Share

Bab 6 Jangan Memandang Rendah

Jam pulang kampus pun tiba, mereka sampai di gerbang kampus, ternyata sang supir sudah menunggu mereka, Teguh dan Clara pun, bergegas ke arah mobil. Ketika baru masuk kedalam mobil Teguh merenung belum pernah, memakai Black Cardnya, dan dia, kepikiran saran dari Aldo, untuk mempunya mobil sendiri, sekarang dia merasakan, jika setiap hari pulang pergi sama Clara dia tidak enak.

“Mau langsung pulang atau ke mana?,” tanya sang sopir, membuyarkan lamunan Teguh,

“kita ke Mal dulu, Pak.” Jawab Clara ,karena Teguh tidak segera memberikan respon, jadi Clara yang berinisiatif menjawab pertanyaan sang sopir.

“Baik, Non” jawab sang sopir

Setelah mendengar jawaban sang sopir, Clara memerhatikan Teguh , dia melihat seperti ada sesuatu yang membuatnya bingung, dia memutuskan untuk bertanya.

“kamu, kenapa Guh?” tanya Clara kepada Teguh.

“Em ... tidak apa-apa.” Jawab Teguh dengan di akhiri senyuman.

“jangan berbohong, dari tadi kamu melamun, pasti ada yang di pikirkan,” jawab Clara, kemudian memberanikan, memegang tangan Teguh.

Teguh yang kaget, merasakan tangannya dipegang Clara, sontak menarik tangannya.

“Hem ... aku tidak apa-apa benaran. ” Jawab Teguh sambil menarik tangannya.

Suasana, hening kembali. Dipikirkan Teguh, sudah memutuskan untuk membeli mobil saja.

Mereka pun, sampai di sebuah Mal, Teguh, membantu Clara turun dan duduk di kursi rodanya , kemudian mereka berjalan masuk, kedalaman Mal.

Bisa dipastikan, mereka kembali menjadi pusat perhatian.

‘Wah pacarnya ganteng, setia lagi, walaupun sederhana’ parang pengunjung lainya yang melihat itu mulai berdiskusi.

‘Jangan salah ,liat saja pacarnya, pakainya murahan sedangkan ceweknya, pakaiannya bagus, pasti si cowok itu mau, karena uangnya’ ucap pengunjung lain ada yang sinis ada juga yang mendukung.

Teguh dan Clara, memutuskan masuk ke sebuah toko tas, di dalam mal karena Clara, suka sekali mengoleksi tas bermerek.

“Selamat datang ,di toko kami, ada yang bisa kami bantu?,” sapa seorang pramuniaga, yang menyambut kedatangan mereka.

“Iya, saya mau cari tas , tapi mau lihat-lihat, dulu barangkali ada yang cocok,” jawab Clara, lalu Teguh mendorong kursi roda Clara, mereka pun berkeliling, menuruti arah Clara untuk berkeliling di toko itu. Setelah cukup lama berkeliling, mata Clara pun tertuju pada sebuah tas, yang di pajang dengan istimewa di sana , mereka pun bergerak kearah tas itu.

“Tas itu, saya boleh lihat?” ucap Clara, kepada salah satu Pramuniaga yang ada di sana.

“Baik, non. “ Jawab pramuniaga tersebut, kemudian mengambilkan tas tersebut.

“Ini adalah tas, keluaran Gucci terbaru, limited edition, dan hanya, di produksi dua puluh saja. Kebetulan, salah satunya ada di toko kami.” Ujar pramuniaga itu, seraya menjelaskan tentang tas tersebut.

“Wah ... bagus ya Guh,” ucap Clara kepada Teguh, dan Teguh yang notabenenya orang biasa, jadi dia tidak mengerti, barang seperti itu, tapi kemudian Teguh hanya mengangguk saja.

Tapi, ketika Clara, sedang melihat dengan seksama, tas yang ada di tangannya, datanglah sepasang kekasih, ke Toko itu.

“Wah ... sayang, itu tas yang di pegang dia, bagus banget aku mau,” rengek manja wanita itu kepada pasangannya.

“Baik, sayang, ayuk.” Ajak pasangannya, kemudian berjalan menuju, Pramuniaga yang sedang melayani, Teguh dan Clara.

“Mbak, saya mau tas, yang seperti itu,” pinta, wanita itu tanpa basa basi.

“Maaf, nona, namun tas itu keluaran terbaru, produk ini dar Gucci, dan limited edition, hanya ada dua puluh, di dunia. Dan di toko kami, hanya satu ini,” jawab Pramuniaga, dengan sopan.

“Baik, saya mau ini.” Balas wanita itu, dengan menunjuk. Tas yang di pegang Clara.

“Enak saja, aku yang mendapatkannya, terlebih dahulu.” Sambar Clara. Dengan memeluk tas itu.

“Eh ...enak saja, gua suka sama tas ini, lagian kamu gak dengar tadi? limited edition, mana mungkin kamu bisa beli.” Jawab wanita, itu seraya menarik tas itu dari Clara, hal itu membuat pramuniaga cukup emosi.

“Maaf, nona ini, yang mendapatkannya terlebih dahulu, jika nona ini, tidak jadi membayar, baru anda bisa mengambil,“ lerai sang Pramuniaga itu.

“Baik, berapa harganya, apa si lumpuh ini bisa membayarnya, “ ucap wanita itu sembari mengejek.

Mendengar ucapan itu, Teguh mengusap usap bahu Clara supaya tenang.

“Harga, tas ini, dua milyar,” Jawab Pramuniaga itu, membuat wanita dan pasangannya melongo.

“Oke, akan saya bayar.” Jawab Clara dengan tenang, kemudian mencari dompetnya.

“Ha ... ha... mau bayar pakai daun, lihat kamu saja lumpuh. Hem ... pacar kamu? Liat saja dia pakaiannya saja, murahan, mana mungkin bisa bayar. Lihat pacar aku dong, dia General Manajer, di salah satu bisnis, Wiratama Group.” Wanita itu mengejek Clara dan dengan bangga memperkenalkan siapa pacarnya itu..

Sebenarnya, di benak lelaki itu sedang memikirkan, dia memperhitungkan uang dua milyar, hanya untuk membeli sebuah tas. Tapi dia juga ingin di pandang, dan tidak ingin membuat pacarnya malu.

“Benar, berikan saja tas itu, mana mungkin kamu, mampu membayar tas itu,” ucap lelaki itu dengan gaya sombongnya

“Lihat saja, jam tangannya, ratusan juta sedangkan kamu, sama cowok kamu?” lanjut wanita itu menimpali ucapan pacarnya.

Teguh, yang mendengar dan melihat Clara, yang di rendahkan, dia sudah tidak tahan, kepada dua sejoli didepanya.

“Kita lihat saja, apakah aku bisa, membayar tas ini, atau tidak. Dan aku, ingin, kamu meminta maaf, kepada Clara, atas ucapan kalian.” Teguh, menjawab dengan berkacak pinggang, karena emosi.

“Ha ... apa, minta maaf? yang ada kamu yang berlutut.” Jawab, wanita itu, juga dengan berkacak pinggang.

“Kalian, yang salah, menyakiti perasaan Clara, kami yang minta maaf?,” balas Teguh kepada wanita itu.

Mereka pun, terus berseteru, sampai akhirnya Teguh dan Clara tahu, pria itu bernama Ricard, Teguh mengingat dengan baik nama pria itu, dan tak lupa mengirim pesan kepada Aldo, guna mengurus orang tersebut. Teguh juga mengancam, akan memperhentikan pria itu, namun dia tidak percaya.

Teguh, yang sudah tak mau, basa-basi, dia mengeluarkan black card miliknya, dan memberikan kepada kasir, untuk membayar tas, itu.

Jelas membuat Clara dan yang lain melongo, namun Teguh biasa saja, tapi dua sejoli itu tetap mengejek Teguh, dengan mengatakan kartu itu palsu, namun berikutnya, pembayaran berhasil.

Itu bagaikan pukulan telak, kepada dua sejoli itu, terutama pria itu.

Setelah semua beres, Clara pun menatap Teguh dengan tajam, seperti berkata meminta penjelasan.

Teguh, yang merasakan tatapan tajam, merasakan harus melakukan sesuatu.

"Baiklah, akan aku, jelaskan kepadamu. Tapi, kita cari tempat duduk dulu." Ujar Teguh, kemudian mendorong kuris roda Clara.

Sedangkan, dua sejoli tadi hanya menatap kepergian mereka dalam diam, karena masih terkejut.

Sedangkan Clara dan Teguh, kini sedang berjalan menuju ke cafe di dalam mal itu.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status