Share

Meet Up

"TIDAAKKKK!!!" 

Melati lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sedangkan Yasmine masih melotot tajam pada sosok yang berdiri di depannya.

Saat tersadar Yasmine lalu memutari tubuh Melati dan mengamatinya dari atas sampai bawah.

"Hei siapa nama loe?"

Perlahan Melati membuka kedua tangan yang menutup wajahnya. Namun dia hanya terdiam, begitu pula Yasmine yang juga masih syok melihat sosok wanita di depannya.

"Ga...ga mungkin, kembaran gue udah meninggal 20 tahun yang lalu."

"Saya Melati, ampun nyah saya bukan kembaran Nyonya, saya masih memiliki kedua orang tua, kita ga mungkin kembar."

"Lalu kenapa kita begitu mirip? mustahil dua orang memiliki wajah dan penampilan yang begitu mirip tanpa ikatan keluarga?"

"Saya juga tidak tahu nyah yang saya tahu sejak kecil saya hidup bersama kedua orang tua saya."

"Ah udahlah ga penting, nanti gue pikirin lagi, ngomong-ngomong loe darimana? kenapa loe bisa sampai disini?"

"Saya dari Kediri nyah, tetangga saya memberitahu jika Tuan Rio membutuhkan seorang pembantu dan dia yang mengajak saya untuk bekerja disini atas seizin Tuan Rio sebelumnya."

"Kamu udah ketemu Rio?"

"Belum nyah."

"Bagus kalau begitu, ayo kita masuk dulu kedalam gue mau ngomong penting sama loe."

Yasmine lalu mengajak Melati untuk duduk di ruang televisi. Saat mereka baru saja duduk Melati sudah tak sabar mengetahui keinginan majikannya.

"Permisi sebenarnya apa yang mau Nyonya bicarakan sama saya?"

"Mel, loe harus bantuin gue!"

"Bantuin apa nyah?"

"Temui Opa gue di Jakarta!"

"Jakarta nyah? Jauh sekali, saya belum pernah ke sana, lalu saya naik apa ke sana?"

"Itu urusan gue, yang penting loe turutin semua perintah gue, kalau berhasil gue kasih imbalan 100 juta ke loe."

"Seratus juta nyah? Itu banyak sekali!!!"

Melati begitu tertarik mendengar nominal yang menurutnya begitu besar. Langsung terbayang dalam benaknya, uang itu akan dia pergunakan untuk membuka usaha kue yang sudah lama dia inginkan, dan tentunya untuk memperbaiki gubuk reotnya.

"Hei ngapain loe, kok malah ngelamun?"

"Gapapa nyah, saya cuma lagi membayangkan uang sebanyak seratus juta, saya belum pernah lihat uang sebanyak itu, apalagi bermimpi untuk memilikinya, sedangkan memegang uang seratus ribu saja paling cuma sebulan sekali." jawab Melati malu-malu.

Yasmine begitu terperanjat mendengar penuturan pembantu barunya.

"Ya udah loe mau bantuin ga nih?"

"Iya nyah, apa yang harus saya lakukan."

"Berikan surat ini dan barang ini!"

"Apa itu nyah?"

"Ini namanya flashdisk, nanti di rumah Opa berikan flashdisk ini pada orang yang bernama Adrian, semua kebutuhan kamu sudah aku atur, besok kamu harus pergi dari rumah ini dengan penerbangan paling awal sebelum suamiku pulang, lalu pakailah ponsel ini dan amplop itu ada uang cash sebesar lima juta yang bisa kamu pergunakan sebagai ongkos."

Melati begitu terperanjat melihat barang-barang di depannya. Sebuah ponsel yang belum pernah dia miliki serta uang tunai yang begitu banyak kini ada di depan matanya.

"Kenapa harus pake surat sih nyah, ini kan jaman canggih loh, kirim gambar juga bisa kan lewat ponsel, apalagi Nyonya kan orang kaya, pasti ponselnya bagus."

"Ihhh berisik banget sih loe, kalau gue bisa berkomunikasi sama mereka gue ga bakalan minta tolong sama loe."

"Oh begitu ya nyah, maaf ya tapi kalau boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai Nyonya tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan keluarga Nyonya?"

"Ceritanya panjang Mel, dan ini semua terjadi memang karena kesalahan yang gue perbuat. Gue kawin lari Mel, lebih tepatnya mereka culik gue. Saat itu gue dibawa pergi sama Rio, namun..."

"Namun kenapa nyah?"

"Namun ternyata gue dijebak sama Rio dan keluarganya. Semua terjadi karena sengketa bisnis di keluarga kami, ternyata keluarga kami mengalami sengketa bisnis yang begitu pelik. Keluarga Rio menginginkan semua kepemilikan mayoritas saham milik Opa, mereka merasa memiliki hak yang sama seperti Opa."

"Mengapa bisa sampai terjadi seperti itu nyah? Bukankah itu perusahaan milik keluarga Nyonya?"

"Awalnya tidak Mel, Opa dan Paman Rio membangun perusahaan itu bersama, namun suatu saat keluarga Paman Rio mengalami suatu masalah keuangan dikarenakan anaknya yang bernama Adam memiliki banyak hutang akibat berjudi. Paman Rio akhirnya menjual mayoritas saham yang dimilikinya pada Opa, namun Opa memang memiliki kesalahan karena terlalu percaya pada teman baiknya itu. Tidak ada perjanjian hitam diatas putih yang mereka lakukan, sehingga anaknya yang bernama Adam menggugat kepemilikan saham milik Opa, meskipun Opa sudah memberikan bukti berupa mutasi transfer, Adam tetap tidak percaya."

"Ooh ya ya nyah, saya mengerti."

"Tapi kamu harus ingat Mel, kita cuma punya waktu 2 minggu untuk membebaskan gue, karena minggu depan umur gue 23 tahun, dalam catatan notaris, saat usia gue 23 tahun semua harta milik Opa menjadi milik gue, mereka pasti akan melakukan apa saja termasuk membuat gue mendatangani surat hibah warisan pada mereka."

"Iya iya nyah saya mengerti, saya harus bergerak cepat, gitu kan nyah?"

"Iya, ada yang mau loe tanyain?"

"Emh gini nyah saya sebenarnya malu"

"Ga usah malu tanyakan saja"

"Gini nyah, cara biar ponsel ini nyala ginana ga nyah? Daritadi saya udah puter-puter kok ga nyala-nyala."

"Astagaaaa semiskin apa sih loe sampe nyalain ponsel aja ga bisa!"

Melati hanya bisa tersenyum, Yasmine lalu menyalakan ponsel tersebut dan mengajari sedikit penggunaannya.

"Nih kamu buka aplikasi ini yang warnanya ijo, disini kamu bisa kirim pesan, kirim video, foto, dokumen, dll. Nantinya kita juga aplikasi lewat aplikasi ini."

"Oh iya nyah."

"Ya sudah sekarang kamu istirahat di kamar kamu, besok kamu harus berangkat pagi, kalau mau ada yang ditanyakan gue ada di kamar."

"Baik nyah, terimakasih banyak nyah permisi?"

Melati lalu masuk ke dalam kamar pembantu, dia lalu memandangi benda pipih dalam genggaman tangannya, betapa bahagianya dia sekarang telah memiliki ponsel yang sangat dia idam-idamkan. Dahulu jangankan membeli ponsel, untuk makan saja sangat pas-pasan.

Sayup-sayup adzan subuh mulai berkumandang, Melati sudah bersiap di dalam kamar untuk melaksanakan ibadah. Setelah selesai, Melati begitu terkejut karena Yasmine telah berdiri di belakangnya.

"Lagi ngapain loe?"

"Oh ini namanya sholat subuh nyah, setiap hari saya shalat lima waktu, hati saya tenang rasanya kalau sudah shalat."

"Ooh ya udah kapan-kapan loe ajarin gue ya."

"Iya nyah."

"Yuk buruan, gue temenin loe keluar sebelum satpam di depan bangun."

"Baik nyah."

Dengan mengendap-endap Yasmine dan Melati melewati satpam yang masih tertidur di pos jaga. Setelah membuka gerbang, taksi online yang sudah Yasmine pesankan untuk Melati sudah menunggu di depan rumahnya.

"Mel kamu hati-hati ya, semoga berhasil, loe adalah harapan satu-satunya gue untuk membebaskan gue dari mereka, satu lagi jangan pernah panggil gue Nyonya, panggil saja Yasmine."

"Ooh iya baik Yasmie, saya pergi dulu, saya janji akan berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan kamu dari sini!"

Yasmine lalu mengangguk, saat kaki Melati masuk ke dalam mobil. Dia lalu memanggil Melati kembali.

"Mel, kalau disana loe ketemu anak kecil  berumur 3 tahun, kirimin foto dan videonya ke gue tiap hari." kata Yasmine lalu dia menangis dan masuk ke dalam rumah.

Melati begitu terkejut melihat tingkah Yasmine, dia hanya menggelengkan kepala lalu masuk ke dalam taksi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status