Share

Bab 4 Menikah Denganku

Penulis: Myafa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 12:08:56

Pandangan Alana tertuju pada pria tegap dengan balutan jas mahal yang sedang berjalan ke arahnya. Ia tidak menghindar. Justru diam membeku di tempatnya berpijak.  

Tepat di depannya sekarang, pria itu berhenti. Menatap dengan tajam. Tanpa bicara apa-apa.

Kenapa dirinya harus bertemu pria ini? 

Masih segar di ingatan Alana bagaimana tadi pagi ia menemukan dirinya tanpa pakaian berada di kamar dengan pria ini. 

Kejadian semalam benar-benar membuatnya enggan bertemu dengan pria di depannya ini. Terlebih lagi, ia sedang sibuk memikirkan biaya rumah sakit sang ayah.

Namun, yang paling jelas Alana ingat adalah ketika tuduhan keji yang dilemparkan padanya. Seolah-olah ia adalah wanita yang suka tidur dengan sembarang orang.

Alana merasa pria di depannya ini datang di waktu yang tidak tepat.

Masih menjadi pertanyaan juga di kepalanya, untuk apa pria di depannya itu berada di tempat yang sama dengannya?

Namun, melihat dominasi pria di depannya yang begitu kuat, membuat tubuh Alana menegang. Ketakutan seketika menyergapnya.

Alana mengambil napas dan menghembuskannya pelan. Ia tidak perlu panik.

Sekuat tenaga Alana berusaha untuk tetap tenang. Bukankah harusnya ia menuntut pria di depannya itu untuk bertanggung jawab atau setidaknya permintaan maaf atas apa yang dilakukan pria itu semalam?

Ia mendongak sedikit. Memberanikan diri untuk menatap pria di depannya, dan akhirnya bertanya dengan suara yang cukup tenang.

“Maaf, apa kamu memiliki urusan denganku?”

Sejenak mata pria itu memandangi Alana lekat. Sedikit tertegun, tanpa buru-buru menjawab pertanyaan Alana.

Alana menelan ludah ketika merasakan tatapan dingin dari pria di hadapannya. Begitu dingin sampai Alana tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan pria itu.

“Aku tahu kamu butuh bantuan, dan aku bisa membantumu.”

Alana mengerutkan dahinya. “Membantuku?” tanyanya.

Pria itu hanya menjawab dengan anggukan yang angkuh.

Alana membeku beberapa detik. Hingga akhirnya pikirannya mulai berputar.

Dari mana dia tahu Alana butuh bantuan?

Apa dia ke rumah sakit sengaja menemui Alana dan berniat membantunya?

Memikirkan pria di depannya ingin membantunya, Alana sedikit memundurkan tubuhnya. Matanya menelisik dalam. “Kamu tahu dari mana aku butuh bantuan?”

Pria itu tidak menjawab. Hanya tersenyum tipis di sudut bibirnya. Tampak tenang saat Alana melemparkan pertanyaannya.

Senyuman pria itu membuat Alana gelisah. Merasa senyuman itu mengandung makna tersendiri yang tidak dapat Alana artikan.

“Kamu butuh biaya untuk ayahmu dan aku bisa membantumu,” katanya lagi tenang dan datar.

Alana menggigit bibirnya. Ia tahu tawaran itu sangat menggiurkan. Di saat ia sedang kalang kabut mencari uang, tiba-tiba pria itu memberikan bantuan.

Pikiran Alana berkecamuk. 

Namun, mendadak berada di situasi seperti ini, Alana tetap merasa aneh. Ia tidak kenal pria ini, tetapi pria ini tiba-tiba datang di saat Alana membutuhkan bantuan.

Apakah ia harus menerima tawaran bantuan ini?

Alana dengan tenang menatap balik pria itu dan berkata, “Terima kasih atas penawarannya, tapi aku tidak perlu bantuanmu.” 

Menerima bantuan pria ini artinya Alana harus berurusan dengannya. Untuk saat ini, prioritas utamanya adalah ayahnya. Dia tidak ingin menambah runyam pikiran karena berurusan dengan pria itu lagi.

“Aku bisa mencari biaya rumah sakit sendiri.”

Pria itu tampak tenang. Tak terprovokasi sama sekali dengan penolakan Alana. 

“Baiklah, jika kamu menolak tawaranku, tapi datanglah padaku jika kamu butuh bantuan. Aku dengan senang hati akan membantumu.” Satu sudut bibir pria itu terangkat.

Lalu tanpa menunggu balasan Alana lagi, pria itu berbalik meninggalkan Alana.

Alana tercengang mendengar ucapan pria itu dan melihat senyumannya. Kekesalan tiba-tiba muncul di hatinya.

Ucapan dan senyumannya seolah meledek Alana karena Alana akan tetap menemuinya dan memohon bantuan pria itu.

Huh, tidak akan!

Alana akan berusaha semampu yang dia bisa untuk biaya pengobatan ayahnya.

Namun, sekarang di sini lah dia berada.

Duduk di halte bis dengan kedua tangan yang disandarkan di lutut menangkup wajahnya.

Hari sudah berganti malam, tapi Alana masih belum bisa mendapatkan bantuan untuk membayar biaya operasi ayahnya.

Alana telah mendatangi satu per satu rumah teman ayahnya, namun tidak ada satu pun dari mereka yang bersedia membantu meringankan pengobatan ayahnya.

Kalau begini, ke mana lagi Alana harus mencari biaya rumah sakit?

“Bagaimana?” 

Suara bariton membuat Alana yang tertunduk lesu langsung mengangkat wajahnya. 

Pria itu lagi. 

Terlalu sibuk dengan pikirannya membuat Alana tidak tahu kapan pria itu datang. 

“Tawaranku masih belaku jika kamu bersedia.” Pria itu tersenyum tipis. 

Pikiran Alana kembali berkecamuk. Haruskah ia kembali menolak tawaran di depan mata?

“, sepertinya kamu tidak tertarik. Kalau begitu aku tarik tawaranku.” Pria itu berbalik tanpa ragu.

“Tunggu!” Alana menarik tangan pria itu sambil berdiri. Perasaan panik seketika menyelimuti hatinya.

Pria itu berbalik. Menatap Alana sambil kembali tersenyum tipis.

“Kita baru bertemu semalam. Bahkan aku tidak mengenalmu. Mengapa kamu membantuku?”

Tatapan pria itu tiba-tiba berubah tajam. Wajahnya tampak memerah seolah menahan amarahnya.

“Aku mengenalmu,” desisnya pelan.

Kening Alana berkerut dalam. Dia bilang dia mengenal Alana, tapi kenapa ia tidak mengenal pria itu? “Tapi, aku belum pernah bertemu denganmu. Di mana kita pernah bertemu sebelumnya?”

“Kamu tidak perlu tahu, dan lebih baik kamu tidak banyak bertanya jika ingin menerima bantuanku.”

Alana seketika bungkam. Kalimat yang baru saja diberikan, terdengar mengandung ancaman yang membuat Alana sedikit takut jika kesempatan itu hilang.

Saat ini ayahnya butuh biaya dan di depannya sudah ada orang yang bisa membayarnya. Harusnya Alana tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. 

Namun, Alana yakin jika pria di depannya itu tidak akan dengan cuma-cuma memberikan bantuan. Jaman sekarang orang tidak akan mudah memberikan bantuan jika tidak ada keuntungan yang didapat.

“Aku tahu kamu pasti punya niat tertentu mau membantuku?” Alana memberanikan diri menatap pria itu.

Ia harus tahu lebih dulu niat pria di depannya itu sebelum menerima bantuan. Tak mau sampai menyesal setelah keputusan diberikan.

Senyum tipis mulai kembali terbentuk di sudut bibir pria itu.  “Kamu cukup pintar,” ucapnya.

Tebakan Alana benar. Pria di depannya ini sepertinya memang punya tujuan tersendiri memberikan bantuan padanya.  

“Apa yang kamu inginkan dengan membantuku?” tanya Alana penuh telisik. Alana benar-benar penasaran dengan tujuan pria di depannya itu.

“Kamu menikah denganku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 6 Apartemen Kecil

    Bab 6“Iya.” Dave melebarkan pintu dan segera masuk ke apartemen.Apartemen tampak sederhana, tetapi cukup fungsional. Di dalamnya terdapat satu tempat tidur ukuran single yang bersebelahan dengan meja kerja dan lemari. Sementara itu, terdapat dapur kecil yang berada tepat di sisi pintu masuk, menjadi area pertama yang dilihat ketika masuk. “Apa ini tidak terlalu kecil untuk kita berdua tempati?” Alana menatap Dave dengan tatapan bingung.Dave mendengus kecil. Ia mengenal Alana.Wanita itu terbiasa hidup mewah. Apartemen ini jelas tak layak untuk ditinggali seorang Alana Shanara. Jadi, pasti Alana akan protes seperti itu. “Lalu menurutmu di mana seharusnya kita tinggal? Tempat ini kurang cocok untukmu?”Alana diam. Tak menjawab ucapan Dave.“Nikmati saja hidup denganku,” ucap Dave dingin.Apartemen sudah sesuai keinginan Dave. Asistennya benar-benar mencarikan apartemen yang kecil untuknya. Ada alasan mengapa Dave membawa Alana tinggal bersamanya di apartemen ini.Dave segera mendu

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 5 Menikah

    “Apa?!” Alana membelalak ketika mendengar apa yang diinginkan oleh pria di depannya. Tubuhnya menegang, nyaris kehilangan kendali.Pria itu justru hanya diam saja melihat Alana yang terkejut. Seolah tak terganggu sama sekali dengan yang Alana lakukan.Pembicaraan ini tampaknya sudah mengarah serius. Alana tidak mau sampai emosinya meluap lagi dan menjadikannya pusat perhatian orang-orang. Akhirnya ia menarik pria itu menjauh.“Kenapa kamu mengajak aku menikah?” Alana berusaha untuk tetap tenang, walaupun saat ini perasaannya campur aduk.Pria itu tampak masih tenang. Memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan menatap Alana dengan santai. Seolah topik pernikahan yang baru saja dibahasnya ini bukan hal besar. “Bukankah ada harga yang harus dibayar?”Alana masih tidak habis pikir dengan yang diminta pria itu. “Iya, tapi dengan pernikahan?” tanyanya.Pria itu hanya mengangguk singkat dan satu alisnya terangkat tipis.Wah, Alina tidak bisa percaya dengan yang dia lihat. Pria ini gil

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 4 Menikah Denganku

    Pandangan Alana tertuju pada pria tegap dengan balutan jas mahal yang sedang berjalan ke arahnya. Ia tidak menghindar. Justru diam membeku di tempatnya berpijak. Tepat di depannya sekarang, pria itu berhenti. Menatap dengan tajam. Tanpa bicara apa-apa.Kenapa dirinya harus bertemu pria ini? Masih segar di ingatan Alana bagaimana tadi pagi ia menemukan dirinya tanpa pakaian berada di kamar dengan pria ini. Kejadian semalam benar-benar membuatnya enggan bertemu dengan pria di depannya ini. Terlebih lagi, ia sedang sibuk memikirkan biaya rumah sakit sang ayah.Namun, yang paling jelas Alana ingat adalah ketika tuduhan keji yang dilemparkan padanya. Seolah-olah ia adalah wanita yang suka tidur dengan sembarang orang.Alana merasa pria di depannya ini datang di waktu yang tidak tepat.Masih menjadi pertanyaan juga di kepalanya, untuk apa pria di depannya itu berada di tempat yang sama dengannya?Namun, melihat dominasi pria di depannya yang begitu kuat, membuat tubuh Alana menegang. Ke

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 3 Pria Itu

    Alana memegangi bekas cengkeraman Arini. Berharap dapat meredakan rasa sakit. Tetapi, rasa sakit di hatinya lebih perih karena ucapan Arini tentang ayahnya.Hanya saja, saat ini Alana sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat. “Aku akan segera mencari uang untuk biaya rumah sakit, Ma. Tenang saja,” ucapnya meyakinkan. Pikirannya saat ini hanya dipenuhi tentang ayahnya.Arini mendengus kesal. Tatapannya penuh cibiran pada ucapan Alana. Seolah tak percaya. “Mencari-mencari! Kamu pikir akan mudah mencari uang dalam semalam!” Alana tahu, jika tidak akan mudah mendapatkan uang dalam waktu singkat. Lagi pula siapa yang mau meminjamkan uang puluhan juta dengan mudah.Beberapa kali Alana mencoba menghubungi saudara untuk meminta bantuan, tapi tak ada satu pun yang mau membantu. “Harusnya kamu mengikuti apa yang diminta Jenny. Jadi sekarang kita bisa dapat uang.” Arini menatap tajam, kesabarannya sudah habis. Apa yang dilakukan Alana sangat merugikannya. Apa Arini tidak tahu semalam Alan

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 2 Ke Mana Semalam?

    Alana berusaha untuk mengingat siapa pria yang baru saja tidur dengannya itu. Sayangnya, ia tidak ingat siapa pria itu.“Dia kenal aku, tapi kenapa aku tidak ingat siapa dia?”Semakin Alana berusaha untuk memikirkan siapa pria barusan, kepalanya semakin pusing.“Aku pusing sekali.” Perlahan Alana mengangkat tangannya.Tubuhnya yang ikut bergerak saat tangannya diangkat, membuatnya merasakan sakit di bagian intimnya.“Aucchh ....” Alana meringis kesakitan.Alana hanya bisa menghembuskan napas kasar ketika merasakan rasa sakit itu. Ini adalah kali pertamanya melakukan hubungan intim. Pantas jika sakit.Dering ponsel yang terdengar tiba-tiba, mengalihkan perhatian Alana. Dering ponsel itu terus terdengar, seolah tak memberikan ruang Alana untuk merasakan sakit.Untuk saat ini sejujurnya Alana tidak ingin bicara dengan siapa pun. Perasaannya masih kacau.Sayangnya, Alana harus menyingkirkan perasaannya untuk segera mencari ponselnya yang terus berdering.Perlahan Alana turun dari tempat t

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 1 Salah Kamar

    “Sudah, Kak. Aku tidak mau lagi.”Alana menyingkirkan gelas dari hadapan dengan dorongan pelan. Tangannya gemetar, matanya memohon pengertian, tetapi tidak ada sedikit pun rasa iba dari wanita di hadapannya.“Kamu tahu kita butuh uang, Alana.” Jenni, kakak tirinya kembali menggeser gelas itu ke hadapan Alana. “Minum saja. Setidaknya tunjukkan kalau kamu menghargai undangan temanku.” Alana menatap cairan bening dalam gelas, lalu ke arah wanita yang sejak tadi tersenyum tipis. Alana menyerah, kemudian menenggak isi gelas itu sambil menahan napas.Saat ini, Alana sedang mendatangi sebuah pesta yang diadakan teman dari Jenni. Alana tidak menyukai pesta, tetapi Jenni mengatakan jika mereka datang dan menikmati pesta ini, mereka akan mendapatkan uang dari temannya Jenni itu.Demi ayahnya yang sedang terbaring di rumah sakit, Alana terpaksa datang ke pesta ini.Jenni mengamati Alana yang mulai limbung setelah meminum bergelas-gelas. Sudut bibirnya terangkat sinis. “Cepat juga pengaruhnya,”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status