Share

Bab 6

        Sansan yang berada di luar, mendengar istrinya mengatakan suami, matanya langsung bersinar, dan sedikit gemetar. Ternyata istrinya menyimpan namanya didalam hatinya. Sansan sudah terbiasa dengan ejekan ibu mertuanya. Tapi sikap Soraya yang melindunginya itu, membuatnya sangat tersentuh.

       “Hah? Apakah dia pantas menjadi suamimu? Seorang sampah tidak berguna yang hanya tahu makan dan menunggu kematian saja di rumah! Kalau bukan kita yang memberinya makan, dari awal dia sudah mati kelaparan!” Tasya tetap mencaci maki menantunya tanpa henti, "Coba kau lihat, apa ada pria yang tidak berguna dan bodoh seperti dia? Kalau bukan karena adanya kesepakatan kontrak, dari awal aku sudah menyuruh kalian untuk bercerai!" lanjutnya dengan penuh amarah.

       Soraya merasa sakit hati saat mendengar perkataan Ibunya. Karena dia tahu dengan jelas, bahwa Sans juga tidak ingin ditakdirkan seperti ini, mau bagaimanapun ia tetap menganggap Sans sebagai suaminya. Meskipun suaminya selalu dihina, dicaci maki oleh keluarganya.

       "Ibu, dengarkan aku, kita jual dulu rumah ini, untuk masalah di kemudian hari kita akan membahasnya kembali, lebih baik kita bayar hutang itu daripada harus menanggung bunga yang lebih besar, Bu!" ucap Soraya menegaskan, karena masalah ini harus segera diselesaikan. Jika lewat beberapa hari saja, mereka pun tidak akan bisa mengembalikan uang itu walaupun sudah menjual rumah.

       Namun Tasya sangat keras kepala, "Aku sudah mengatakan begitu banyak hal padamu, tapi kau masih saja ingin menjual rumah? Kau sangat keras kepala, Soraya. Baiklah! Aku katakan sekali lagi padamu, jika kau berani menjual rumah ini, aku akan langsung lompat dari lantai atas!" ucap Ibunya tanpa memikirkan perasaan Soraya.

       Ia yang mendengar ibunya berkata seperti itu, matanya langsung basah oleh air mata. Ia kemudian menarik nafas dalam-dalam. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia berbalik dan keluar sambil membanting pintu.

       Sans langsung segera bersembunyi, sambil melihat bayangan istrinya yang pergi. Ia merasa sangat terharu akan sikap istrinya. Ternyata, istrinya berkelahi dengan ibunya demi dia, dan ingin menjual rumah demi dia juga. Bagaimana mungkin hatinya tidak tergerak karena perasaan ini?

       Sansan hanya berdiam sambil memikirkan Soraya, "Istriku, aku pasti akan membuatmu menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini, semua orang akan sangat iri terhadapmu," gumam Sans dengan penuh tekad.

       Tapi sebelum itu, dia harus berusaha membuat Soraya mencintainya. Dan ia harus membuat ibu mertuanya benar-benar mau menerimanya. Setelah keluar dari rumahnya, Sans sekilas melihat istrinya yang sedang duduk di atas Mobil Honda Civic Estilo yang sangat jadul.

       Mobilnya harus distater beberapa kali baru bisa menyala, karena mobil ini adalah mobil tua. Mobil ini adalah mobil bekas yang mereka berdua beli, dan sekarang sudah hampir rusak. Mobil itu sering berhenti di tengah jalan, remnya juga tidak terlalu efektif.

       Melihat mobil istrinya yang sudah melaju pergi, dalam hati Sans merenung sejenak. Lalu ia langsung naik taksi untuk pergi ke sebuah show room. Sekarang dia sendiri sudah punya uang, paling tidak, dia membiarkan wanita yang dicintainya memiliki mobil sendiri yang aman dikendarai.

       Di depan pintu show room, Sans melihat-lihat sejenak, lalu pada akhirnya baru berjalan masuk ke dalam. Saat ini, seorang wanita yang berada di dalam taksi dengan mengenakan baju dress pendek yang seksi melihat Sansan yang masuk ke dalam show room. Ia merasa kenal dengan lelaki tersebut.

       Ia segera mengarah ke supir taksi dan berteriak, "Berhenti, Pak!" ucap wanita itu. Setelah membayar, wanita itu berjalan masuk dengan sepatu hak tingginya, dan segera mencari Sansan yang tadi terlihat masuk ke dalam.

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Lely Marnila
ceritanya mirip2 nggk kreatif
goodnovel comment avatar
Fandy Hadianto
gimana carany biar banyak poin
goodnovel comment avatar
Fandy Hadianto
bagus sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status