Share

Bab 4 Apartemen Kumuh

Author: Myafa
last update Huling Na-update: 2025-06-11 12:08:56

Pandangan Alana kosong melihat buku nikah yang dipegangnya. Alana masih tidak percaya kini ia sudah menjadi seorang istri. Pernikahan seperti mimpi karena berlangsung begitu cepat seolah semua sudah disiapkan.

Sekarang Dave mengajak Alana untuk pergi dengan menaiki mobil miliknya. 

Alana tidak tahu ke mana Dave akan membawanya. Ia hanya mengikuti saja.

[Dari mana kamu dapat uang untuk membayar semua biaya rumah sakit?]

Satu pesan dari mamanya itu, Alana langsung tahu jika biaya rumah sakit sudah dibayar oleh Dave.

Ada perasaan lega menghampiri hati Alana ketika biaya rumah sakit sudah bisa dipenuhi. Tinggal nanti ayahnya akan melakukan operasi dengan lancar.

Tak masalah bagi Alana jika harga yang dibayarnya cukup mahal yaitu pernikahan. Yang terpenting ayahnya bisa sehat.

Mengingat mama tirinya, Alana teringat jika pernikahan ini akan menimbulkan masalah jika mamanya tahu. Karena itu dia berniat merahasiakan semua.

“Bisakah pernikahan ini dirahasiakan dari keluargaku dulu?” pinta Alana, menatap Dave yang sibuk menatap jalanan yang dilalui.

“Kenapa?” Dave bertanya tanpa menoleh ke arah Alana.

“Ini terlalu mendadak. Aku takut menimbulkan masalah. Keluargaku sedang sibuk dengan Ayah yang akan operasi. Jadi, aku mau konsentrasi ke sana dulu.”

Dave tampak menimbang. “Baiklah.”

Alana bersyukur Dave mau menurutinya. Paling tidak, Alana tidak pusing memikirkan masalah yang akan timbul dari pernikahan ini.

Sampai akhirnya mobil berhenti di sebuah komplek apartemen.

Alana memandang komplek apartemen yang terlihat tidak terlalu mewah sambil menutup pintu mobil di sampingnya. Alana tidak tahu kenapa Dave mengajaknya ke sini. Siapa yang akan dikunjungi?

Namun, sebelum sempat bertanya lebih lanjut, Alana melihat Dave memandangnya lekat di lobi apartemen. Sadar bahwa Dave sedang menunggunya, Alana buru-buru mengikuti langkah Dave dari belakang, hingga mereka tiba di depan sebuah unit apartemen.

Dave menekan kode akses pintu, lalu membuka pintu apartemen sambil berkata, “Kita akan tinggal di sini.”

“Apa?! Kita akan tinggal di sini?”

Alana tahu mereka berdua memang sudah resmi menikah–dan Dave adalah mantan kekasihnya, tetapi harus tinggal berdua dengan Dave setelah bertahun-tahun tidak bertemu rasanya Alana masih belum siap.

“Iya.” Dave melebarkan pintu dan segera masuk ke apartemen.

Apartemen tampak sederhana, tetapi cukup fungsional. Di dalamnya terdapat satu tempat tidur ukuran single yang bersebelahan dengan meja kerja dan lemari. Sementara itu, terdapat dapur kecil yang berada tepat di sisi pintu masuk, menjadi area pertama yang dilihat ketika masuk.

“Apa ini tidak terlalu kecil untuk kita berdua tempati?” Alana menatap Dave dengan tatapan bingung.

Dave mendengus kecil. Ia mengenal Alana.

Wanita itu terbiasa hidup mewah. Apartemen ini jelas tak layak untuk ditinggali seorang Alana Shanara. Jadi, pasti Alana akan protes seperti itu.

“Lalu menurutmu di mana seharusnya kita tinggal?”

Alana diam. Tak menjawab ucapan Dave.

“Nikmati saja hidup denganku,” kata Dave lagi dingin.

Apartemen sudah sesuai keinginan Dave. Asistennya benar-benar mencarikan apartemen yang kecil untuknya.

Ada alasan mengapa Dave membawa Alana tinggal bersamanya di apartemen ini.

Dave segera mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di depan meja kerja sambil melirik ke arah Alana. Memerhatikan istrinya itu yang ragu-ragu masuk. Raut wajahnya terlihat sedikit jijik melihat apartemen yang akan mereka tempati.

Sadar akan hal itu, membuat rahang Dave sedikit mengeras.

Dan ini baru permulaan bagi Alana.

“Kamu benar-benar tinggal di apartemen ini?” Alana melihat sekeliling.

Pertanyaan itu sedikit membuat Dave gusar. Sebenarnya Dave tidak tinggal di apartemen ini. Sebagai pewaris keluarga Tanuwijaya, ia punya rumah besar, apartemen mewah di tengah kota, dan beberapa vila mewah. Ia bisa tinggal di mana saja semaunya.

Namun, untuk saat ini ia harus rela tinggal di apartemen kumuh dengan tipe studio. Ukuran ini lebih kecil dari kamar mandi di rumah utama miliknya.

“Ya. Kenapa memangnya?” tanya balik Dave dengan dingin dan tatapan tajam.

“Apartemen ini seperti sudah lama tidak ditempati. Berdebu. Jadi aku pikir kamu tidak benar-benar tinggal di sini.” Alana mencolek meja dapur dengan telunjuknya. Tampak banyak debu menempel di sana.

Ekspresi wajah Dave berubah untuk sepersekian detik, tetapi sejurus kemudian raut wajahnnya kembali terlihat biasa saja. “Aku sibuk. Jadi tidak sempat membersihkan apartemen ini. Jika, kamu merasa apartemen ini kotor, kamu bisa membersihkannya.”

Alana tak banyak menjawab lagi. Ia segera mencari lap dan mulai membersihkan apartemen agar lebih bersih.

Di sela membersihkan apartemen, dari sudut matanya, Alana bisa melihat suami dadakannya itu sekarang justru duduk dengan santai sambil memainkan ponselnya.

Sedang Alana mengelap keringat yang menetes ke mata.

Alana ingin memberengut, tetapi ia sadar pria itu telah membantunya membiayai biaya operasi Ayah. Biaya operasi ayahnya tidak murah, Alana tidak tahu pria itu memiliki uang dari mana, tetapi melihat kondisi apartemennya yang kecil seperti ini mungkin suaminya itu telah menghabiskan seluruh tabungannya untuk Alana. Perasaan kesal itu kini hilang dan terganti jadi rasa bersalah.

Alana menyapu di sekitar area duduk Dave. “Bisakah kamu angkat kakimu?”

Satu sudut bibir Dave terangkat, tetapi Alana tidak melihatnya. “Kamu pandai juga bersih-bersih.”

Mendengar ucapan Dave, rasa bersalah yang tadi ada di hati Alana kini terganti dengan rasa kesal. Rasa-rasanya pria itu tengah menyindirnya.

Alana mengangkat wajahnya untuk melihat wajah pria itu dan ingin membalas ucapannya, tetapi urung dilakukan karena Dave pergi ke arah balkon sambil menempelkan ponselnya di telinga.

Alana mengatur napasnya.

Tenang.

Pria itu telah membantunya.

Alana harus ingat itu dan berpikiran positif, meskipun suaminya itu mungkin sekarang jadi memiliki sifat menyebalkan, setidaknya Alana masih bisa bersyukur atas kebaikannya.

Akhirnya setelah satu jam, Alana selesai membersihkan apartemen. Tinggal mengganti sprei kasur. Namun, Alana tidak tahu di mana letak sprei barunya. “Bisakah kamu ambilkan sprei?” pinta Alana pada Dave.

Akan tetapi, permintaan Alana tidak digubris. Justru Dave tetap sibuk dengan ponselnya.

Karena Dave tetap diam, Alana berinisiatif mencari sprei hingga menemukannya di lemari atas. Letak sprei itu agak tinggi, Alana harus berjinjit beberapa kali untuk mengambilnya.

Ketika tangannya hendak mencapai sprei, Alana kehilangan keseimbangan dan mulai terjatuh.

‘Aduh!’

Alana mengira dirinya akan jatuh, ia langsung memejamkan mata.

Namun, sebelum tubuhnya membentur lantai dengan keras, tubuhnya lebih dulu bersandar pada dada bidang dan menghentikan kejatuhan Alana.

Netra Alana terbuka dan mengerjap untuk beberapa saat.

Dave telah menangkapnya!

“Ma-maaf!” ujar Alana cepat dan berusaha untuk langsung berdiri menghadap Dave, tetapi karena Alana bergerak terlalu cepat, lagi-lagi tubuhnya limbung dan terdorong ke belakang.

Dan lagi-lagi, sebelum Alana terjatuh, tangan Dave melingkar cepat di pinggang Alana.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (6)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
ternyata walaupun kelihatan g' peduli dengan alana,dave siaga menolong alana disaat dibutuhkan
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
sepertinya alana tinggal di apartemen kumuh karena dave ingin menguji apakah alana bisa hidup susah bersama dengannya.sekaligus dave ingin membalas dendam kepada alana yang dulu memutuskan hubungan mereka
goodnovel comment avatar
Anna Waliana
Dave seperti punya dendam sama alans
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 31 Karena Aku Suaminya

    Kata-kata Dave yang kejam itu menggantung di udara. Alana menatap tajam Dave, rasa tak percaya perlahan berubah menjadi amarah dingin. “Apa maksud dari ucapanmu, Dave?” desis Alana, suaranya bergetar.Dave hanya menatapnya sejenak, lalu membuang muka, seolah Alana tak lagi layak mendapatkan perhatiannya. Ia berbalik hendak pergi.“Tidak.” Alana menyambar lengan Dave sebelum pria itu sempat melangkah. “Katakan apa maksud dari kata-katamu tadi?” tanyanya memastikan. Matanya terus menelisik untuk mendapatkan jawaban dari apa yang dikatakan Dave. Dave menatap tangan Alana yang mencengkeram lengannya, lalu kembali menatap wajah Alana dengan dingin. Dengan satu sentakan pelan, ia melepaskan cengkeraman itu. “Pikirkan saja sendiri,” katanya, sebelum akhirnya benar-benar melangkah keluar dan menutup pintu apartemen di belakangnya, meninggalkan Alana dalam keheningan dan kebingungan yang mengudara.Malam itu, Alana menunggunya. Ia duduk di kursi makan, memeluk lututnya, menatap pintu yang t

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 30 Jauhi Dia

    Tubuh Alana menegang. Ia belum siap Dave bertemu dengan Akram sekarang. Terlebih lagi, ia belum menjelaskan baik-baik pada Dave perihal Akram. Alana bisa merasakan bahaya dari nada bicara Dave. “Dave, aku bisa jelaskan.”Sebelum Alana sempat menjelaskan, sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangan ALana dengan kasar. Dave menariknya tanpa sepatah kata pun, mengajaknya pergi dari kantor ketika melihat Akram sedang berjalan ke arah mereka. Urusan dengan Alana belum selesai, dan mereka perlu bicara berdua lebih dulu.“Dave, pelan-pelan!” rintih Alana, nyari tersandung karena sepatu hak tingginya. Genggaman Dave begitu kuat, terasa menyakitkan.Pria itu seolah tuli. Kemarahan yang terpancar dari punggungnya yang tegap terasa begitu nyata. Ia terus menyeret Alana melewati lobi yang ramai, tak peduli tatapan-tatapan kaget dari karyawan lain. Dari sudut matanya juga, Alana bisa melihat ekspresi tertegun di wajah Akram yang ditinggalkan begitu saja.Sampai di sisi mobilnya, Dave membuka p

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 29 Ini Atasanmu?

    “Terima kasih, Pak Akram, sudah membantu membuktikan jika itu desain saya,” ucap Alana tulus, menatap pria itu lekat-lekat. Perasaan lega dan bahagia menjalari seluruh tubuhnya.“Aku tidak hanya terima ucapan terima kasih,” balas Akram, tatapannya kini berubah intens. “Sudah kukatakan tadi, kamu masih ingat janji kamu ‘kan?” Alana terdiam sejenak. Mentraktir Akram. Mengingat statusnya sekarang, rasanya mustahil. Tapi, ia berutang budi. “Saya ingat, Pak.” Senyum Akram melebar. “Kalau begitu. Nanti malam datanglah ke di restoran Star. Jangan terlambat.” Itu bukan lagi permintaan, melainkan perintah halus. Akram segera masuk ke lift tanpa menunggu jawaban Alana. Alana segera kembali ke ruangan kerjanya. Di sana ia disambut baik oleh karyawan-karyawan lain. Para karyawan yang awalnya tidak bersikap baik, akhirnya sekarang berubah. Dampak dari terbongkarnya ini semua membuat Alana senang. Dengan begini, ia akan bekerja dengan tenang. Sore hari, saat jam kerja usai, Alana merapikan me

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 28 Presentasi

    “Baik sekali atasanmu.” Dave menarik sudut bibirnya, tetapi matanya terus menatap Alana. Tatapan Dave itu seolah penuh kecurigaan. Alana buru-buru menjelaskan. “Atasanku tahu jika desain yang diperebutkan adalah desainku. Jadi dia memberikan makanan sebagai permintaan maaf karena memintaku membuat desain baru.” Dave tidak merespons, namun rahangnya terlihat sedikit mengeras. Ia kembali fokus pada jalanan.Alana berusaha tetap tenang. “Apa kamu sudah makan?” tanya Alana. “Sudah,” jawab Dave, singkat. Alana mengangguk. Suasana di dalam mobil kembali hening. Namun, kali ini sedikit mencekam. Dave tampak masih tidak percaya dengan Alana. Sampai di apartemen, tidak ada pembicaraan lagi. Dave dan Alana sama-sama diam. Alana lebih fokus untuk membersihkan dirinya. Beberapa hari Alana lembur. Dave yang diminta tidak menjemput pun akhirnya benar-benar tidak menjemput Alana. Setiap malam Alana selalu pulang dengan naik bus. Selama lembur, kiriman makanan dari Akram terus datang. Alana s

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 27 Menjemput

    Di balik kemudi, Dave menatap Alana lekat-lekat. “Ayo, pulang.” Alana ragu sejenak, sebelum akhirnya melangkah masuk. Begitu pintu tertutup rapat kembali, Dave segera menginjak pedal gas, melajukan mobilnya. “Kenapa kamu menjemputku?” Alana memecah keheningan, menatap Dave.“Ini sudah malam,” balas Dave datar. Pandangannya tetap lurus pada jalanan. Suara Dave terdengar datar, namun ada nada yang berbeda di sana, sesuatu yang bukan sekadar kekesalan. Dave masih peduli padanya.Alana merasakan kehangatan aneh menyelinap di hatinya, meski ia segera menepisnya.Mobil terus melaju dalam diam, namun matanya memicing ketika menyadari arah mobil berbelok ke sebuah kafe.Alana segera mengalihkan pandangan pada Dave. “Mau apa kita ke sini?” tanyanya. “Kamu sudah makan?” Dave menarik tuas rem. Mobil berhenti sempurna di tempat parkir. “Belum,” jawab Alana lirih. “Kalau begitu ayo makan.” Dave membuka sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya. Saat Dave hendak keluar, Alana menahan lengan

  • Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin   Bab 26 Nostalgia

    Akram berdiri di ambang pintu ruangan Alana, bersandar santai dengan kedua tangan di saku celana, menatap Alana dengan ekspresi yang sulit diartikan.Bahu Alana yang tadi sempat menegang sedikit mengendur.“Kamu belum pulang?” Alana menggeleng. “Belum, Pak. Saya masih mengerjakan desain.” Akram mengangguk sambil terus melangkah dan berhenti tepat di samping meja Alana.“Sudah lewat dari jam kerja. Jadi, kamu bisa bersikap lebih santai,” kata Akram, sambil kembali memasukkan kedua tangan di saku celananya.Alana mengangguk sambil tersenyum kecil. “Mau sampai jam berapa kamu mengerjakan desainmu?” tanya Akram dengan tenang. “Mungkin sampai jam sepuluh.”Akram menganganguk-anggukan kepalanya. Kemudian ia melihat ke layar laptop milik Alana. Tampak sketsa Alana yang baru dibuat wanita itu. “Melihatmu menggambar seperti ini, aku jadi teringat saat kita di kelas dulu.” Akram menatap sketsa Alana dengan lekat.Alana tersenyum. Ia memang suka fashion dari kecil. Untuk itu, ia mengekspres

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status