Share

Bab 18. Menemui pak Bayu

"Kamu harus segera berani melepaskannya, Lis. Yakinkan dirimu, untuk apa mempertahankan hubungan menyakitkan seperti ini".

"Apa aku harus berpisah dengan mas Hendi, itu maksudmu Win? ". Tanyaku memperjelas pernyataan Wiwin.

"Iya Lisna, apalagi".

Aku menghela nafas memikirkan perkataan Wiwin.

"Kenapa, apa yang membuatmu tidak berani. Apakah kamu masih mencintai suamimu itu?.

"Aku belum berani memutuskan, Win". Ucapku pelan.

"Baiklah terserah padamu. Aku hanya tak ingin jika kamu tersakiti terus prilaku mas Hendi yang seperti ini".

"Terima kasih atas saranmu. Sudahlah tidak usah kita bicarakan tentang rumah tanggaku". Kataku malas.

Kalau membicarakan mengenai mas Hendi aku semakin lelah. Tak ingin saja mengulang lagi ingatanku tentang pengkhianatan lelaki yang katanya akan mencintaiku seumur hidupnya.

"Baiklah, nanti kita mengobrol lagi. Aku ke ruanganku dulu ya". Ucap Wiwin mengakhiri obrolan kami pagi ini.

"Iya kerjalah yang rajin. Jangan makan gaji buta saja karena bergosip".
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status