“Tangan Nenek bergerak!” seru Harry.
Mama dan Anna terkejut dan menemukan wanita tua kesayangan mereka memang menggerakan jari-jarinya dan mencoba membuka matanya.Mama Anna sangat senang. Ia pun bergegas memanggil dokter.
Di sis lain, Nenek menatap Anna dengan lemah, lalu perlahan pandangannya berpindah kepada Harry.Sosok lelaki tampan yang berdiri disamping Anna membuat mulut nenek terbuka hendak mengucapkan sesuatu.
Namun, dokter dan beberapa perawat datang dan segera melakukan pengecekan.
“Nenek benar-benar sangat mengkhawatirkan kamu, An. Setelah kamu bilang kamu punya calon suami, dia mungkin berjuang keras untuk bangun. Padahal, dokter semalam bilang kemungkinannya fifty-fifty, tergantung kemauan hidup nenek. Jangan kecewaain nenek lagi An.”
Mama tiba-tiba berujar sambil menatap Anna dan Harry.Deg!
Anna tertegun.
‘Duh, bagaimana ini kalau nenek tahu hubunganku dengan Harry adalah pura-pura? Semoga ada jalan keluar. Yang penting sekarang nenek selamat, dan selanjutnya membuat nenek semakin sehat, sehingga kuat menerima kenyataan apa pun, nanti barulah bicara pelan-pelan sama nenek,’ batin wanita muda itu berusaha menenangkan diri.
“Anna ...” Nenek tiba-tiba memanggil Anna meski suaranya masih lemah.
“Iya Nek, Anna di sini,” jawab Anna sambil tersenyum.
“Apa benar kamu akan menikah?”
“Iya Nek, doakan semoga semua rencana Anna lancar,” sahut Anna.
“Mana calon suami kamu?”
“Oh iya lupa mengenalkan, ini Mas Harry Nek, pacar Anna.”
Anna terlihat malu-malu mengenalkan Harry, sementara pria itu tersenyum sopan dan memegang tangan nenek.“Nek, bagaimana kondisi Nenek sekarang?” sapanya sopan.
Namun, Nenek justru balik bertanya, “Apakah kamu, Harry?”
“Iya Nek saya Harry,” jawab Harry lembut.
“Apa kamu mencintai cucu saya?”
Harry melirik Anna dan tersenyum. “Iya Nek, dan saya akan menjaga cucu Nenek dengan baik.”
“Syukurlah, Nenek senang mendengarnya cucu Nenek sebentar lagi sold out.”
“Sold out? Nenek kira Anna dagangan yang nggak laku apa.”
Harry dan mama pun tertawa dengan kelakar wanita tua itu.“Habis kamu disuruh nikah susah, ngomong-ngomong sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?”
“Enam bulan!”
“Tiga bulan!”
Anna dan Harry menyahut hampir berbarengan, tapi jawaban mereka tidak sama.
“Yang benar yang mana?” tanya nenek bingung.
“Dua-duanya benar Nek,” jawab Harry sambil tersenyum.
“Sebenarnya hubungan kami sudah berjalan 6 bulan, tapi kami baru berencana untuk melanjutkan ke jenjang serius ya baru 3 bulan ini.”
Nenek mengangguk mengerti akan penjelasan pria itu."Duh selamat aku, untung mas Harry pintar, kalau nggak bakal ketahuan nih," gumam Anna di hatinya.
“Tapi, kenapa kamu enggak pernah bilang, An?” tanya nenek mencecar Anna.
“Ini … sebenarnya Anna berencana mau membuat surprise Nek, tapi kemaren Nenek memaksa sampai Anna jadi bingung dan lupa memberitahu.”
“Kalau kemarin kamu bilang terus terang, Nenek nggak akan memaksa kamu.”
“Iya Nek Anna salah, maafin Anna.”
“Ya sudah, Kalau begitu Nenek harus segera pulang untuk mengatur pernikahan kalian.” Nenek mencoba bangun.
“Nek … Nenek tenang dulu ya, kami tidak buru-buru. Kami akan menunda pernikahan kami, sebab dalam waktu dekat Mas Harry akan berangkat ke luar negeri untuk urusan bisnis.”
Nenek terdiam, ia memandang Harry seakan meminta penjelasan.
“Benar, Nek,” ucap Harry mengangguk.
“Kalau begitu, kalian menikah KUA saja dulu. Resepsinya nanti belakangan supaya kalian bisa berangkat bersama.”.Harry dan Anna saling berpandangan mendengar usul sang nenek.
Anna bahkan sedikit panik karena tidak menyangka nenek akan mengusulkan hal ini.
“Maaf Nek, Anna nggak bisa ikut Mas Harry ke luar negeri. Anna juga punya pekerjaan yang harus Anna selesaikan.”
“Apa kamu yakin akan menjalin hubungan jarak jauh? Godaannya sangat berat, apalagi Harry masih muda, ganteng dan seorang executive, pasti bakal banyak perempuan di sana yang akan menggodanya, kamu bakalan sakit hati,” ujar nenek blak-blakan. Tampak sekali, ia khawatir bila kekasih cucunya itu sadar bahwa sedang khilaf dan meninggalkan Anna nantinya.
Bagaimanapun, nenek memahami lingkaran pergaulan para pengusaha karena ia sendiri seorang pebisnis sedari muda.
“Nek, Anna percaya sama Mas Harry,” ujar Anna.
“Benar, Nek. Saya tidak akan mengkhianati Anna, Nenek tenang saja, ya.”
“Apa kata-katamu bisa dipegang?” Nenek menatap mata Harry, seolah ingin menguliti dan melihat kesungguhan pemuda itu.
“Nenek bisa pegang kata-kata saya, saya memberikan jaminan harga diri saya, bahwa saya tidak akan pernah menyakiti Anna.”
Harry berkata dengan mantap dan meyakinkan.
Riak wajahnya pun penuh kesungguhan, membuat Anna bergidik.
Bukankah mereka hanya berpura-pura, tapi kenapa Mas Harry terlihat sangat bersungguh-sungguh?
Harry melihat Anna yang gugup dan seperti orang linglung. Jadi, pria itu pun tersenyum. “Nek, saya dan Anna ada keperluan, apa boleh saya ngajak Anna keluar?”“Oh ya, pergilah. Biarkan Mamanya Anna yang menemani saya di sini.”
“Oke Nek, kalau gitu Anna pergi dulu. Nenek jangan banyak berpikir yang macam-macam ya.”
Anna dan Harry berpamitan kepada dua wanita itu, lalu keluar sambil berpegangan tangan.
Melihat kemesraan itu, Nenek menghela napas lega. “Akhirnya Anna menemukan pasangan yang sepadan dan baik.”“Apa Mama yakin Harry pria yang baik?” tanya mama kepada nenek.
“Sangat yakin.”
“Tapi, sebelumnya Mama juga bilang Ardi pria yang baik buat Anna, tapi ketahuan kan kalau prilakunya kurang baik?” sindir mama.
Nenek melirik mama sambil cemberut. “Itu beda. Sebenarnya, aku juga enggak terlalu mengenal Ardi, hanya rekomendasi dari teman. Tapi Harry, dia pilihan Anna sendiri, dan aku sudah melihat kesungguhan di matanya,” tegas nenek.
“Semoga saja. Kita sebagai orang tua hanya bisa berharap yang terbaik.” Mama menimpali.
Sementara itu, Anna segera bernapas lega setelah keluar dari rumah sakit.
Ia memikirkan reaksi Harry tadi, seperti bukan orang yang sedang pura-pura.
“Kenapa, An? Gugup?” tanyanya melihat Anna yang masih terlihat linglung.
“Mas Harry pernah latihan acting, ya?”
“Hahaha, kenapa? Meyakinkan, ya?”
“Hu’um, kayak bukan lagi pura-pura.”
“Kamu sendiri yang merancang permainan, tapi kamu nggak bisa acting. Payah,” balas Harry santai.
“Maklum, aku … enggak bisa berbohong sama nenek.”
“Kamu pikir aku suka berbohong?” balas Harry tajam, “apalagi, sama orang tua!”
Anna kaget. Ternyata, Harry juga gusar dan tertekan?
“Jujur Anna, aku nggak tega lihat keadaan nenek. Aku sangat menghormati dan menghargai orang tua, seperti beliau. Aku juga pernah punya nenek dan aku dibesarkan oleh nenekku. Mereka pasti akan sakit hati kalau tahu dibohongi.”
Keduanya terdiam.
Apa yang dikatakan Harry benar, tapi Anna benar-benar tidak berdaya.
“Maafkan aku, Mas.”
“Pikirkan cara bagaimana menyelesaikan kepura-puraan ini, jangan libatkan aku terlalu dalam menyakiti nenek.”
Keduanya pun terdiam. Bahkan, selama perjalanan menuju rumah Harry. Anna mendadak merasa tak berdaya. ‘Bagaimana, caranya bagaimana mengakhiri hubungan palsu ini tanpa membuat nenek sakit?’
Amelia sangat senang melihat kedatangan Anna, gadis cilik itu menjadi sangat sibuk. Ia mengajak Anna berkeliling rumah besar itu. Harry tidak pernah melihat putrinya seceria itu, seolah mendapatkan sesuatu yang sudah lama diidamkannya.“Bagaimana sekolahnya tadi, sayang?” tanya Anna.“Biasa aja Kak, sekolah itu nggak asik, membosankan,” jawab Amel datar.“Oh ya? Kalau gitu kalau Kak Anna temani besok, gimana?”“Beneran, Kak?”“Hu’um,” sahut Anna.“Wah pasti asik kalau itu sih.”Harry memperhatikan putrinya, tanpa sadar ia geleng-geleng kepala. Selama ini Amel susah dibujuk, tapi herannya dengan Anna yang belum lama dikenalnya sudah nempel begitu.Cukup lama Anna di rumah Harry, ia menemani Amelia bermain dan belajar. Malam hari ia baru kembali, Harry mengantarnya pulang.“Serius besok kamu mau nemenin Amelia ke sekolah, An?”“Iya Mas, aku pingin tahu, jadi nanti kalau Mas Harry berangkat kan aku harus jagain Amel, jadi aku harus tahu segala sesuatunya tentang dia, termasuk lingkungan
Anna mulai terbiasa bangun pagi, meskipun awalnya sulit, berkali-kali ia kena tegur Harry.Ternyata laki-laki yang kelihatannya cool itu sangat disiplin dan tegas kalau urusan kerjaan, pantas ia sudah sukses di usia yang terbilang masih muda.Terkadang Anna nggak habis pikir, mengapa pria pekerja keras seperti Harry mau nikah muda? Kalau dilihat dari usia Harry yang sekarang 28 tahun sedangkan putrinya sekarang berusia 8 tahun, itu artinya dia menikah pada usia 19 atau 20 tahun.Buat Anna usia segitu sedang asik-asiknya main, kuliah dan bebas mengekspresikan diri, tapi memang ada sebagian orang yang berprinsip untuk menikah muda.Anna yang biasanya santai mau tak mau harus mengikuti aturan Harry. Karena dia sudah sepakat mengikuti persyaratan dari Harry terkait perjanjian menjadi pacar pura-puranya.Setiap pagi Anna berangkat ke rumah Harry, memastikan semuanya yang terkait Amelia sudah siap, lalu mengantar gadis cilik itu ke sekolah.Setelah itu barulah ia mengurus pekerjaannya sendi
“Halo semuanyaaa selamat malam.” Wanita itu menyapa yang hadir dengan suara terkesan merdu. Namun, tidak dengan Amel. Gadis cilik itu menyedekapkan tangannya sambil tersenyum sinis.Hanya saja, wanita itu tak mempedulikan tatapan Amel. Dia justru sedang merasa bangga karena menganggap sebagai pusat perhatian malam itu. Semua orang memang mengenalnya sebagai wanita yang selalu dekat dengan Harry, atau tepatnya ... selalu mendekati Harry dan berusaha mencari perhatian pria itu dan putrinya. Padahal, Harry sebenarnya biasa-biasa saja.“Selamat malam, Mba Elsa.” Untungnya, ada yang lain menjawab ucapan wanita itu.“Oho silahkan-silahkan, silahkan dilanjutkan menikmati makan malamnya,” ucap Elsa mendadak bergaya seakan nyonya rumah. Perlahan, ia pun mendekati Amelia dan menyapa dengan hangat.“Halo sayangku, manisku apa kabar? Wah, kamu cantik banget malam ini.” “Yah, aku emang udah cantik dari lahir, yang pasti cantiknya aku natural nggak dipoles-poles kayak Tante.” Jawaban nyelek
Tak lama, Harry menyimpan kembali bingkai foto itu, lalu beranjak tidur. Sementara itu, pagi-pagi sekali, Anna telah bangun. Ia membantu Amelia mandi dan berpakaian lalu turun untuk sarapan bersama Papanya. Lucunya, mereka sarapan layaknya sebuah keluarga lengkap. Amelia tentu sangat senang. Ia bahkan tak henti tersenyum. "Sayang, enggak usah ngantar ke bandara ya, Amel berangkat sekolah aja sama Kak Anna," ucap Harry tiba-tiba. Amelia mengangguk patuh. "Iya, Pa. Papa jangan lupa untuk selalu kabari Amel." "Siap, Putri Papa yang cantik!" balas Harry lalu menoleh pada Anna, "Oh ya, An. Nanti, kamu antar Amel bawa mobilku aja biar aku ke bandara diantar Mang Ujang." "Baik, Mas." Harry mengangguk puas. "Oke, Amel sekolah yang rajin ya. Jangan nakal, Sayang." "Iya Pa, Papa juga hati-hati di sana, jangan nakal, jangan genit, salam sama Nanny." "Hahaha, emang sejak kapan Papa genit?" tanya Harry balik. "Ya kali aja ada ulat bulu yang bikin gatal." Mendengar Amel mengungkit Els
Sepulang dari rumah Harry Anna langsung ke rumah sakit. Nenek menanyakan kabar Harry, Anna menjelaskan kalau Harry baru saja berangkat ke luar negeri dan tidak sempat pamit kepada nenek karena banyak pekerjaan yang harus di delegasikan. Nenek bisa mengerti, dan berpesan kepada Anna agar selalu menjaga komunikasi kepada Harry. Mama juga membawa berita gembira, kalau nenek sudah dibolehkan pulang. Anna sangat senang, ia bergegas pulang untuk mengambil mobil untuk menjemput nenek. "Akhirnya, nenek sudah dibolehkan pulang ya." "Iya, makanya setelah ini jangan menyakiti hati nenek lagi," timpal Mama. "Iya, Ma. Tapi nenek juga harus rajin olahraga, Nek. Senam jantung sehat, supaya jantung nenek kuat tidak mudah kumat ketika mendengar kabar buruk." "Kamu benar, An. Dokter juga nyuruh begitu, mulai besok nenek mau senam, supaya jantung nenek sehat supaya umur nenek lebih panjang." "Yeay, keren nenek nih." Setelah menjemput nenek Anna segera menghubungi Harry, ia melaporkan apa yang terj
Anna sangat cemas, mengapa nomor Amel enggak bisa dihubungi? Berkali-kali ia mengecek HP tidak ada panggilan masuk ataupun pesan dari Amel. Tidak biasanya Amel seperti ini. Biasanya Amel akan berkali-kali kirim pesan mengingatkan Anna.Anna mencoba menghubungi si bibi, tapi nomor si bibi pun tidak aktif. Kenapa semua nomor di rumah itu tidak ada yang aktif? Ini aneh. Anna mondar-mandir, ia sangat mengkhawatirkan Amelia.Anna mencoba menghubungi Harry, namun sepertinya Harry sangat sibuk, hanya pesan suara. Akhirnya Anna mencoba kirim pesan ke kotak suara Harry."Halo Mas, ini Anna. Ada sesuatu yang urgent, tadi aku mau ke rumah, tapi di halangi oleh tunangan Mas Harry, dia bilang aku enggak boleh lagi datang ke rumah dan harus menjauhi Amelia. Yang aku heran nomor Amel nggak bisa di hubungi, Amel pun tidak menghubungi aku, nomor rumah enggak bisa di hubungi sampai nomor si bibi pun enggak bisa. Oya security sudah diganti, jadi aku enggak dibolehin masuk. Aku khawatir sama Amel Mas, to
Hampir semalaman Anna berada di samping tempat tidur Amelia, hingga menjelang subuh akhirnya gadis kecil itu membuka matanya, saat itu Anna tertidur di atas kursi di sampingnya."Kak Anna ..." panggil Amelia pelan.Anna seperti sedang bermimpi, ia mendengar suara yang memanggilnya dari jauh. Perlahan Anna membuka mata dan mengangkat kepalanya, ia seperti linglung melihat Amelia sedang menatapnya."Amel? kamu sudah bangun sayang?" Anna berdiri, ia mengusap kepala gadis cilik yang tergolek lemah itu."Amel di mana kak?" tanya Amelia menatap Anna."Amel di rumah sakit sayang," jawab Anna sambil tersenyum.Amelia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan."Kenapa Amel bisa ada di rumah sakit kak?"Amelia memperhatikan botol infus yang tergantung disamping tempat tidurnya, ia juga mengangkat tangan kirinya yang ditempel selang infus yang terhubung ke botol yang menggantung."Umm ... Amel keracunan tepatnya over dosis obat tidur," jawab Anna."Siapa yang meracuni Amel Kak? pasti peremp
"Apa? Apa maksudmu?" tanya nenek bingung, ia menatap mama Anna yang sama bingungnya. "Siapa kamu?" tanya mama penasaran. Wanita itu perlahan bangkit, wajahnya sangat menyedihkan. Nenek tidak tega melihatnya ia mempersilahkan wanita itu duduk dan memberikan air minum padanya. "Saya Elsa, Elsa Delilah. Saya sebentar lagi akan menikah, namun belakangan ini tunangan saya menjauhi saya, bahkan putrinya jadi ikut membenci saya. Padahal saya sangat mencintainya, dan menganggapnya sebagai putri kandung saya sendiri. Tapi kehadiran orang ketiga diantara kami, telah merusak kebahagiaan kami." Elsa menangis pilu, seolah sangat menderita. "Memangnya siapa calon suami kamu?" tanya mama. "Harrison Barnes, biasa dipanggil Harry." "Harry?" Nenek dan mama tampak terkejut. "Ya Mas Harry, belakangan seorang gadis bernama Joanna menggodanya dan mendekati putrinya." "Putri? Harry punya putri?" Nenek bingung, "kamu pasti salah orang, mungkin Harry yang lain." Elsa tersenyum sinis. "Apa cucu