemari. Bagian dari dirinya lega karena Nate akan datang. Tapi bagian lain masih bergulat dengan rasa takut, bahwa semua ini akan menyeretnya lebih jauh ke dalam pusaran kekacauan.Sekitar tiga puluh menit

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   91. Tabrak Lari

    Hari-hari berlalu, dan meskipun segala sesuatunya tampak normal, ada yang berbeda dalam diri Mariana. Nate bisa merasakan perubahan itu. Setiap kali mereka berinteraksi, seperti ada jarak yang terbentang di antara mereka.Mata sang kekasih yang biasanya cerah dan penuh semangat, kini lebih sering terlihat kosong.Pagi itu, di ruang makan yang tenang, Nate memandangi Mariana dengan seksama. Wanita itu duduk di seberangnya, memegang cangkir teh dengan kedua tangan sementara matanya terfokus pada taman di luar jendela.“Moonie,” suara Nate memecah keheningan yang sempat menggantung. “Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu tidak seperti biasanya. Kamu lebih banyak diam. Ada apa, Sayang?”Mariana menoleh pelan, terkejut. Dan untuk beberapa detik, ada kebisuan yang menggelayuti udara di sekitar mereka. Lalu dengan senyum yang hampir tak terlihat, Mariana menundukkan kepala dan mengaduk-aduk teh di dalam cangkirnya.“Aku cuma capek,” jawabnya lirih. Sebuah jawaban yang sudah Nate duga akan Mari

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status