Share

Bab 13

Dua mata kuliah di sore itu berlalu dengan cepat. Dalam dua mata kuliah ini, Armand terus menunggu kedatangan Pak Holand untuk mengumumkan bahwa Josh telah dikeluarkan dari sekolah. Namun, setelah menunggu sepanjang sore, Pak Holand tetap saja tidak kunjung datang.

Sore itu, setelah pulang sekolah.

Josh berdiri dan berkata kepada Armand sambil tertawa, "Armand, bukankah tadi kamu bilang aku akan dikeluarkan dari sekolah dalam hari ini? Sekarang sekolah sudah selesai, tapi aku masih baik-baik saja, kok."

Mendengar ucapan Josh, seisi ruangan kelas mulai membicarakan hal ini dengan antusias. Di sisi lain, Armand yang mendengar perkataan Josh itu juga langsung memucat.

Bagaimanapun, sebelumnya dia telah berkoar-koar di depan kelas mengatakan bahwa Josh akan dikeluarkan dalam hari ini. Namun, kini Josh malah baik-baik saja dan bahkan balik menyindirnya. Hal ini membuat Armand merasa sangat malu. Bahkan, orang lain mungkin akan menganggapnya pembual!

Yang terpenting adalah, dia ingin membalas perkataan Josh, tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Sebab, tidak ada orang yang datang memberi tahu bahwa Josh dikeluarkan.

"Entah apa yang sedang dilakukan Pak Holand! Padahal dia sudah berjanji padaku akan mengeluarkan Armand dalam hari ini!" gerutu Armand sambil menggertakkan giginya dengan kesal. Dia merasa sangat malu sehingga melarikan diri dengan tergesa-gesa dari ruangan kelas.

Josh kemudian berdiri dan menghampiri ketua kelas sambil berkata dengan tersenyum, "Elsa, aku nggak bohong padamu, 'kan? Sudah kubilang, aku nggak akan dikeluarkan."

"Ya," sahut Elsa seraya mengangguk. Dalam hatinya menghela napas lega. Sepanjang sore ini, entah mengapa dia terus merasa gelisah. Dia benar-benar tidak ingin melihat Josh dikeluarkan.

"Tapi, aku benar-benar berterima kasih padamu. Hanya kamu yang rela membantuku di kelas ini." Josh tetap tersenyum.

Si gendut Rubeus yang berada di sampingnya mengejek, "Ketua kelas begitu perhatian dengan Josh. Jangan-jangan ... kamu suka dengan Josh, ya?"

Mendengar ucapannya, wajah Elsa seketika merah padam.

"Jangan sembarangan! Aku ... aku ini ketua kelas, tentu saja harus menegakkan keadilan bagi semua teman sekelasku," balas Elsa seraya menggigit bibirnya. Usai bicara, Elsa langsung buru-buru keluar dari ruang kelas.

"Anu ...." Awalnya, Josh ingin mentraktir Elsa untuk makan, tapi gadis itu malah pergi begitu saja.

Di sisi lain, setelah keluar dari ruang kelas, Armand langsung menuju ke kantor Departemen Konseling. Dia hendak bertanya pada Pak Holand, mengapa sampai sekarang Josh masih belum dikeluarkan.

Di dalam kantor Departemen Konseling.

"Pak Holand! Kamu sudah berjanji padaku akan mengeluarkan orang itu dalam hari ini, kenapa sampai pulang sekolah pun dia masih belum dikeluarkan!" tanya Armand dengan kesal begitu memasuki ruangan.

"Armand, aku nggak bisa membantumu kali ini!" jawab Holand sambil menggelengkan kepalanya.

Armand mengernyitkan dahinya dan bertanya, "Kenapa? Padahal kamu sudah berjanji padaku, sekarang malah bilang nggak bisa membantuku?"

"Terus terang saja, Kepala Sekolah mau melindunginya. Tapi, dia nggak menyebutkan secara spesifik alasannya," jawab Holand sambil menggeleng.

"Apa? Kepala Sekolah mau melindunginya? Atas dasar apa Pak Kepala Sekolah mau melindungi anak miskin sepertinya?" Armand sama sekali tidak bisa mengerti.

"Aku nggak tahu, kalau kamu ingin tahu, tanyakan saja sendiri pada Kepala Sekolah," balas Holand.

Tentu saja, Armand tidak mungkin menanyakannya kepada Kepala Sekolah. Sebab, dia tidak punya hubungan apa pun dengan Kepala Sekolah.

"Sialan!" Mengingat rencananya gagal begitu saja, Armand langsung menjadi kesal hingga wajahnya memucat.

Perlu diketahui bahwa dia telah membanggakan diri di depan kelas mengatakan bahwa Josh pasti akan dikeluarkan dan bahkan mengancam Josh. Jika kenyataannya Josh tidak dikeluarkan, Armand akan merasa sangat malu di kelas!

....

Di Restoran Sumptuos.

Restoran ini adalah salah satu restoran paling mewah di sekitar sekolah. Dekorasinya sangat elegan dan lingkungannya cukup tenang. Josh dan Rubeus duduk di sebuah meja.

Setelah pulang sekolah, Josh mengatakan bahwa dia akan mengajak Rubeus untuk makan malam. Sebagai keturunan dari keluarga kaya, Josh tentu saja memilih restoran terbaik di sekitar sekolah.

"Josh, kamu sudah kaya sekarang. Biarkan aku ikut merasakan sedikit kemewahan ini. Haha ...," ujar Rubeus dengan penuh semangat. Meskipun keluarga Rubeus memiliki bisnis kecil-kecilan, mereka tidak terlalu kaya. Ini adalah pertama kalinya Rubeus makan di Restoran Sumptuos.

"Dulu kamu sering mengajakku makan, sekarang giliran aku yang mengajakmu. Itu hal yang wajar," kata Josh dengan tersenyum.

Ketika Josh masih miskin dan tidak mampu makan, sebagian besar waktu Rubeus yang memberi bantuan kepadanya. Josh selalu mengingat dan menghargai bantuan temannya itu.

Tiba-tiba, Rubeus mendongak dan berkata, "Josh, menurutku Elsa sepertinya menyukaimu. Apalagi, penampilan Elsa sangat cantik dan manis. Yang paling penting lagi adalah kepribadiannya sangat baik dan tidak matre. Selain itu, dia juga masih jomblo. Gadis sebaik ini sudah langka, sepertinya kamu bisa mendapatkannya, lho!" ujar Rubeus sambil terkekeh.

"Dia memang gadis yang baik. Tapi, sementara ini aku nggak terlalu memikirkan hal itu. Jalani saja dulu," balas Josh sambil membuka tangannya.

Pada saat ini, berbagai hidangan telah disajikan. Ada gurame asam manis, ayam betutu, seporsi hidangan laut yang dipanggang, dan beberapa makanan khas restoran lainnya. Tentu saja, disertai dengan sebotol anggur merah.

Dulu, Josh tidak akan pernah berani memikirkan untuk memesan begitu banyak hidangan sekaligus, apalagi hidangan mahal seperti ini.

Setelah makan selama setengah jam, Josh dan Rubeus akhirnya sudah merasa kenyang.

"Biar kubayar!" seru Josh memanggil pelayan untuk membayar tagihan.

"Tuan, total belanja Anda adalah 8,66 juta. Saya bulatkan menjadi 8,6 juta saja. Apakah Anda akan membayar dengan kartu kredit atau tunai?" tanya pelayan wanita itu sambil tersenyum.

Sebelumnya, Josh bahkan tidak berani membayangkan untuk menghabiskan uang 8 juta dalam sekali makan. Jumlah itu bahkan cukup untuk biaya hidupnya selama setahun.

"Dengan kartu kredit," kata Josh sambil merogoh dompetnya.

"Tunggu, di mana dompetku?" Tiba-tiba, Josh menyadari bahwa dompetnya hilang! Josh segera berdiri dan mencari di seluruh tubuhnya, tetapi dia tidak bisa menemukan dompetnya.

"Sialan, jangan-jangan dicuri?" Josh tiba-tiba teringat ada seorang pria yang mencurigakan menabraknya ketika dia pergi ke toilet tadi. Saat itu, Josh masih tidak mencurigai apa pun. Namun, setelah dompetnya hilang sekarang, dia baru teringat dengan pria itu.

Josh melihat sekeliling, tetapi tidak menemukan pria tersebut di dalam restoran. Mungkin setelah melakukan kejahatannya, dia sudah kabur dari tempat itu.

"Dompetmu dicuri?" tanya Rubeus dengan terkejut.

"Ya, waktu aku pergi ke toilet tadi, ada seseorang yang menyenggolku. Aku curiga dia yang mencurinya," ujar Josh sambil tersenyum getir.

"Ya sudah, biar aku saja yang bayar!" ujar Rubeus sambil menggeledah kantongnya. Namun akhirnya, dia hanya bisa mengumpulkan 570 ribu. Jumlahnya masih jauh dari cukup untuk membayar tagihan.

Momen ketika hendak membayar tagihan tapi ternyata tidak punya uang ini adalah momen yang sangat memalukan. Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berpakaian jas datang mendekati mereka. Kelihatannya, dia adalah manajer restoran.

"Lina, apa yang terjadi di sini?" tanya manajer kepada pelayan tersebut.

"Pak, kedua orang ini bilang dompet mereka hilang dan mereka tidak punya uang untuk membayar," kata pelayan wanita itu.

"Aku mengerti, kamu bisa pergi saja, biar aku yang mengurus masalah ini!" kata manajer sambil memberi isyarat kepada pelayan wanita itu untuk pergi.

Kemudian, manajer melihat ke arah Josh dan Rubeus, "Tuan-tuan sekalian, saya adalah manajer restoran ini."

"Uh ... Pak, tadi saat saya di toilet, dompet saya dicuri. Jadi ... bisakah kami mengutang dulu? Saya bisa menulis surat utang dan membayarnya besok," kata Josh dengan terlihat canggung.

"Apa kalian benar-benar dicuri atau kalian hanya ingin makan tanpa membayar. Masalah ini masih belum bisa dipastikan!" ujar manajer dengan senyum sinis.

Saat Josh dan Rubeus masuk ke restoran, sang manajer sudah memperhatikan mereka berdua. Berhubung tingkat konsumsi di sini cukup tinggi, orang-orang yang datang ke sini untuk makan biasanya berpakaian rapi dan mewah. Namun, Josh dan temannya mengenakan pakaian yang murahan.

Pada saat itu, manajer masih bertanya-tanya apakah kedua anak ini benar-benar sanggup membayar makanan di sini? Namun, semua pelanggan harus dilayani, jadi manajer tidak bisa mengusir mereka.

"Apa? Kamu bilang kami ingin makan gratis? Apa kamu tahu siapa orang ini? Dia adalah cucu dari Marcus Parker. Apakah dia akan makan gratis?" tegas Rubeus.

"Oh, jadi kamu bilang dia adalah cucu Marcus? Kalau begitu, berarti saya adalah kakek Marcus!" ejek manajer itu. Dia tentu saja tidak percaya bahwa seseorang yang mengenakan pakaian murahan bisa menjadi cucu dari orang terkaya di wilayah barat daya. Bagi manajer itu, ucapan Rubeus hanya omong kosong belaka!

Mendengar ucapannya, Josh langsung mengerutkan kening. "Saya kehilangan dompet saya di restoran ini, jadi restoran ini seharusnya bertanggung jawab."

"Huh, saya rasa kalian hanya ingin menipu restoran kami dan menggunakan alasan itu untuk tidak membayar tagihan! Tidak ada yang mencuri dompet kalian!" tegas manajer dengan suara dingin.

Josh semakin terlihat kesal. Tempat di mana dia kehilangan dompet itu tidak tercakup oleh kamera pengawas, sehingga dia tidak bisa memberikan bukti.

"Kalian berdua, dengarkan baik-baik! Bagaimanapun caranya, kalian harus membayar tagihan ini. Kalau tidak, saya akan melapor ke pihak berwajib!" ujar manajer dengan serius.

Keributan ini telah menarik perhatian para tamu lainnya.

"Wah, zaman sekarang ini masih ada yang mau makan gratis? Apalagi di tempat seperti ini? Bukankah itu cari mati namanya?"

"Iya nih! Kalau nggak punya uang, seharusnya nggak usah datang ke tempat ini!"

....

Banyak pelanggan di restoran yang mulai membicarakan masalah ini.

"Josh ... bagaimana ini?" tanya Rubeus kebingungan.

Josh merasa kesal, tetapi memang sudah sepantasnya dia membayar makanan yang dipesannya. Penyebab utama dompetnya hilang adalah karena dia sendiri yang tidak waspada.

Josh berpikir sejenak, lalu memalingkan kepalanya ke arah para pelanggan yang ada di sekitarnya, "Ada yang mau meminjamkan saya 8 juta untuk membayar tagihan ini? Besok saya akan mengembalikannya 10 kali lipat, saya bisa membuatkan surat utang dan menandatanganinya!"

"Sepuluh kali lipat? Maksudnya 80 juta!" Mendengar nominal tersebut, banyak orang di sekitarnya yang merasa tertarik. Tentu saja, semua orang pasti akan merasa senang jika bisa mendapatkan uang sebanyak ini. Bunganya bahkan jauh lebih tinggi daripada rentenir!

"Tapi, lihatlah penampilannya, apa dia kelihatan seperti orang yang punya 80 juta? Aku yakin dia hanya seorang penipu yang ingin mencari uang," celetuk salah satu pelanggan.

"Benar! Lihatlah penampilannya, dia pasti tidak mampu membayar 8 juta. Jangan percaya padanya, jangan sampai kita ditipu," timpal pelanggan lainnya.

Meskipun tawaran Josh sangat menggiurkan, tetap saja tidak ada yang mau meminjamkan uang kepada orang asing yang penampilannya tidak meyakinkan!

"Bocah, kamu jangan macam-macam, ya. Aku yakin, kamu hanya mencari uang dengan cara licik. Nggak akan ada orang yang percaya padamu. Aku akan melapor ke polisi!" ucap manajer sambil meraih ponselnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status