Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 65. Di Antara Luka, Ada Cinta yang Menyembuhkan

Share

65. Di Antara Luka, Ada Cinta yang Menyembuhkan

Author: Merspenstory
last update Huling Na-update: 2025-04-20 20:07:11

Mata kedua orang tuanya membelalak seketika. Mereka saling berpandangan, kaget, tak percaya.

“Aku menemukan celana dalam yang hilang di gudang rumah Bara,” lanjut Mariana. “Bianca memang bersikeras mengatakan bahwa itu miliknya, tapi aku tahu persis, itu milikku. Dan pagi ini, Pak Nathaniel menerima rekaman CCTV dari tetangga yang memperlihatkan Bara menyelinap masuk ke rumahku.”

Tubuh Ratna seketika menegang. Sementara Armand hanya diam dengan rahang mengeras, dan tinjunya mengepal di atas lutut. Wajahnya tampak menahan amarah yang mulai mendidih.

“Apa yang kamu bilang barusan benar, Mariana?” tanya Armand akhirnya.

Mariana mengangguk pelan. “Benar, Yah. Aku nggak akan datang ke sini membawa cerita seperti ini kalau aku nggak punya bukti. Kalian bisa lihat sendiri videonya kalau mau.”

Nate merogoh ponsel dari dalam saku celananya, lalu dengan tenang menyodorkannya ke arah Armand. “Ini, Om.”

Armand mengambil ponsel itu dengan tangan gemetar. Ia menonton rekaman itu dalam diam. Wajahn
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   66. Sebuah Peringatan dari Nate

    Beberapa hari kemudian…Nate duduk di sebuah ruangan sempit dengan cahaya temaram. Di depannya, terbentang jendela kaca dua arah yang memisahkannya dari ruangan lain—tempat di mana beberapa pria berbadan besar sedang ‘memberi pelajaran’ pada seseorang.Dari balik kaca itu, Nate memperhatikan dalam diam. Sorot matanya tajam tanpa emosi.Di luar, seorang pria yang sudah babak belur tetap mencoba memberontak meski jelas tubuhnya nyaris tak kuat berdiri.“Lepaskan aku, bangsat! Kenapa kalian menghajarku, hah?!” teriak Bara, suara seraknya menggema penuh amarah.Nate hanya tersenyum miring mendengar itu. Tidak puas, tapi cukup untuk menenangkan rasa geram di dadanya. Pria itu—Bara—baru saja menerobos masuk ke rumah Mariana dan mencuri barang-barangnya.Dan sekarang, dia ada di tempat yang seharusnya.“Siapa yang menyuruh kalian?!” Bara kembali melawan. “Suruh aja bos kalian keluar, hadapi aku langsung kalau berani!”Salah satu pria paling kekar mendekat. Ia mencengkeram kerah kemeja Bara d

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   67. Mendonorkan Darah

    Malam itu mereka duduk di balkon lantai dua saat gerimis mulai turun perlahan. Suara air jatuh di atap membuat suasana jadi tenang.Nate menyandarkan tubuh di kursi rotan. Mariana duduk di sebelahnya sambil memegang mug teh hangat. Wanita itu menarik selimut tipis ke bahunya.Lampu gantung yang menyala temaram memberi cukup cahaya untuk melihat wajah satu sama lain di bawah rinai yang turun lembut itu.“Kalau kamu kedinginan, kita bisa masuk,” kata Nate. Gerimis tidak termasuk ke dalam rencananya malam ini.Mariana menggeleng pelan, senyum di bibirnya melengkung indah. “Di sini saja. Aku suka,” sahutnya.Nate hendak menanggapi, tapi suara dering di ponsel Mariana memotong percakapan mereka.Nama ‘Ibu’ tertera di layar. Mariana sempat terdiam sebelum akhirnya mengangkat.“Halo, Bu?”“Mariana …,” suara Ratna terdengar panik dan bergetar di seberang telepon. “Tolong … Bianca … dia melahirkan, tapi ada pendarahan hebat. Dan rumah sakit kehabisan stok darahnya. Golongan darah kalian sama.

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   68. Obrolan Serius

    Setibanya di rumah, Nate langsung menyuruh Mariana untuk langsung pergi ke kamar dan berganti pakaian.“Cepat ganti pakaianmu dengan yang lebih hangat. Aku tidak mau kamu sampai kena flu atau demam,” ujarnya tegas tapi penuh perhatian.Mariana hanya mengangguk pelan. Dengan langkah lelah, ia menuju kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Tanpa membuang waktu, ia menuruti instruksi Nate—melepas pakaian yang basah dan menggantinya dengan yang lebih tebal dan hangat.Begitu selesai, ia naik ke ranjang dan membenamkan diri di bawah selimut, membiarkan kehangatan perlahan-lahan meresap ke tubuhnya yang masih menggigil.Sekitar sepuluh menit kemudian, terdengar ketukan lembut di pintu.“Masuk,” ucap Mariana lirih.Pintu terbuka perlahan, dan Nate muncul di baliknya. Di tangannya, ada segelas susu hangat yang mengepulkan uap tipis. Ia berjalan pelan mendekati Mariana.“Minum dulu, supaya badanmu lebih hangat,” katanya seraya menyodorkan gelas itu.Mariana menerimanya tanpa banyak bicara, lal

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   69. Moonie

    Mariana terbangun dan merasakan kepalanya begitu berat. Sekujur tubuhnya panas, tapi ia justru menggigil kedinginan. Diliriknya jam yang berdetak di dinding—pukul dua belas malam.Dengan sisa tenaga yang ia kumpulkan, Mariana bangkit dari kasur. Langkahnya sedikit berat saat menuju laci untuk mencari obat penurun panas. Tidak ada.Ia menarik napas dalam, lalu membuka pintu dan melangkah keluar kamar. Cahaya lampu terang di koridor membuat matanya langsung terpejam dengan dahi berkerut. Mariana refleks menutupi matanya dengan telapak tangan sebentar sebelum perlahan menurunkannya kembali.“Sayang…?”Mariana langsung membuka mata saat suara Nate masuk ke telinganya dengan sopan. Pria itu tiba-tiba berdiri cukup jauh darinya dan segera melangkah mendekat, wajahnya tampak khawatir.“Ada apa? Kamu lapar?” tanya Nate, suaranya lembut tapi sigap.Mariana menggeleng pelan. “Aku mau cari obat penurun demam.”“Kamu demam?” Nate terkejut, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Mariana. “Ast

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   70. Venti Prive

    Setelah puas berkeliling dan membeli beberapa kebutuhan Elhan, Mariana dan Nate memutuskan untuk bersantai sejenak di sebuah kafe yang terletak di lantai atas mal.Namun langkah kaki Mariana melambat begitu ia melihat sosok yang familiar berdiri anggun di depan restoran bergaya klasik bernama Venti Prive. Wanita paruh baya itu mengenakan setelan warna pastel lembut dan scarf sutra yang menjuntai elegan di bahunya.“Mariana? Nate?” suara lembut dan tegas itu terdengar begitu khas. Ekspresi Arsita langsung bersinar saat melihat mereka.“Mama?” Nate sedikit terkejut. Ia segera menghampiri ibunya dengan Elhan di gendongannya. “Sedang apa mama di sini?”“Mama ada acara arisan dengan beberapa sahabat lama,” jawab Arsita sambil tersenyum lebar. Matanya lalu tertuju pada Elhan. “Dan lihat siapa yang datang … cucuku yang manis.”Arsita langsung mendekat dan mencium pipi Elhan dengan gemas. Bayi lucu itu tertawa kecil, membuat Arsita begitu senang.“Ini kesempatan langka. Ayo ikut sebentar. Aku

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   71. Harapan yang Menekan

    Mobil Nate melaju pelan di tengah ramainya jalanan kota. Suara AC mengalun lembut, dan sesekali terdengar denting mainan Elhan dari kursi belakang.Mariana duduk di samping Nate. Ia belum mengucapkan satu kata pun sejak mereka keluar dari mal. Ekspresinya tenang, tapi pikirannya sibuk memutar ulang perkataan Arsita di depan para sahabat lamanya.‘Aku ingin sekali dia jadi menantuku.’Kalimat itu sederhana, tapi entah mengapa terasa berat bagi Mariana. Kalimat itu mengandung harapan yang tidak pernah Mariana pikirkan.Sejauh ini, hubungannya dengan Nate berjalan apa adanya. Hangat, penuh perhatian, tanpa tekanan. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Mariana.Ia tidak sedang mengejar akhir yang pasti, apalagi mengukur langkah sejauh apa Nate akan membawa hubungan mereka. Belum. Mariana belum berpikir ke arah sana.Yang membuatnya risih justru saat orang lain mulai menggiring semuanya ke arah yang belum ia tuju. Seolah ia seharusnya ikut menaruh harapan yang sama besar.Mariana sempat men

    Huling Na-update : 2025-04-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   72. Professional in Public, Personal in Private

    Mobil Nate melaju pelan di antara padatnya lalu lintas pagi. Di kursi penumpang, Mariana duduk dengan tenang sambil mengunyah jeruk terakhir di mulutnya.“Turunin aku di depan minimarket, ya,” ucapnya tanpa menoleh.Nate menoleh sejenak, lalu kembali ke jalan di depan. Ia tidak langsung menjawab, tapi bibirnya mengerucut tipis sebelum akhirnya bersuara dengan tenang.“Padahal tidak masalah kalau turun bersama di basement. Orang-orang juga tidak memperhatikan.”Mariana menghela napas kecil. “Aku cuma lebih nyaman begini,” ujarnya singkat. “Lagi pula, sudah biasa juga, kan?”Nate tidak membantah lagi. Ia hanya menepikan mobilnya ke sisi jalan, tepat di depan minimarket kecil yang tak jauh dari gedung kantor. Saat Mariana hendak membuka pintu, Nate tiba-tiba menarik pelan pergelangan tangannya.Mariana sedikit terkejut dan segera menoleh. “Ada apa?”Nate menatap Mariana sebentar. Tatapannya tenang, tapi ada sesuatu yang membuat Mariana menunggu. Lalu tanpa sepatah kata pun, Nate mengang

    Huling Na-update : 2025-04-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   73. Muncul Lagi

    Ruang rapat terasa hening saat Mariana melangkah masuk. Tangan kirinya menggenggam tablet berisi dokumen digital, sementara berkas-berkas cetak sudah ia siapkan rapi di atas meja. Sebelum Nate menyelesaikan rapat sebelumnya, Mariana telah lebih dulu mengecek ulang proyektor dan memastikan presentasi siap diputar.Tak lama, suara langkah yang dikenalnya muncul di balik pintu. Mariana tidak langsung menoleh, tapi senyumnya muncul perlahan begitu Nate masuk ruangan.Tatapan mereka sempat bertemu sebentar. Nate tampak sedikit lelah, tapi tidak kehilangan pesonanya. Ia meletakkan map di depan kursinya, lalu mendekat ke arah Mariana.“Sudah siap?” tanyanya pelan.Mariana mengangguk. “Slide-nya udah aku cek. Semua file masuk. Sekarang tinggal kamu tampil ganteng dan ngomong seperti biasa.”Nate tertawa kecil. “Gantengnya kebetulan memang bawaan lahir.”Mariana melirik pria itu sambil menahan senyum. “Percaya diri itu penting.”Nate tidak langsung duduk. Ia berdiri di samping Mariana, suaranya

    Huling Na-update : 2025-04-25

Pinakabagong kabanata

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   89. Mawar Hitam

    Mariana menghela napas. Matanya tampak getir saat menatap Nate yang berdiri tenang di sisinya.“Maaf,” ucapnya pelan seraya menunduk. “Aku hanya … hanya ….”Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kata-kata seolah terhenti di tenggorokan, sementara pikirannya seperti benang kusut yang sulit diurai. Mariana sadar, perasaan tidak nyaman yang mengganggunya sejak tadi bukan semata karena Jeslyn, melainkan karena luka lama yang belum sepenuhnya pulih.Pernikahannya dengan Bara dulu hancur karena orang ketiga. Dan meski ia telah meyakinkan diri untuk membuka hati kembali bersama Nate, trauma itu ternyata tak pernah benar-benar pergi.Kehadiran Jeslyn di antara mereka cukup untuk membangkitkan ketakutan lama dan menggoyahkan keyakinannya.“Maaf, nggak seharusnya aku meragukanmu dan hubungan kita,” ucap Mariana lirih.Nate menunduk sedikit, lalu menarik dagu Mariana agar menatap langsung matanya. Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan itu.“Hey, dengar,” katanya lembut. “Aku tahu ad

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   88. Selama Kamu Percaya

    Arsita segera berdiri saat melihat Nate menggendong Mariana lalu mendudukkan wanita itu di kursinya. Wajah wanita paruh baya itu tampak terkejut sekaligus khawatir.“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada cemas.Nate mendesah pelan. Raut wajahnya serius saat memandangi ibunya. Namun, belum sempat ia membuka suara untuk menjelaskan, Jeslyn buru-buru mendekat dan bersuara dengan cepat.“Tante, aku tidak sengaja menabrak Mbak Nana sampai dia terjatuh. Aku juga sudah minta maaf padanya. Tapi dia justru mengatakan kalau aku memang sengaja.” Jeslyn bersikap manis, wajahnya tampak dibuat-buat seolah diliputi penyesalan.Mendengar itu, Mariana tersenyum tipis. Ia sudah jenuh menghadapi orang bermuka dua seperti Jeslyn.“Benar. Aku memang bilang kamu sengaja,” ucap Mariana tenang. “Karena hanya orang buta atau orang yang menyimpan niat buruk yang bisa menabrak seseorang dari jarak sedekat itu.”“Mariana,” tegur Arsita pelan, wanita paruh baya itu terlihat tidak nyaman dengan ketegangan yang m

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   87. Konfrontasi

    Restoran semi outdoor itu cukup ramai siang itu. Aroma rempah lembut dan suara musik akustik mengalun dari sudut ruang, berpadu dengan udara segar dari pepohonan rindang di sekelilingnya.Mereka duduk di meja panjang di sisi teras, menghadap taman kecil yang ditata cantik. Elhan berada di kursi bayi di samping Mariana.Mariana sedang menyuapi Elhan makan siang yang dibawanya dari rumah saat suara riang terdengar mendekat dari arah samping.“Eh, ternyata ada kalian di sini!”Semua menoleh.Mariana mematung sejenak ketika melihat siapa yang datang. Jeslyn, dengan blouse putih elegan dan flare jeans, berdiri di pinggir meja sambil tersenyum manis. Beberapa wanita lain berdiri di belakangnya, teman-teman sebayanya yang sama sekali tak Mariana kenal.“Oh, Jeslyn.” Arsita tersenyum ramah. “Kebetulan sekali ….”Jeslyn terkekeh. “Tempat ini sangat viral di media sosial, Tan. Tadi aku dan teman-teman memang ingin makan siang di sini.” Lalu ia menoleh ke Nate. “Tapi ternyata kalian juga di sini

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   86. Sampai kapan ia ingin disembunyikan?

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut lewat celah tirai di ruang keluarga. Mariana duduk santai di atas karpet, bersandar ke sofa dengan pakaian rumah yang nyaman. Di sebelahnya, Elhan asyik menggigit mainan warna-warni sambil sesekali mengoceh sendiri.Tapi perhatian Mariana tertuju pada layar ponsel di tangannya. Wawancara dua hari lalu itu ia tonton lagi. Dan … entah sudah berapa kali.Di layar, Nate tampak rapi dan tampan. Setelan abu-abu gelap, rambut disisir rapi, sorot matanya tenang. Di sampingnya, pembawa acara muda duduk dengan senyum manis dan cara bicara yang luwes.Topik awal masih seputar bisnis, energi terbarukan, dan kiprah Nate sebagai CEO muda. Semuanya terdengar profesional, sampai satu pertanyaan membuat suasana sedikit berubah.“Ada satu pertanyaan terakhir, Pak Nathaniel,” ucap sang host. “Kami tahu, Anda kehilangan istri Anda beberapa waktu lalu. Banyak yang penasaran, apakah sekarang Anda sudah membuka hati lagi?”Mariana meneguk ludah dengan pelan. Napasny

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   83. Kerja atau Pacaran?

    Mariana kembali duduk di mejanya setelah keluar dari ruang CEO. Wajahnya masih menyimpan sisa rona merah muda, tapi ekspresinya sudah kembali serius. Tangannya dengan cekatan membuka e-mail lalu mengecek agenda rapat pagi ini.Matanya fokus pada layar, tapi ponsel di sisi laptopnya tiba-tiba menyala dan mengalihkan perhatiannya. Notifikasi What$App. Dari Nathaniel Adikara.[Rapat jam 2 siang nanti fix ya. Tapi kamu yang presentasi. Aku ingin melihat kamu membuat Nusantara Power kagum.]Mariana mengetik cepat.[Kamu CEO-nya. Yang harusnya bikin mereka kagum itu kamu. Tapi oke. Biar aku urus.]Balasan Nate muncul hanya dua detik kemudian.[Kamu urus, aku kagumi. Fair kan?]Mariana terkekeh pelan di balik layar. Ia mengetik balasan terakhir sebelum kembali fokus ke pekerjaannya.[Kamu beneran kerja nggak sih?]Tak sampai semenit, notifikasi balasan kembali muncul.[Lagi tunggu kamu balas ini. Baru bisa lanjut kerja. PS: Jangan pakai lipstik merah kalau kamu tidak mau aku kehilangan fokus

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   82. Satu Sentuhan, Seribu Efek

    Hari pertama Mbak Yanti bekerja, suasana rumah berjalan seperti biasa. Elhan baru saja bangun dan sedang bermain di lantai ruang tengah bersama Mariana saat suara bel rumah terdengar.Mariana menoleh, lalu mendengar langkah kaki Rani menuju pintu depan. Tak lama kemudian, suara Rani terdengar samar. “Masuk aja, Mbak. Mari, saya antar ke dalam.”Setelah itu, Mbak Yanti muncul di ambang ruang tengah, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Rambutnya disanggul rapi dengan senyum hangat menghiasi wajahnya. Begitu melihat Elhan, mata wanita itu langsung berbinar.“Selamat pagi, Mbak Mariana,” sapa Mbak Yanti sopan.“Pagi. Silakan duduk, Mbak,” jawab Mariana ramah. Ia menoleh ke Elhan yang sedang menggerak-gerakkan mainan. “Elhan sayang. Ada yang mau kenalan.”Elhan menatap Mbak Yanti dengan rasa ingin tahu. Ketika Mariana menggendong dan mendekatkannya, Mbak Yanti mengulurkan tangan, membiarkan Elhan menyentuh jarinya.“Halo, Nak. Ganteng banget kamu,” ujarnya lembut.E

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   81. Seleksi Nanny Baru

    Mariana tak bisa menahan senyum saat menatap layar ponselnya. Tiga kata itu—Aku cinta kamu—terpampang jelas dari Nate.Kalimat itu sederhana, tapi terasa seperti mantra ajaib yang menghantam hatinya dengan lembut. Membuat pipinya memanas dan perutnya seperti dihuni ribuan kupu-kupu.Dengan wajah yang masih berbinar, Mariana memutar tubuh Elhan agar menghadap ke arahnya. Bayi lucu itu menatap polos dengan aroma bubur yang menguar dari mulutnya.Senyum Mariana makin melebar. “Elhan sayang… kamu lucu banget, tahu nggak?” ucapnya gemas sambil mencium pipi Elhan.Ia terkikik kecil, lalu menambahkan lirih dengan pipi memerah, “Persis kayak papamu.”Belum sempat Mariana melanjutkan ocehan manjanya pada Elhan, kemunculan Arsita yang begitu tiba-tiba membuat Mariana terkejut bukan main.“Selamat pagi,” sapa Arsita begitu riang. Matanya berbinar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.Mariana beranjak berdiri, lalu membalas sapaan Arsita dengan sopan. “Pagi, Tante.”Wanita paruh baya dengan pen

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status