Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku / Chapter 4. Benarkah Hanya Acting?

Share

Chapter 4. Benarkah Hanya Acting?

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2023-06-28 23:34:14

“Tangan Nenek bergerak!” seru Harry.

Mama dan Anna terkejut dan menemukan wanita tua kesayangan mereka memang menggerakan jari-jarinya dan mencoba membuka matanya.

Mama Anna sangat senang. Ia pun bergegas memanggil dokter.

Di sis lain, Nenek menatap Anna dengan lemah, lalu perlahan pandangannya berpindah kepada Harry. 

Sosok lelaki tampan yang berdiri disamping Anna membuat mulut nenek terbuka hendak mengucapkan sesuatu. 

Namun, dokter dan beberapa perawat datang dan segera melakukan pengecekan.

“Nenek benar-benar sangat mengkhawatirkan kamu, An. Setelah kamu bilang kamu punya calon suami, dia mungkin berjuang keras untuk bangun. Padahal, dokter semalam bilang kemungkinannya fifty-fifty, tergantung kemauan hidup nenek. Jangan kecewaain nenek lagi An.”

Mama tiba-tiba berujar sambil menatap Anna dan Harry.

Deg!

Anna tertegun. 

‘Duh, bagaimana ini kalau nenek tahu hubunganku dengan Harry adalah pura-pura? Semoga ada jalan keluar. Yang penting sekarang nenek selamat, dan selanjutnya membuat nenek semakin sehat, sehingga kuat menerima kenyataan apa pun, nanti barulah bicara pelan-pelan sama nenek,’ batin wanita muda itu berusaha menenangkan diri.

“Anna ...” Nenek tiba-tiba memanggil Anna meski suaranya masih lemah.

“Iya Nek, Anna di sini,”  jawab Anna sambil tersenyum.

“Apa benar kamu akan menikah?”

“Iya Nek, doakan semoga semua rencana Anna lancar,” sahut Anna.

“Mana calon suami kamu?”

“Oh iya lupa mengenalkan, ini Mas Harry Nek, pacar Anna.” 

Anna terlihat malu-malu mengenalkan Harry, sementara pria itu tersenyum sopan dan memegang tangan nenek.

“Nek, bagaimana kondisi Nenek sekarang?” sapanya sopan.

Namun, Nenek justru balik bertanya, “Apakah kamu, Harry?”

“Iya Nek saya Harry,”  jawab Harry lembut.

“Apa kamu mencintai cucu saya?”

Harry melirik Anna dan tersenyum. “Iya Nek, dan saya akan menjaga cucu Nenek dengan baik.”

“Syukurlah, Nenek senang mendengarnya cucu Nenek sebentar lagi sold out.”

“Sold out? Nenek kira Anna dagangan yang nggak laku apa.”

Harry dan mama pun tertawa dengan kelakar wanita tua itu.

“Habis kamu disuruh nikah susah, ngomong-ngomong sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?”

“Enam bulan!”

“Tiga bulan!”

Anna dan Harry menyahut hampir berbarengan, tapi jawaban mereka tidak sama.

“Yang benar yang mana?” tanya nenek bingung.

“Dua-duanya benar Nek,”  jawab Harry sambil tersenyum.

“Sebenarnya hubungan kami sudah berjalan 6 bulan, tapi kami baru berencana untuk melanjutkan ke jenjang serius ya baru 3 bulan ini.”

Nenek mengangguk mengerti akan penjelasan pria itu.

"Duh selamat aku, untung mas Harry pintar, kalau nggak bakal ketahuan nih," gumam Anna di hatinya.

“Tapi, kenapa kamu enggak pernah bilang, An?” tanya nenek mencecar Anna.

“Ini … sebenarnya Anna berencana mau membuat surprise Nek, tapi kemaren Nenek memaksa sampai Anna jadi bingung dan lupa memberitahu.”

“Kalau kemarin kamu bilang terus terang, Nenek nggak akan memaksa kamu.”

“Iya Nek Anna salah, maafin Anna.”

“Ya sudah, Kalau begitu Nenek harus segera pulang untuk mengatur pernikahan kalian.”  Nenek mencoba bangun.

“Nek … Nenek tenang dulu ya, kami tidak buru-buru. Kami akan menunda pernikahan kami, sebab dalam waktu dekat Mas Harry akan berangkat ke luar negeri untuk urusan bisnis.”

Nenek terdiam, ia memandang Harry seakan meminta penjelasan.

“Benar, Nek,” ucap Harry mengangguk.

“Kalau begitu, kalian menikah KUA saja dulu. Resepsinya nanti belakangan supaya kalian bisa berangkat bersama.”.

Harry dan Anna saling berpandangan mendengar usul sang nenek. 

Anna bahkan sedikit panik karena tidak menyangka nenek akan mengusulkan hal ini.

“Maaf Nek, Anna nggak bisa ikut Mas Harry ke luar negeri. Anna juga punya pekerjaan yang harus Anna selesaikan.”

“Apa kamu yakin akan menjalin hubungan jarak jauh? Godaannya sangat berat, apalagi Harry masih muda, ganteng dan seorang executive, pasti bakal banyak perempuan di sana yang akan menggodanya, kamu bakalan sakit hati,”  ujar nenek blak-blakan. Tampak sekali, ia khawatir bila kekasih cucunya itu sadar bahwa sedang khilaf dan meninggalkan Anna nantinya.

Bagaimanapun, nenek memahami lingkaran pergaulan para pengusaha  karena ia sendiri seorang pebisnis sedari muda.

“Nek, Anna percaya sama Mas Harry,” ujar Anna.

“Benar, Nek. Saya tidak akan mengkhianati Anna, Nenek tenang saja, ya.”

“Apa kata-katamu bisa dipegang?” Nenek menatap mata Harry, seolah ingin menguliti dan melihat kesungguhan pemuda itu.

“Nenek bisa pegang kata-kata saya, saya memberikan jaminan harga diri saya, bahwa saya tidak akan pernah menyakiti Anna.”

Harry berkata dengan mantap dan meyakinkan.

Riak wajahnya pun penuh kesungguhan, membuat Anna bergidik. 

Bukankah mereka hanya berpura-pura, tapi kenapa Mas Harry terlihat sangat bersungguh-sungguh?

Harry melihat Anna yang gugup dan seperti orang linglung. Jadi, pria itu pun tersenyum. “Nek, saya dan Anna ada keperluan, apa boleh saya ngajak Anna keluar?” 

“Oh ya, pergilah. Biarkan Mamanya Anna yang menemani saya di sini.”

“Oke Nek, kalau gitu Anna pergi dulu. Nenek jangan banyak berpikir yang macam-macam ya.” 

Anna dan Harry berpamitan kepada dua wanita itu, lalu keluar sambil berpegangan tangan.

Melihat kemesraan itu, Nenek menghela napas lega. “Akhirnya Anna menemukan pasangan yang sepadan dan baik.”

“Apa Mama yakin Harry pria yang baik?”  tanya mama kepada nenek.

“Sangat yakin.”

“Tapi, sebelumnya Mama juga bilang Ardi pria yang baik buat Anna, tapi ketahuan kan kalau prilakunya kurang baik?”  sindir mama.

Nenek melirik mama sambil cemberut. “Itu beda. Sebenarnya, aku juga enggak terlalu mengenal Ardi, hanya rekomendasi dari teman. Tapi Harry, dia pilihan Anna sendiri, dan aku sudah melihat kesungguhan di matanya,” tegas nenek.

“Semoga saja. Kita sebagai orang tua hanya bisa berharap yang terbaik.” Mama menimpali.

Sementara itu, Anna segera bernapas lega setelah keluar dari rumah sakit. 

Ia memikirkan reaksi Harry tadi, seperti bukan orang yang sedang pura-pura.

“Kenapa, An? Gugup?” tanyanya melihat Anna yang masih terlihat linglung.

“Mas Harry pernah latihan acting, ya?”

“Hahaha, kenapa? Meyakinkan, ya?”

“Hu’um, kayak bukan lagi pura-pura.”

“Kamu sendiri yang merancang permainan, tapi kamu nggak bisa acting. Payah,” balas Harry santai.

“Maklum, aku … enggak bisa berbohong sama nenek.”

“Kamu pikir aku suka berbohong?” balas Harry tajam, “apalagi, sama orang tua!”

Anna kaget. Ternyata, Harry juga gusar dan tertekan?

“Jujur Anna, aku nggak tega lihat keadaan nenek. Aku sangat menghormati dan menghargai orang tua, seperti beliau. Aku juga pernah punya nenek dan aku dibesarkan oleh nenekku. Mereka pasti akan sakit hati kalau tahu dibohongi.”

Keduanya terdiam. 

Apa yang dikatakan Harry benar, tapi Anna benar-benar tidak berdaya.

“Maafkan aku, Mas.”

“Pikirkan cara bagaimana menyelesaikan kepura-puraan ini, jangan libatkan aku terlalu dalam menyakiti nenek.”

Keduanya pun terdiam. Bahkan, selama perjalanan menuju rumah Harry.  Anna mendadak merasa tak berdaya. ‘Bagaimana, caranya bagaimana mengakhiri hubungan palsu ini tanpa membuat nenek sakit?’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Epilog

    Roda kehidupan terus berputar, mesin waktu pun terus berpacu. Hari demi hari berganti menjadi bulan, bulan pun terus berubah. Akhirnya kehamilan Anna pun genap 9 bulan.Seorang bayi laki-laki tampan telah dilahirkan, wajahnya sangat mirip dengan Harry, bak pinang dibelah dua. Anna merasa sangat takjub, ia benar-benar merasakan hidupnya menjadi sangat sempurna.Dulu, Anna selalu berpikir, menikah, lalu punya Anak, sangat merepotkan. Setiap hari hanya mengurus anak, sangat tidak bebas, itu sebabnya ia selalu berkeras menolak untuk menikah.Namun siapa sangka, berawal dari ide gilanya yang meminta lelaki yang tak dikenalnya itu untuk menikahinya. Ya, semua memang meluncur begitu saja tanpa ia pikirkan apa yang akan terjadi nantinya.Bermimpi pun tidak pernah, kalau ia akan menjadi istri seorang konglomerat berkebangsaan Inggris. Saat itu ia hanya asal meminta Harry menikahinya, yang dipikirkannya adalah bagaimana menyelamatkan sang nenek yang sedang koma.Siapa sangka, bak gayung bersam

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 115. Keajaiban

    “Ada apa Hubby?” tanya Anna melihat suaminya mematung setelah menerima panggilan telepon, “telepon dari mana?”Harry tidak menjawab, tapi kedua mata lelaki itu berkaca-kaca, ia langsung menatap Amelia dan bergegas memeluknya.“Sayang, Mommy …” Suara Harry terbata-bata seakan tak bisa lagi berbicara.“Ada apa dengan Sis Anne, Hubby?” potong Anna, ia menjadi cemas.Harry menghela napas panjang, ia berusaha mengatur berbagai perasaan yang bergejolak di hatinya, pria itu pun memeluk Amelia dan Anna. “Sis Anne … siuman.”“Apa? Mom sudah bangun?” Amelia seakan tidak percaya, Harry mengangguk.“Oh Tuhan!” Amelia langsung memeluk Harry dan Anna, tangis ketiganya pun pecah, tangis haru dan bahagia, sungguh tak bisa terucapkan dengan kata-kata.Begitu pun Nanny, wanita paruh baya itu tidak bisa lagi menahan tangisnya. Ia adalah saksi perjalanan keluarga ini, seketika terlintas semua kenangan masa lalu, saat-saat ia mulai mengasuh dua putra keluarga terkemuka ini, David dan Harry.Wanita itu p

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 114. Berita Gembira

    “Ada apa?” tanya Vincent kepada anak buahnya, “cepat periksa!”“Baik Boss” Pria itu pun bergegas, sementara Vincent membuka laci mejanya, mengeluarkan 2 buah pistol yang tergeletak di sana.“Gawat Boss!” ujar anak buah Vincent yang tadi melihat ke luar.“Ada apa?”“Kita sudah dikepung!” jawab lelaki itu terengah-engah.“Sial!” Vincent segera memeriksa monitor keamanan, baku tembak pun mulai terdengar.“Boss! Anda harus bersiap menyelamatkan diri, biar di sini anak-anak yang menghadapi.”“Ok, kamu kumpulkan bahan-bahan penting, cepat!”“Siap, Boss!” Tidak berapa lama keduanya pun masuk ke ruang rahasia.“Boss, bagaimana dengan Nona Rebecca?”“Ah tidak penting, kita tidak membutuhkannya, biar saja dia ditangkap tidak banyak juga informasi yang dia tahu.”“OK.” Keduanya pun memasuki lorong rahasia yang gelap dan sempit, namun lorong itu cukup panjang.Sementara itu pihak kepolisian terus merangsek masuk, baku tembak pun terdengar saling bersahutan, hal itu terdengar pula ke kamar Reb

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 113. Akhir Insiden

    Harry sangat cemas, berbagai bayangan buruk melintas begitu saja di benaknya, hal itu membuatnya jadi kurang fokus. Nyaris mobilnya menyenggol mobil lain.“Son, tenangkan dirimu. Jika kau tidak fokus seperti ini, akan sangat buruk dampaknya, sedapat mungkin kau harus menghindari guncangan.”Nanny mengingatkan Harry sambil menepuk bahu lelaki itu lembut. Harry menghela napas, lalu mengurangi kecepatan laju mobilnya.“Nyonya, apa rasanya kencang sekali?” tanya Nanny pada Anna sambil menletakan tangannya di atas perut Anna yang tidak mampu berbicara lagi, ia hanya mengangguk pada Nanny.“Oke, sepertinya kram perut, coba untuk rileks dan mengatur napas.” Anna kembali mengangguk, ia pun mengikuti intruksi Nanny.Tidak lama berselang mereka pun tiba di rumah sakit, Harry segera menggendong istrinya dan membawanya ke unit gawat darurat, tim dokter pun segera melakukan pemeriksaan.Harry sangat gugup, ia mondar-mandir gelisah. Nanny kembali menenagkannya, dan meminta anak asuhnya itu untuk d

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 112. Penyerangan

    Pelayan itu terengah-engah, nampak ia lari tergesa-gesa. “Ada apa?” tanya Nanny. Anna dan Amelia pun berhenti, ikut memperhatikan si pelayan.“Ada orang mabuk menabrak gerbang depan, ditegur security malah dia yang marah-marah dan minta ganti rugi.”Anna dan Nanny saling berpandangan sekilas, namun Nanny segera meminta izin kepada Anna untuk melihat ke luar.“Nyonya dan Nona tenang saja, biar saya yang urus,” ujar Nanny.“Okay, Nanny. Lihat saja kerusakannya, kalau dia minta ganti, bawa saja mobilnya ke bengkel, lalu panggil tukang untuk memperbaiki gerbang jika ada kerusakan.”“Baik Nyonya, saya permisi dulu.” Nanny pun bergegas ke luar diikuti pelayan tadi, Anna dan Amelia pun duduk sambil minum air putih.“Aneh ya, Ma. Masa dia yang menabrak malah minta ganti rugi sama kita.” Amelia berpendapat, mengomentari keributan yang dijelaskan sang pelayan.“Ya namanya orang cari keuntungan, bisa macam-macam, Sayang.” Anna tersenyum sambil meneguk air di botolnya.”Cari keuntungan?” Amel m

  • Mendadak Jadi Ibu Untuk Teman Kecilku   Chapter 111. Tamu Tak Diundang

    Postman gadungan itu tersentak, ia menoleh dan melihat ke samping. Seorang lelaki mengenakan jaket dan kaca mata hitam dengan wajah dingin menodongkan pistol ke arahnya,Sontak lelaki yang sedang membuka seragam petugas post itu menggigil ketakutan, ia mengikuti isyarat si penodong untuk masuk ke dalam mobil, yang berhenti tidak jauh dari mereka, lalu melaju meninggalkan tempat itu.Sedangkan di kediaman Barnes, Harry tiba di rumah setelah mendapat telepon dari Nanny, wanita itu segera menyerahkan surat kedua yang dikirim si penjahat. Ia semakin marah membaca isinya, namun Nanny mengingatkan agar Harry tenang dan menenangkan Anna yang masih syock karena membaca isi surat itu.Harry segera menemui Anna yang sedang duduk sendirian di kamar. Wanita itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. Yah, Anna memang sedang berusaha memperkirakan berbagai kemungkinan, bahkan yang terburuk.Tidak dipungkiri, sebelum menikah Anna adalah seorang gadis tomboi yang pemberani, ia tidak gentar menghadapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status