Share

Sembilan belas

Windy ke luar dari rumah sang ibu dan bertemu dengan Wisnu. Ia pun meluapkan kekesalannya pada sang kakak.

“Itu kan punya temannya, lagi pula salah di mananya kalau di belanja juga?” tanya Wisnu.

“Ya aku hanya ingin tahu. Masa enggak boleh lihat, apa namanya kalau pelit,” ujar Windy.

“Ah, kamu jangan banyak mikir jelek. Sudah aku mau masuk,” ujar Wisnu.

Windy semakin kesal dan emosi, sama saja seperti sang ibu, sang kakak pun bersikap membela Sinta.

Windy pun gegas pulang dan mengendarai motornya. Ia tak mau suaminya pulang sebelum dirinya, ia pun sudah membeli beberapa makanan untuk sang suami.

Beberapa menit sampai di rumah, ia melihat mobil sang suami sudah ada di halaman rumah. Ia sedikit cemas, lalu gegas memarkirkan motornya.

“Kamu dari mana?” tanya Fahmi, suaminya Windy.

“A—aku dari beli makan. Beli sayur di warung depan, kamu kok enggak bilang pulang cepat?” tanya Windy pelan.

“Kalau suamimu bilang, berarti kamu tahu dan pasti enggak kelayapan. Benarkan apa yang mama bilang, M
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status