Share

Lima Puluh Delapan

Anisa menepuk pundak Abas karena ucapannya membuat wajahnya memerah. Pria itu selalu saja mencari alasan untuk membuatnya tersipu malu. Apalagi saat membicarakan masalah anak atau pernikahan.

Setelah berhasil membuat wajah perempuan itu memerah, Abas mengajaknya makan siang. Setelah beberapa jam merasa bisan di kantor, Anisa pun mengikuti ajakan Abas.

Makanan kesukaan Anisa sudah di hafal pria itu. Ia pun mengajaknya makan di sebuah restoran seafood karena di sana ia akan memesankan kwetiau goreng seafood.

“Aku lapar sejak tadi emosiku terkuras oleh Wisnu.”

Abas melihatnya sangat gemas, bahkan saat dalam keadaan marah pun Anisa terlihat sangat cantik dan menggemaskan. Perempuan yang kuat juga tak mudah menyerah.

“Iya pasti lapar, kan tenaga terkuras untuk memukul mantan suami kamu.”

“Eh, ini aku yang lagi kelaparan, bukan kamu.”

Abas menyunggingkan senyum setelah menggoda Anisa lagi. Pernikahan mereka sebentar lagi akan terlaksana, ia merasa sangat deg-degan bahkan sering
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status