Share

Empat Puluh Empat

Bu Atik mengela napas panjang, benar perkataan sang anak jika semua tak bisa di ubah. Harusnya mereka semua berlalu baik pada Anisa, bukan menuduhnya kacang lupa kulitnya.

“Dia pantas bahagia, kita yang terlalu naif jika mengatakan Anisa lupa saat dia susah.”

Bu Atik tak banyak bicara karena ia tak bisa mengelak apa yang dikatakan sang anak. Perbuatannya pada Anisa pun tak bisa dimaafkan, ia memperlakukan dirinya sebagai pembantu tanpa bayaran. Berteriak seenaknya, juga memakai dan menghujat setiap hari. Hal itu tentu membuat Anisa tak akan bisa melupakan setiap perbuatannya. Bahkan, Anisa pun sudah mempermalukan dirinya di depan semua orang.

“Ibu!”

Windy masuk dan langsung memeluk sang ibu. Bu Atik keheranan saat sang anak datang dengan membawa beberapa tas. Windy menangis sesenggukan saat berada di pelukan ibunya.

“Kenapa kamu?” tanya Wisnu.

“Mas Fahmi mengusirku, katanya dia menyesal memiliki istri seperti aku.” Windy menjelaskan dengan sesenggukan, sedangkan Wisnu mengepa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status