Share

Who Are You?

Penulis: Weny Hida
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-29 12:17:23

Cahaya lampu redup tampak menerangi seorang wanita muda yang duduk dengan khusyuk berdoa pada Sang Pencipta di waktu sepertiga malam. Gemercik air sungai di samping gubuk ikut menambah syahdu lantunan doa yang dia panjatkan.

Satu jam lamanya bermunajat pada Sang Pencipta, begitu banyak doa dan harapan yang dia panjatkan untuk hari ini, karena menurutnya hari ini adalah hari yang istimewa baginya untuk sebuah kehidupan baru.

Saat bau wangi dari arah dapur menyeruak sampai ke indra penciumannya, dia lalu bergegas menyelesaikan doanya dan beranjak menuju dapur.

"Ibu biar Melati bantu ya?"

"Sudah ga usah, nanti kamu bisa terlambat kalau kamu bantuin ibu, lebih baik kamu bersiap-siap sebelum Mba Sari jemput kamu."

"Sebentar saja bu, Melati udah beres-beres bu, lagipula barang-barang Melati kan juga sedikit, ini hari terakhir Melati di rumah, besok dan seterusnya Mel kan sudah ga disini lagi."

"Ya sudah semua terserah kamu saja."

Selama satu jam lamanya Melati membantu ibunya membuat gethuk pisang khas Kediri. Gethuk pisang tersebut lalu di stok di Pasar ataupun Toko yang sudah menjadi langganan mereka.

Jam menunjukkan pukul 07.30, sebuah mobil berwarna hitam tepat berhenti di depan sebuah gubuk reyot. Seorang wanita bertubuh tinggi dengan kulit hitam manis lalu mengetuk pintu rumah.

"Assalamualaikum, Melati."

"Waalaikumsalam ya Mba Sari, sebentar."

Beberapa saat kemudian tampak Melati keluar dari dalam rumah sambil membawa satu tas berwarna hitam dan tas kecil berwarna cokelat terselempang di pundaknya.

"Masuk dulu Mba Sari."

"Ga usah Mel, yuk kita berangkat kalau kita kesiangan bisa kena macet di jalan."

"Ayo Mba sebentar Mel pamit sama Bapak dan Ibu dulu ya."

"Ya Mel, Mba tunggu kamu di mobil ya."

"Ya Mba."

Melati lalu menghampiri kedua orang tuanya. "Bapak Ibu Melati pergi dulu ya, sekarang Melati sudah punya pekerjaan, Bapak sama Ibu ga usah kerja terlalu berat, setiap bulan pasti Mel kirim uang."

"Iya Mel kamu hati-hati di jalan, jaga diri ya nak, Bapak dan Ibu pasti merindukan mu." kata Bapak Melati sambil memeluknya bergantian dengan Ibunya. Mereka lalu berpelukan begitu lama sambil diiringi isak tangis.

Suasana haru terpecah saat klakson mobil yang menunggu Melati berbunyi.

"Ya sudah Bapak Ibu Melati pamit dulu ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." jawab mereka.

Melati lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil, hanya sedikit barang yang dia bawa. Bukan karena repot membawa barang-barang terlalu banyak, namun karena dia memang tidak memiliki apa-apa.

Di dalam kamarnya saja hanya terdapat sebuah tempat tidur dengan kasur usang dan sebuah lemari kayu tak berpintu uang usianya mungkin lebih tua dari Melati.

Melati hanyalah anak seorang tukang becak, sedangkan ibunya adalah seorang penjual gethuk pisang, rumah mereka hanya sebuah gubug reot di tepi sungai di pinggiran kota Kediri. Tak ada yang istimewa dari dirinya kecuali kecantikan wajahnya.

Lekuk wajahnya begitu sempurna dengan hidung mancung dan kulit putih yang menawan. Sebenarnya begitu banyak pemuda yang sudah melamarnya, namun Melati menolaknya, karena cita-citanya adalah membahagiakan orang tuanya terlebih dahulu.

Selama ini sebenarnya Melati sudah bekerja di beberapa toko di kota Kediri, namun ijazah yang dimilikinya hanyalah ijazah SMP, dan gaji yang diperolehnya pun tak seberapa sehingga tak pernah bisa membantu kehidupan ekonomi keluarganya.

Hingga sebuah tawaran datang dari tetangganya, Sari. Dia menawarkan sebuah pekerjaan menjadi asisten rumah tangga di Surabaya. Saudara sepupu dari majikannya sedang membutuhkan seorang pembantu, dan gaji yang ditawarkan cukup besar sehingga membuat Melati tertarik meskipun harus meninggalkan kedua orang tuanya.

"Mel, kok melamun sih, jangan bilang kamu nyesel udah ninggalin kedua orangtuamu loh.", kata Sari sambil tersenyum.

"Ga Mba, maklum Melati kan belum pernah naik mobil dan belum pernah bepergian jauh ke luar kota, jadi pengin liat pemandangan di luar Mba."

"Oh ya, gini Mel majikan kamu itu namanya Pak Rio, dia sepupu dari majikan Mba yang bernama Pak Adam dan Bu Sally, dia sudah memiliki istri namun belum memiliki seorang anak, kerja kamu di sana cukup ngerjain semua pekerjaannya rumah dan nemenin istri Pak Rio."

"Memangnya kenapa dengan istri Pak Rio mba? Kok harus ditemenin?"

"Mba juga kurang tahu sebenarnya bagaimana kehidupan mereka, yang Mba tahu Pak Rio agak protektif dan jarang mengajak istrinya keluar rumah makanya dia kesepian."

"Mba sudah pernah ketemu mereka apa belum?"

"Kalo sama Pak Rio sih sering tapi kalau istrinya belum pernah sama sekali."

"Oh." jawab Melati singkat. 

Tiba-tiba mata Melati terasa begitu mengantuk, sepanjang sisa perjalanan akhirnya dia habiskan dengan tidur. Matanya mulai terbuka saat mobil yang ditumpangi berjalan dengan lambat, memasuki sebuah komplek perumahan mewah di tengah kota Surabaya.

Matanya terbuka begitu lebar saat di depan matanya tampak berjejer rumah-runah mewah. "Wah rumahnya bagus-bagus banget ya Mba Sari, Mel pasti betah kalo disuruh tinggal disini."

Sari hanya tersenyum melihat tingkah Melati. Lalu mobil itu berhenti di depan sebuah rumah mewah model minimalis dengan halaman yang tidak begitu luas namun dipenuhi berbagai macam tanaman dan bunga-bunga yang sangat cantik.

"Kamu tunggu sebentar ya Mel, saya mau bicara sama Pak Satpam dulu." kata sang sopir.

Sopir mobil lalu turun dan menghampiri satpam yang sedang berjaga di rumah tersebut. Beberapa saat kemudian sang sopir masuk kembali ke dalam mobil.

"Mel kamu langsung turun dan temui satpam itu ya, nanti dia yang mengantarmu bertemu dengan majikanmu."

"Iya Pak Sopir, Mba Sari Melati turun dulu ya terimakasih banyak sudah memberikan Melati pekerjaan, Pak Sopir terimakasih banyak juga sudah mengantar Melati."

"Iya Mel, kamu jaga diri baik-baik, yang betah ya."

Melati lalu mengangguk kemudian turun dari dalam mobil dan menghampiri satpam yang sedang berjaga.

"Selamat siang Pak Satpam, saya Melati pembantu baru Pak Rio."

Namun satpam yang sedang berjaga tak merespon kata-katanya, dia hanya memandang Melati dari atas sampai bawah dengan begitu terheran-heran.

Melati yang dipandang seperti itu tampak begitu risih. 'Ini Pak Satpam ngapain sih, aku tahu dandananku kampungan tapi ga usah dilihat seperti ini dong' batin Melati dalam hati.

"Pak Satpam...Pak Satpam." kata Melati.

"E..eh eh iya ayo neng kita masuk, tapi neng Pak Rio sedang ada urusan bisnis di luar kota selama beberapa hari,  di sini cuma ada istrinya, Nyonya sekarang ada di belakang rumah di dekat kolam, kita ke sana ya neng."

Melati lalu mengangguk dan berjalan mengikuti satpam tersebut.

"Maaf nyonya, ini ada pembantu baru datang."

Seorang wanita lalu membalikan badannya.

"TIIIDAAAAKKKKKK." kata Yasmine dan Melati bersamaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Kembar   Kecelakaan

    Janur kuning telah melengkung di depan sebuah gedung megah yang telah berhiaskan dekorasi mewah nan cantik dipenuhi berbagai bunga warna-warni. Dendang lagu-lagu khas pernikahan pun berkumandang. Yasmine tampak masuk ke sebuah ruangan dengan begitu terburu-buru."Mba, udah selesai belum? Sebentar lagi udah mau ijab qabul nih." kata Yasmine pada seorang MUA."Udah Mba Yasmine, tenang saja. Mba Mel udah cantik banget nih bagai bidadari."Yasmine lalu menghampiri Melati yang masih duduk sambil sesekali terlihat membetulkan kebaya yang dikenakannya. "Mba ini bagian perut bisa ga dilonggarin dikit."kata Melati."Yah Mel, kamu sih udah tau mau nikah malah ga bisa kontrol makanan, jadi begah kan? Udah cakep gitu masih aja ngurusin perut." gerutu Yasmine"Hahahaha kok jadi kamu yang sewot Yas." kata Melati.'Yas, perutku seperti ini bukan karena makanan, tapi karena ada janin dalam kandunganku.' kata Melati dalam hati.

  • Mendadak Kembar   Sebuah Permainan

    "Sayang, sejak kapan kamu ada di dapur? Aku pikir kamu masih ada di kantor." kata Yasmine saat Adrian mendekat pada mereka."Ya, aku sengaja pulang lebih awal Yas, karena aku tahu Melati akan pulang dengan calon suaminya. Aku juga ingin berkenalan dengan calon suami Melati." kata Adrian sambil melirik Melati. Melihat lirikan Bram, Melati lalu mengalihkan pandangannya pada Bram.Bram lalu ikut memandang ke arah Melati, dan Melati pun mengangguk."Adrian, kenalkan Bram, calon suami Melati."Bram lalu mengulurkan tangannya, Adrian lalu membalas jabat tangan dari Bram. Adrian mencengkeram telapak tangan Bram dengan begitu keras, sedangkan Bram menatap Adrian dengan tatapan yang tajam."Heiiii, kenapa kalian berjabat tangan begitu lama?" kata Yasmine."Maaf, rasanya saya seperti sudah pernah melihat anda Tuan Bram." kata Adrian berbasa-basi."Mungkinkah sebelumnya kita pernah bertemu Adrian?""Ah, mun

  • Mendadak Kembar   Persiapan Pernikahan

    "Mel, kamu kenapa?"Namun Melati hanya terdiam. "Nak Bram, apa sebaiknya kita bawa Melati ke rumah sakit saja?""Iya Bu, kita bawa Melati ke rumah sakit saja."Mereka bertiga lalu membawa Melati ke rumah sakit terdekat. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya dokter yang menangani Melati pun keluar dari ruangan. Dia lalu berbincang-bincamg dengan Bram. Setelah selesai berbicara dengan dokter, Bram lalu mendekati orang tua Melati."Nak Bram, apa yang dokter tadi katakan?""Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Pak, Bu, Melati hanya kelelahan dan sedikit stres, nanti jika sudah siuman, Melati bisa langsung diperbolehkan pulang.""Alhamdulilah.""Lebih baik Bapak dan Ibu pulang saja dulu dan siapkan makan malam untuk Melati, kita harus membahagiakan Melati agar tidak stres. Saya sudah pesankan taxi untuk Bapak dan Ibu.""Baik Nak Bram, terimakasih."Bram lalu mengantar Bapak dan Ibu Melati

  • Mendadak Kembar   Rencana Pernikahan

    Adrian menunggu Yasmine dengan penuh kebimbangan. 'Melati, semudah itukah kau melupakan aku?' gumam Adrian."Adrian." Sebuah tepukan dari Yasmine membuyarkan lamunannya. "Kamu kenapa sayang? Kok tiba-tiba diem gitu?""Gapapa cuma cape.""Kamu memang tadi terlalu bersemangat Adrian." kata Yasmine sambil tersenyum."Yas, gimana tadi Melati.""Oh Melati, dia mau nikah sama siapa ya aku lupa namanya, Oh iya Bram, namanya Bram.""Kok mendadak banget sih Yas, emang mereka udah saling mengenal?""Kata Opa sih Melati bilang mereka sudah pacaran sejak di Jakarta, tapi baru ngomong ke Opa tadi pagi, ya kamu tau sendiri kan kalau Melati itu pemalu.""Terus kenapa bisa secepat ini Yas?""Si Bram katanya di desak sama orang tuanya buat buru-buru nikah, soalnya mereka kan kuliah bareng takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.""Oh." jawab Adrian singkat, berbagai macam pikiran m

  • Mendadak Kembar   Kompromi

    "Apa Mas?""Menikahlah denganku Mel!""Menikah?""Ya, anggap saja ini sebuah kompromi Mel, bukan pernikahan.""Sungguh aku tak mengerti Mas.""Mel, bukankah kau membutuhkan suami untuk menjadi Ayah dari anakmu?"Melati hanya terdiam mendengar kata-kata Bram. "Mel, aku juga membutuhkan istri Mel, keluargaku begitu menuntutku untuk kembali menikah.""Kembali menikah? Jadi Mas Bram sudah pernah menikah?""Ya Mel, aku dan mantan istriku, Reina bertemu saat kuliah dan kami berpacaran. Lalu kami memutuskan untuk menikah, namun sebuah kecelakaan pesawat telah membunuh istriku, Reina saat di dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Aku begitu terpukul dan hidupku jatuh pada titik terendah selama dua tahun terkahir ini Mel. Aku selalu dituntut Mami untuk membuka lembaran baru dalam hidupku, namun semua terasa begitu sulit karena aku sangat mencintai Reina. Itulah sebabnya aku kembali ke sini.""Ma

  • Mendadak Kembar   Menikah

    Bram llau mengangkat panggilan dari orang tuanya dengan malas.[Iya Mam.][Gimana Bram?][Mami, Bram kan baru saja sampai di sini kemarin, jangan tanyakan itu dulu deh Mam.][Bram, kamu juga harus ngertiin Mami dong.][Iya, iya, udah dulu ya. Bram mau kuliah dulu.][Bram, Mami kan belum selesai ngomong, Bram.]Bram lalu mematikan teleponnya dan masuk ke dalam kampus.Jam menunjukkan pukul 12.30 waktu Moulbourne, Melati tampak keluar dari ruang kuliah dengan sedikit lemas. Tiba-tiba kepalanya terasa sedikit pusing, dia lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok."Mel.""Eh, Mas Bram.""Kamu kenapa Mel?""Gapapa Mas, cuma sedikit pusing.""Kamu lapar ya?"Melati hanya diam, lalu mengangguk dengan malu-malu. "Hahahaha, orang hamil itu memang mudah lapar Mel, aku tahu itu karena kakak perempuanku hampir satu jam sekali makan sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status