"Kamu, seperti anak bodoh! Hari ini, sampah brengsek itu membuat seluruh keluarga kita malu, dan kamu masih berencana ingin menjual rumah ini?" teriak Tasya dengan ekspresi wajah yang penuh amarah.
Soraya melihat ibunya dengan tatapan dingin, “Aku tidak bodoh, bu! Sekarang hanya dengan menjual rumah ini, kita bisa mengembalikan uang itu. Jika tidak, kita akan membayarnya dengan apa?” ucap Soraya dengan kesal.
Manusia memiliki hati bukan? Selama Sans tinggal bersama keluarga Lindsay, Sans bekerja keras tanpa mengeluh. Melakukan segala cara apapun untuk hidupnya.
Bahkan pernah sekali demi istrinya, ia dipukuli orang hingga hidungnya berdarah dan wajahnya bengkak. Tapi dia tetap saja masih tersenyum dan berkata dia tidak apa-apa. Itu merupakan kejadian yang tidak akan pernah bisa Soraya lupakan.
Terlebih lagi, dia jelas merasakan perubahaan Sans dalam dua tahun terakhir ini. Dari awal dia ingin sekali berbuat yang lebih baik untuk suaminya. Saat ini, jika adiknya sampai meninggal, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Sansan Carell.
“Hah? Uang itu dia yang memaksa untuk pinjam, biarkan sampah brengsek itu yang membayarnya! Mengapa kita harus menjual rumah kita untuk mengembalikan uang itu?” kata Tasya yang semakin lama semakin kesal.
“Ibu, tenanglah sedikit. Wans melakukan itu pasti karena dia memiliki niat yang buruk, aku tidak ingin dia masuk ke dalam perangkapnya Wans,” ucap Soraya menjelaskan.
Adiknya Sans kecelakaan mobil saat berangkat ke pesta. Mereka tidak memiliki uang sedikitpun, tidak ada cara lain selain meminjam uang itu. Tapi Wans jelas-jelas dengan sengaja ingin mempermalukan dan menyulitkan Sansan. Tidak ada niatan sedikitpun dari Wans untuk membantu Sansan.
“Huh! Wans memang punya niat yang buruk, tapi apa urusannya dengan kita? Semua ini adalah salah si brengsek itu! Ia yang memulai semua ini dan ia juga yang harus bertanggung jawab. Aku tidak setuju sedikitpun rumah ini jika dijual!” ucap Tasya dengan amarah.
“Ibu!” Soraya melototi ibunya sendiri, dan tidak percaya bahwa ibunya sangat egois. Sansan yang berada di luar pintu tercengang mendengarnya, tidak disangka ternyata istrinya membela dirinya dibelakangnya.
Soraya dengan sabar membujuk lagi, “Ibu, suatu saat kita bisa membeli rumah yang lebih besar. Tapi, jika kita tidak mampu membayar hutang itu, bunganya akan semakin besar setiap minggu,” ucap Soraya menjelaskan.
“Mudah sekali kau berbicara, apa kamu juga tidak melihat bagaimana kondisi kita saat ini? Ayahmu juga hanyalah sampah yang tidak berguna, tidak ada status sama sekali di Keluarga Lindsay,” Tasya melotot ke arah Ken Lindsay yaitu ayah dari Soraya, “Belum lagi si Sansan Carell sampah tidak berguna itu. Apakah ia akan mampu untuk membeli rumah bagi kita?” tanya Tasya penuh emosi. Ken Lindsay hanya diam tidak mengatakan apapun.
Soraya mengepalkan tangannya dengan erat, ia ingin berbicara lagi, tapi ibunya kembali berkata, “Soraya! Kamu dan sampah tidak berguna itu awalnya hanya menikah dengan kontrak, dan tidak memiliki perasaan sama sekali bukan? Untuk apa kamu memperdulikannya? Bagaimanapun, jika sudah sampai pada waktu kesepakatan, kalian langsung bercerai, dia sedikitpun tidak ada hubungan apapun denganmu!” ucap Tasya.
“Ya, kita ini memang menikah kontrak, tapi Bu apakah kau pernah berpikir? Kita hidup bersama selama dua tahun ini, dan kita juga selalu bersama kemanapun, bagaimana mungkin aku tidak memiliki perasaan padanya, Bu?” ucap Soraya sangat kesal, “Dan satu lagi, Bu. Mau bagaimanapun, ia tetap suami sahku diatas kertas!” lanjutnya.
Sansan yang berada di luar, mendengar istrinya mengatakan suami, matanya langsung bersinar, dan sedikit gemetar. Ternyata istrinya menyimpan namanya didalam hatinya. Sansan sudah terbiasa dengan ejekan ibu mertuanya. Tapi sikap Soraya yang melindunginya itu, membuatnya sangat tersentuh. “Hah? Apakah dia pantas menjadi suamimu? Seorang sampah tidak berguna yang hanya tahu makan dan menunggu kematian saja di rumah! Kalau bukan kita yang memberinya makan, dari awal dia sudah mati kelaparan!” Tasya tetap mencaci maki menantunya tanpa henti, "Coba kau lihat, apa ada pria yang tidak berguna dan bodoh seperti dia? Kalau bukan karena adanya kesepakatan kontrak, dari awal aku sudah menyuruh kalian untuk bercerai!" lanjutnya dengan penuh amarah. Soraya merasa sakit hati saat mendengar perkataan Ibunya. Karena dia tahu dengan jelas, bahwa Sans juga tidak ingin ditakdirkan seperti ini, mau bagaiman
“Sansan Carell, itu memang kau!” ucap wanita tersebut. Sans yang mendengar suara ini langsung melihat ke arah suara tersebut, “Maria Selena?” ucap Sans kaget. Maria Selena melihat Sans dari atas sampai bawah sejenak, lalu berkata dengan nada mengejek, “Apa yang kau lakukan disini?” Maria Selena adalah sahabatnya Soraya, hubungan mereka berdua sangat baik, sudah seperti adik dan kakak. Tapi Maria Selena juga sama dengan yang lainnya sama-sama sangat memandang rendah Sansan. Bahkan Maria Selena juga ikut membenci Sans hanya karena penampilan. “Kau pikir aku kesini untuk apa?” Sans tidak tahu apa yang harus ia katakan, jelas-jelas ia ingin membeli mobil. Maria Selena jelas tidak percaya, “Kamu, beli mobil? Apa kamu punya uang untuk beli mobil?” ucap Maria dengan nada menge
Sans tidak menoleh, dan langsung menganggukkan kepala, “Ya, aku tidak terlalu paham mengenai ini, mobil mana yang memiliki kinerja keselamatan yang paling bagus?” ucap Sans kepada karyawan itu. Wajah karyawan itu langsung berubah menjadi serius, ia kemudian tersenyum melayani Sans dengan baik, “Model seri BMW ini adalah yang terbaik, memiliki sistem bantuan keselamatan yang canggih, dan juga adalah mobil pesanan yang dibuat secara khusus, mobil model ini adalah satu-satunya yang ada di toko ini saat ini,” jawab karyawan tersebut. Maria yang melihat mobil itu, kedua matanya segera membelalak. 500juta! Apakah orang ini sudah gila! Sansan tidak bereaksi sedikit pin, dan sambil menganggukkan kepala dia berkata, "Baiklah, apakah boleh membuka pintunya, dan biarkan aku duduk lalu mencobanya?" Wajah karyawan itu menjadi lebih serius lagi, "Tuan, apa anda yakin
Pria paruh baya itu tersenyum, tangannya memegang pinggang wanita seksi itu, “Baiklah, aku akan membelinya untukmu, Sayangku,” ucap pria itu. “Siapa itu, ke sini sebentar,” ucap pria paruh baya memanggil karyawan yang bersama Sans. Karyawan itu menengok dan segera berjalan menghampirinya sambil tersenyum, “Halo, Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” ucap karyawan tersebut. “Aku ingin mencoba mobil ini,” kata pria paruh baya itu sambil melihat Sans dengan sekilas, “Dan suruh kedua orang sampah ini pergi, manusia kampungan seperti mereka tidak pantas berada disini,” lanjutnya. Wanita yang bersama pria itu menganggukkan kepala, dan berkata dengan merengek, “Ya, benar sekali. Kenapa manusia kampungan seperti mereka bisa masuk kesini?” Wajah karyawan itu tampak malu, lalu berbalik dan berka
Steve yang dari tadi memperhatikan Sans hanya diam saja, dia jelas sangat tahu keadaan Sans saat ini, “Sans, apa kau serius? Memiliki uang 500 ribu saja sudah untung untukmu,” ucap Steve pelan. “Haha……” wanita genit itu tertawa terbahak-bahak, om-om itu pun ikut mengejeknya, “Hei, Bajingan! Apa kau sudah gila? Jangan membuat lelucon seperti itu, sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Kau hanya merusak pemandangan disini,” ucap om-om tersebut. Sans melirik ke arah karyawan itu, “Baiklah, kau ingat ucapanmu barusan. Jika aku bisa membayarnya saat ini, rubah margamu menjadi margaku,” ucap Sans kepada karyawan itu, “Gunakan kartu ini, dan aku bayar semuanya,” lanjutnya. Karyawan itu melihat-lihat kartu yang diberikan Sans kepadanya, “Tuan, tolong. Jangan membuat lelucon lebih banyak lagi, apa kau yakin di dalam kartu ini terdapat uang Satu Milyar? Kartu hitam
Karyawan itu melamun sejenak, “Be...belum pak.” “Hah?” Sans terkejut mendengar ucapan karyawan itu, “Apa yang terjadi? Mengapa belum dibayar?” Saat karyawan itu ingin menjelaskan, tiba-tiba wanita om-om itu tertawa terbahak-bahak, “Hahaha... Apa kalian mendengar itu? Orang ini hanya penipu, kartu hitam miliknya hanyalah mainan belaka,” ucap wanita itu dengan percaya diri. Steve tersenyum dengan kemenangan, “Sok kaya didepan banyak orang, ya.” Ucapnya. Om-om itu tersenyum dan bernafas dengan lega, “Ternyata memang benar itu mainan ya, mana mungkin orang sepertimu memiliki kartu VIP itu! Kartu itu hanya diproduksi 20 buah dinegara ini.” “Apa kau anak kecil? Kau datang membawa kartu mainan, mau membodohi semua orang disini? Kau punya otak tidak? Orang kampung tetaplah orang kampung, mana
Kemudian dia berkata dengan serius, “Ternyata kau punya uang! Kalau begitu kenapa kamu masih menyuruhku untuk mengembalikan uangmu sialan?” ucap Steve dengan kesal. Sans tidak menggubris ucapan Steve, lalu ia berkata kepada karyawan, “Oh iya, apakah aku harus melakukan sesuatu untuk mobil ini?” “Ah ya, anda masih harus menandatangani kontrak dengan kami, Tuan,” ucap sang karyawan. Sans menganggukkan kepala, dan memberikan kembali kartunya kepada karyawan itu, “Bawa dan gunakan kartu ini,” ucap Sans. Karyawan itu merasa takut dan gemetar, “Tapi, Tuan. Manajer saya bilang bahwa mobil ini diberikan kepada anda secara gratis,” ucap karyawan itu. “Aku tidak akan menerima hadiah apapun, tanpa sebuah alasan yang jelas.”, jawab Sans dengan tenang, karena Sans tidak tau dengan manajer ini, bag
“Aku tidak mendengarnya, lebih keras lagi,” kata Maria dengan bangga sambil melihat wanita itu. Wanita itu menggigit bibirnya, dan mencoba yang terbaik, “Maafkan aku!” Maria merasa puas, lalu Sans melihat ke arah Steve dan berkata, “Dan kamu.” Steve merasa terkejut ketika Sans memanggilnya, karena ia juga ikut mengejek Sans. Om-om itu tidak memberi kesempatan berbicara kepada Steve, “Cepat minta maaf kepada Tuan Sans,” ucap om-om itu. Wajah Steve memerah, ia tidak mengatakan apa pun. Steve merasa bahwa ia dan Sans sudah merasa tidak ada hubungan apapun dengannya. Meskipun dia sudah meminjam uang 40 juta, tapi atas dasar apa dia harus meminta maaf padanya? Pria paruh baya yang melihat semua ini langsung mendorong Steve maju ke depan, “Aku menyuruhmu untuk minta maaf! Dengar tidak? Masi