"Rumah sakit?"
Anna bergumam pelan ketika menyadari bahwa ia terbangun disambut ruangan khas rumah sakit dan bau antiseptik yang pekat.Seketika, perempuan itu teringat apa yang telah terjadi pada dirinya.
Sang nenek khawatir karena Anna tak kunjung membawa pacar ke rumah. Jadi, wanita itu berusaha menjodohkan Anna dengan pria yang tak dikenali Anna.
Memang, pria itu oke secara fisik dan kekayaan. Tapi, Anna ilfill dengan tatapan pria itu yang seolah mau melumatnya!
Oleh sebab itu, Anna memutuskan segera kabur. Sayangnya, ia melihat cahaya yang sangat menyilaukan menuju ke arahnya. Lalu, tak lama kegelapan menderanya.Kriet!Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan tak lama seorang lelaki yang Anna yakin seorang dokter masuk diiringi dua orang perempuan berseragam perawat."Selamat malam, Nona Joanna."
Anna menatap sang dokter dengan linglung sebelum akhirnya berkata, "Malam, dok. Apa yang terjadi dengan saya?"
"Anda tidak sadarkan diri setelah terjatuh akibat terbentur mobil," jelasnya, “jadi, kami akan melakukan pemeriksaan kembali."
"Baik, dok."
Sejurus kemudian, dokter dan tim medis pun melakukan pemeriksaan secara mendetail selama 35 menit.
Anna lega ketika sang dokter mengatakan tidak ada luka yang terlalu serius. Hanya saja, MRI akan tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada luka dalam, terutama di bagian kepala Anna."Dok, siapa yang membawa saya ke mari?" tanya Anna kala melihat dokter bersiap hendak meninggalkan ruangan. Ia teringat bahwa tak mungkin bisa ke rumah sakit ini sendiri setelah ditabrak.
"Oh iya, mereka ada di depan,” jawab sang dokter, "sebentar lagi, mereka akan masuk."
Anna mengangguk.
Sayangnya, ia merasakan kepalanya sedikit pusing. Jadi, Anna mencoba memejamkan mata dan tak menyadari seorang lelaki masuk bersama gadis kecil yang imut.“Selamat malam, Nona. Bagaimana keadaan kamu sekarang?”
Suara bariton yang terdengar membuat Anna seketika membuka matanya. Ditatapnya dua orang yang berdiri di hadapannya itu dengan linglung.“Saya …Emm… kepala saya masih pusing,” jawab Anna pada akhirnya.
Pria itu tampak mengangguk. “Beristirahatlah. Dokter bilang tidak ada luka yang serius, kamu hanya mengalami syok.”
Ia lalu menyodorkan air minum kepada Anna, sehingga perempuan itu segera meminumnya. Kebetulan sekali, Anna merasakan tenggorokannya kering.“Kakak cantik, nama Kakak siapa?” tanya gadis mungil di samping pria itu mendekati Anna, “aku Amelia. Ini papaku, namanya Harry.”Anna sontak menatap Amelia yang tersenyum padanya. Tanpa sadar, ia pun tersenyum membalas gadis cilik itu.
“Joanna, panggil saja Kak Anna,” sahut Anna yang disambut anggukan oleh anak itu.
Hanya saja, Amelia menandak memukul keningnya sendiri sebelum menyerahkan tas milik Anna. “Hampir aja Amelia lupa! Kak Anna, ini barang-barang Kakak.”
Anna menahan tawa. “Terima kasih, Sayang,” ucapnya sebelum tatapan Anna kembali berpindah kepada Harry.
“Maaf, apa kalian yang membawa saya ke mari?” tanyanya.
Harry yang sedari tadi diam itu, seketika mengangguk. “Benar, kamu tergeletak pingsan di depan mobil saya. Jadi, saya langsung membawa kamu ke mari.”
“Berarti kamu yang telah menabrak saya?”
“Tidak sengaja karena kamu tiba-tiba melintas sambil berlari,” ketus pria itu, “untungnya, laju mobil saya pelan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang serius.”
Anna tersenyum canggung–merasa tak enak.
Dengan kaburnya dia semalam, sudah berapa orang yang direpotkan?Pasti, keluarganya kini juga panik karena tak menemukannya walaupun Anna dikenal sebagai gadis pemberani. Namun, Anna seketika mendadak merinding kala mengingat sang nenek. Kalau ia balik sekarang, perempuan itu pasti tetap akan memaksanya untuk menikah, kan? Belum lagi, pria yang dijodohkan dengannya itu mungkin merasa kesal dan ingin membalasnya?“Nona Anna, kamu baik-baik saja?” tanya Harry menyadarkan Anna dari lamunannya.
Perempuan itu seketika melihat Harry dan Amelia. Entah mengapa, sebuah ide gila muncul!“Oh iya, ini … kepala saya sangat berat. Kamu harus bertanggung jawab karena sudah menabrak saya,” sahut Anna serius.
Alis pria itu tampak naik sebelah–sebelum akhirnya Harry membalas, “Jangan khawatir. Saya akan bertanggung jawab dengan membayar semua biaya pengobatanmu.” “Bahkan, saya akan meminta dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut.”Anna seketika menggelengkan kepalanya ketika mendengar jenis pertanggungjawaban yang Harry maksud.
“Tidak perlu. Saya tidak membutuhkan biaya pengobatan itu.”“Lalu, tanggung jawab apa yang kamu maksud?” tanya Harry tampak bingung. Anna menghela napas pelan–menyiapkan mentalnya–lalu menatap Harry. “Menikahlah dengan saya,” ucapnya mantap.
“Apa??!”
Roda kehidupan terus berputar, mesin waktu pun terus berpacu. Hari demi hari berganti menjadi bulan, bulan pun terus berubah. Akhirnya kehamilan Anna pun genap 9 bulan.Seorang bayi laki-laki tampan telah dilahirkan, wajahnya sangat mirip dengan Harry, bak pinang dibelah dua. Anna merasa sangat takjub, ia benar-benar merasakan hidupnya menjadi sangat sempurna.Dulu, Anna selalu berpikir, menikah, lalu punya Anak, sangat merepotkan. Setiap hari hanya mengurus anak, sangat tidak bebas, itu sebabnya ia selalu berkeras menolak untuk menikah.Namun siapa sangka, berawal dari ide gilanya yang meminta lelaki yang tak dikenalnya itu untuk menikahinya. Ya, semua memang meluncur begitu saja tanpa ia pikirkan apa yang akan terjadi nantinya.Bermimpi pun tidak pernah, kalau ia akan menjadi istri seorang konglomerat berkebangsaan Inggris. Saat itu ia hanya asal meminta Harry menikahinya, yang dipikirkannya adalah bagaimana menyelamatkan sang nenek yang sedang koma.Siapa sangka, bak gayung bersam
“Ada apa Hubby?” tanya Anna melihat suaminya mematung setelah menerima panggilan telepon, “telepon dari mana?”Harry tidak menjawab, tapi kedua mata lelaki itu berkaca-kaca, ia langsung menatap Amelia dan bergegas memeluknya.“Sayang, Mommy …” Suara Harry terbata-bata seakan tak bisa lagi berbicara.“Ada apa dengan Sis Anne, Hubby?” potong Anna, ia menjadi cemas.Harry menghela napas panjang, ia berusaha mengatur berbagai perasaan yang bergejolak di hatinya, pria itu pun memeluk Amelia dan Anna. “Sis Anne … siuman.”“Apa? Mom sudah bangun?” Amelia seakan tidak percaya, Harry mengangguk.“Oh Tuhan!” Amelia langsung memeluk Harry dan Anna, tangis ketiganya pun pecah, tangis haru dan bahagia, sungguh tak bisa terucapkan dengan kata-kata.Begitu pun Nanny, wanita paruh baya itu tidak bisa lagi menahan tangisnya. Ia adalah saksi perjalanan keluarga ini, seketika terlintas semua kenangan masa lalu, saat-saat ia mulai mengasuh dua putra keluarga terkemuka ini, David dan Harry.Wanita itu p
“Ada apa?” tanya Vincent kepada anak buahnya, “cepat periksa!”“Baik Boss” Pria itu pun bergegas, sementara Vincent membuka laci mejanya, mengeluarkan 2 buah pistol yang tergeletak di sana.“Gawat Boss!” ujar anak buah Vincent yang tadi melihat ke luar.“Ada apa?”“Kita sudah dikepung!” jawab lelaki itu terengah-engah.“Sial!” Vincent segera memeriksa monitor keamanan, baku tembak pun mulai terdengar.“Boss! Anda harus bersiap menyelamatkan diri, biar di sini anak-anak yang menghadapi.”“Ok, kamu kumpulkan bahan-bahan penting, cepat!”“Siap, Boss!” Tidak berapa lama keduanya pun masuk ke ruang rahasia.“Boss, bagaimana dengan Nona Rebecca?”“Ah tidak penting, kita tidak membutuhkannya, biar saja dia ditangkap tidak banyak juga informasi yang dia tahu.”“OK.” Keduanya pun memasuki lorong rahasia yang gelap dan sempit, namun lorong itu cukup panjang.Sementara itu pihak kepolisian terus merangsek masuk, baku tembak pun terdengar saling bersahutan, hal itu terdengar pula ke kamar Reb
Harry sangat cemas, berbagai bayangan buruk melintas begitu saja di benaknya, hal itu membuatnya jadi kurang fokus. Nyaris mobilnya menyenggol mobil lain.“Son, tenangkan dirimu. Jika kau tidak fokus seperti ini, akan sangat buruk dampaknya, sedapat mungkin kau harus menghindari guncangan.”Nanny mengingatkan Harry sambil menepuk bahu lelaki itu lembut. Harry menghela napas, lalu mengurangi kecepatan laju mobilnya.“Nyonya, apa rasanya kencang sekali?” tanya Nanny pada Anna sambil menletakan tangannya di atas perut Anna yang tidak mampu berbicara lagi, ia hanya mengangguk pada Nanny.“Oke, sepertinya kram perut, coba untuk rileks dan mengatur napas.” Anna kembali mengangguk, ia pun mengikuti intruksi Nanny.Tidak lama berselang mereka pun tiba di rumah sakit, Harry segera menggendong istrinya dan membawanya ke unit gawat darurat, tim dokter pun segera melakukan pemeriksaan.Harry sangat gugup, ia mondar-mandir gelisah. Nanny kembali menenagkannya, dan meminta anak asuhnya itu untuk d
Pelayan itu terengah-engah, nampak ia lari tergesa-gesa. “Ada apa?” tanya Nanny. Anna dan Amelia pun berhenti, ikut memperhatikan si pelayan.“Ada orang mabuk menabrak gerbang depan, ditegur security malah dia yang marah-marah dan minta ganti rugi.”Anna dan Nanny saling berpandangan sekilas, namun Nanny segera meminta izin kepada Anna untuk melihat ke luar.“Nyonya dan Nona tenang saja, biar saya yang urus,” ujar Nanny.“Okay, Nanny. Lihat saja kerusakannya, kalau dia minta ganti, bawa saja mobilnya ke bengkel, lalu panggil tukang untuk memperbaiki gerbang jika ada kerusakan.”“Baik Nyonya, saya permisi dulu.” Nanny pun bergegas ke luar diikuti pelayan tadi, Anna dan Amelia pun duduk sambil minum air putih.“Aneh ya, Ma. Masa dia yang menabrak malah minta ganti rugi sama kita.” Amelia berpendapat, mengomentari keributan yang dijelaskan sang pelayan.“Ya namanya orang cari keuntungan, bisa macam-macam, Sayang.” Anna tersenyum sambil meneguk air di botolnya.”Cari keuntungan?” Amel m
Postman gadungan itu tersentak, ia menoleh dan melihat ke samping. Seorang lelaki mengenakan jaket dan kaca mata hitam dengan wajah dingin menodongkan pistol ke arahnya,Sontak lelaki yang sedang membuka seragam petugas post itu menggigil ketakutan, ia mengikuti isyarat si penodong untuk masuk ke dalam mobil, yang berhenti tidak jauh dari mereka, lalu melaju meninggalkan tempat itu.Sedangkan di kediaman Barnes, Harry tiba di rumah setelah mendapat telepon dari Nanny, wanita itu segera menyerahkan surat kedua yang dikirim si penjahat. Ia semakin marah membaca isinya, namun Nanny mengingatkan agar Harry tenang dan menenangkan Anna yang masih syock karena membaca isi surat itu.Harry segera menemui Anna yang sedang duduk sendirian di kamar. Wanita itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. Yah, Anna memang sedang berusaha memperkirakan berbagai kemungkinan, bahkan yang terburuk.Tidak dipungkiri, sebelum menikah Anna adalah seorang gadis tomboi yang pemberani, ia tidak gentar menghadapi