Masalah Rendi membuat Teguh semakin terpukul dan belajar bahwa dirinya harus mensejajarkan diri dengan para karyawan yang merupakan bawahannya. Teguh tidak mau selalu disebut direktur modal dua ratus ribu, sehingga dia memutuskan untuk memulai masa kuliahnya meskipun kini sangat sibuk dengan urusan kantor.
Satu bulan kemudian, Teguh masuk kuliah dan mengambil kelas karyawan supaya waktunya lebih fleksibel. Dia menjalani masa ospek atau orientasi mahasiswa bersama seluruh mahasiswa dari semua kelas seangkatannya, dan bisa bertemu dengan kakak-kakak tingkatnya. Termasuk Clara.
Entah kebetulan macam apa karena gadis itu selalu ada dalam setiap moment-nya. Atau mungkin, Tuhan memang sengaja membuat setiap garis kehidupannya bertumpu pada gadis bernama Clara? Teguh merasa senang, dia memiliki teman yang sudah dikenal sebelumnya di kampus elit ini.
"Teguh!" panggil Clara melambaikan tangannya. Seperti biasa, dia datang bersama perawatnya karena masih belum mampu berjalan akibat kecelakaan yang menimpanya beberapa bulan yang lalu.
"Clara?" Teguh balik memanggil nama Clara dengan wajah penuh keterkejutan.
"Kamu ternyata kuliah di sini juga?" tambahnya lagi.
"Iya, Aldo sengaja kali daftarin kamu di kampus yang sama dengan aku," kekeh Clara membuat Teguh tersipu. Clara memang selalu blak-blakan kalau bicara sehingga seringkali membuat Teguh GR.
"Dia tidak bilang kalau kamu kuliah di sini juga sih. Berarti aku adik tingkat kamu dong, ya?" kata Teguh tersenyum lebar.
"Ya, di kantor kamu memang direktur, tapi di sini kamu adik kelas aku." Clara tertawa.
"Sssstt ... nanti ada yang dengar. Kamu jangan bilang sama siapa pun kalau aku direktur di perusahaan Papamu, ya, aku malu. Di sini, aku mahasiswa, sama seperti yang lainnya."
Clara mengangguk seraya tersenyum, dia lalu mengajak Teguh berkeliling kampus selagi ospek belum dimulai. Teguh mengikuti Clara yang melajukan kursi rodanya dan sesekali membantu gadis itu jika kesulitan, sementara perawat disuruh menunggu di mobil saja.
Sesekali, Clara melirik pemuda di sampingnya, merasa lucu karena Teguh memakai baju yang sederhana, kaos putih polos, celana olahraga, dan papan nama yang menggantung di lehernya.
"Kamu seperti anak SMA yang mau MOPD, Guh." Clara tergelak.
"Tugasnya harus seperti ini, aku juga sedikit kurang percaya diri." Teguh tertawa malu seraya menggaruk pipinya.
"Lucu kok, wajah kamu memang baby face, masih cocok jadi anak SMA," celetuk Clara dan Teguh menunduk dengan debar jantungnya yang semakin tak tentu irama.
Di saat itu pula, panggilan bagi mahasiswa baru supaya berkumpul di lapangan menggema di seantero kampus. Teguh langsung bergegas, dia berpamitan pada Clara. Namun, seorang mahasiswa anggota senat tiba-tiba datang dan memarahi Teguh yang tidak langsung berlari saat dipanggil panitia ke lapangan.
"Hey, anak baru! Cepat, jadi mahasiswa itu gesit, bukan malah godain kating!" bentak mahasiswa yang seangkatan dengan Clara itu.
"Hey, dia temanku!" ujar Clara pada Robin yang merupakan teman satu kelasnya.
"Apa aku tidak salah dengar, Clara? Kamu memiliki teman seperti ini?" selorohnya sembari memandang Teguh dengan tatapan mengejek.
"Tak apa, Clara, memang aku yang salah. Aku pergi dulu, ya!" pamit Teguh seraya berlari dan Clara merasa bersalah.
Robin mengusap kepala Clara sekilas lalu pergi menyusul ke lapangan. Lelaki itu adalah anggota senat yang terkenal songong dan menyukai Clara sejak lama, akan tetapi gadis itu tak pernah membalas cintanya.
***
"Yang barusan telat, ke depan!" teriak Robin pada Teguh yang langsung menelan saliva, dia sangat tegang dengan situasi ospek yang ternyata tidak menyenangkan seperti yang dia kira.
"Push up 100 kali, mulai!"
Teguh melakukan perintah kakak tingkatnya, sedangkan peserta ospek yang lain hanya menunduk ketakutan, karena Robin menunjukkan sikap arogan hanya karena salah satu calon mahasiswa terlambat beberapa menit saja.
Clara yang melihat dari kejauhan semakin cemas dan geram pada sosok Robin yang selalu songong dan seenaknya, Clara bahkan menyuruh temannya yang sama-sama panitia ospek untuk menegur Robini supaya tidak kelewatan.
"Susah, Robin kalau ditegur malah suka balik marah," balas temannya itu.
Teguh sudah sangat kelelahan, terik matahari membuat rasa lelahnya bertambah berkali-kali lipat. Namun, Robin malah tersenyum puas, dia memberi tugas pada calon mahasiswa lain dan membiarkan Teguh yang sudah sangat lemah.
"Kalian silakan minta tanda tangan minimal sepuluh dosen sesuai dengan jurusan dan fakultas kalian. Kalian sudah memiliki daftarnya, kan?" titah Robin dan mereka langsung berhamburan ke ruang dosen, ada juga yang sampai masuk ke kelas karena beberapa dosen sedang mengajar mata kuliah.
"Hey, siapa nama kamu?!" tanya Robin dengan membentak.
"Teguh, Kak. Sudah selesai, apa saya langsung minta tanda tangan dosen juga seperti yang lainnya?"
Robin lalu menoleh ke arag koridor di mana Clara terus saja menatap Teguh. Hal itu membuat Robin merasa cemburu dan ingin melampiaskannya pada Teguh.
"Tidak, tidak! Kamu lari sebanyak 10 putaran keliling lapangan, baru minta tanda tangan!" perintah Robin.
"Tapi, saya takut nanti tidak sempat mengerjakan tugas lain, Kak. Saya juga perlu berkenalan dengan para dosen seperti calon mahasiswa lainnya." Teguh melawan, tapi dengan cara baik-baik.
"Berani melawan kamu, hah?!" teriak Robin membuat Teguh merasa jika lelaki itu sengaja mempermainkannya.
Padahal, Teguh hanya terlambat dua menit saja saat memasuki lapangan, tapi hukuman yang dia terima sangat tidak sepadan. Ini terlalu berlebihan.
"Saya hanya terlambat dua menit, Kak, apa hukuman yang Anda berikan tidak terlalu berlebihan? Saya juga harus mengerjakan tugas lain yang sama dengan calon mahasiswa lainnya. Kalau saya lari sepuluh putaran, maka waktu saya tidak akan cukup."
"Dasar anak baru sok bijak!" bentak Robin lagi dan hampir saja memukul Teguh, tapi ditahan oleh temannya.
Namun, emosi Robin yang sudah kesal sedari tadi sudah tidak bisa ditahan lagi, dia malah mengajak duel kepada Teguh yang langsung menolak karena baginya, hal ini bisa diselesaikan dengan baik-baik.
"Kamu pergi saja sana, jangan diladeni si Robin ini!" titah panitia lain yang menahan Robin.
Teguh akhirnya lari menghampiri Clara yang memanggilnya, akan tetapi Robin malah mengejarnya lalu memukul Teguh dari belakang membuat pemuda itu tersungkur.
"Teguh!" pekik Clara ingin membantu, akan tetapi sulit karena dia pun tak berdaya, hanya bisa duduk di kursi roda.
"Kemari kamu, kita duel di sini sekarang juga. Di hadapan Clara." Robin menatap Clara yang mengerutkan dahinya.
"Kamu ini apa-apaan sih, Rob? Teguh salah apa sama kamu sampai kamu seliar ini? Seharusnya kamu menunjukkan wibawa kamu sebagai panitia!" tegur Clara.
"Dari awal, dia sudah menyebalkan, Clara!" sahut Robin.
"Menyebalkan apa? Dia mengikuti semua peraturan. Kalau mau, salahkan aku saja karena aku yang membuat dia terlambat." Clara membela Teguh.
"Sudah, Clara, ini bukan salah siapa-siapa, ini salah dia yang arogan sebagai panitia."
Mendengar Teguh yang berbicara seperti itu, Robin semakin geram, dan kali ini dia benar-benar akan membuat perhitungan pada Teguh.
"kami mohon nona Amber ini masalah keluarga kita tidak ada kaitanya dengan tempat kerja saya" mohon sang rektor itu kali ini bersujud, memohon ampun kepada AmberTeguh semakin mengepalkan tanganya , dia tidak menyangka ternyata begitu banyak orang kaya yang anaknya menyalah gunakan kekuasaan keluarganya."aku yang akan mendisiplinkan anakmu, dan segera kosongkan kampus ini, biar anda bagaimana rasanya hancur" ucap Amber dengan nada penuh intimidasi"bawa dia dan hancurkan" perintah Amber kepada anak buahnya untuk membawa, rektor itu dan kemudain memporandakan gedung kampus."baik nona" seketika mereka mengangguk dan mulai menjalankan tugas, dari mengusir mahasiswa sampai menghancurkan kelas,,tidak bisa di bayangkan bagaimana takutnya para mahasiswa kala itu, mereka di paksa keluarga kampus dengan kasar, bahkan ada siswa laki-laki yang berusha melawan mereka, tapi malah mahasiswa itu yang di hajar sampai babak belur.ada juga mahasiswi yang menolak diseret oleh mereka , sehingga membu
Waktu semakin larut mereka tidak terasa sudah begitu lama mengobrol, kali ini Teguh tidak datang ke kantor karena Brian yang meminta. tak lupa juga Brian mengajak Teguh untuk makan malam, dan disitu Brian menemukan sebuah keanehan dimana melihat Clara begitu perhatian sama Teguh, dari mengambilkan nasi lauk dan menuangkan minum bahkan sesekali Clara melihat ke arah Teguh. Brian pun sudah tidak tahan melihat sikap Clara pada Teguh ."Teguh Clara ada yang mau saya tanyakan" ucap Brian pada Teguh dan Clara"iya yah ada apa?" tanya Clara"sebenarnya hubungan kalian sejauh mana?" tanya Brian, membuat Clara dan Teguh kaget'ini memang sudah waktunya memberi tahu' gumam Teguh dalam hatinya"baik sebenarnya........." Teguh belum selesai mengucapkanya sudah di sambar oleh Naya"mereka sudah pacaran" ucap Naya langsung to the point,seketika Brian menjatuhkan sendok dan garpunya di piring . klang...... terdengar bernturan suara sendok dan garpu.."kenapa kalian merahasiakanya dari saya" kini Bria
Teguh kemudian memasang kuda kuda dan bersiap jika sewaktu waktu mereka akan menyerang ,"akan aku tunjukan apa itu sombong" balas Cibir Teguh , dan tanpa di duga mereka seketika berlari kearah Teguh untuk menyerang, untung saja Teguh sudah memasang kuda kuda, sedangkan di dalam mobil jelas sekali Clara dan Naya sangat cemas dengan Teguh. meraka selalu berdoa supaya ada keajaiban.mereka tidak tanggung tanggung mereka langsung mengkroyok Teguh lebih dari tiga puluh orang turun dari mobil van yang tadi mengepung Teguh mereka bergerak serentak. dan detik berikutnya terdengar suara tulang saling bertabrakan dan suara erangan dan pukulan, dan itu membuat pimpinan mereka yang mengkordinasi serangan itu memicingkan matanya dia tampak tidak percaya jika pemuda yang sombong di depanya benar, benar tidak takut mati."aahhhhh' Teguh berteriak untuk menambah kekuatanya dan seketika mengeluarkan aura yang sangat dingin, baru lah kemudian Teguh mengangkat salah satu dari mereka dan kemudian melem
Keesokan harinya setelah mereka selesai berish bersih ganti baju dan sarapan, mereka melanjutkan aktifitasnya sedangkan Burhan dia berangkat bekerja, Teguh Clara dan Naya mereka berangkat ke kampus, seperti biasa mereka sampai di kampus akan berpisah di lobi kampus, Clara dan Naya kali ini fokus kuliah, beda halnya dengan Teguh entah mengapa hari ini dia tidak fokus karena banyak fikiran yang mengganggunya, terutama gengster Black Jack itu, dia terus terbayang, dan dia baru dapat info jika geng itu dipimin oleh Jack yang bengis dan kejam dia memiliki dua petarung hebat kelas atas di sampingnya."Guh kenapa?" tanya Adam yang melihat Teguh melamunkemudian Teguh tersadar dan menoleh ke arah Adam."aku tidak apa-apa" jawab Teguh kepada Adam, setelah itu Teguh berusaha fokus, disisi lain tiga hari lagi dia akan terbang ke Bali.sedangkan di kediaman Pak Brian sangat tegang disana ada Brian dan tentunya Wicak dan juga Tegar, dia adalah orang kepercayaan Brian dan Wicak, Tegar adalah petaru
Teguh dengan Clara semakin asik berselfi ria, sampai mereka tidak menyadari jika mereka berpose dengan mesra dan parahnya lagi Naya ternyata melihatnya , karena setelah selesai mandi Naya ingin bergabung tapi ketika melihat Clara dengan Teguh dia mengurungkan niatnya, tetapi tanpa sengaja Naya menyenggol vas bunga yang di atas meja deka pintu 'bruk' suara pot bunga jatu, sontak membuat Clara dan Teguh melihat kearah itu. dan ternyata Naya yang berada disana."Nay kenapa" ucap Teguhseketika Naya menjadi canggung bingung harus bagaimana dia sekarang."ah tidak mas, gak sengaja menyenggol vas itu" ucap Naya dengan gelagapan"tenang saja , tidak apa-apa" jawab Teguh kemudian"ah aku lapar" celoteh Clara karena merasa lapar."em bukanya barusan kamu sama Naya makan jajan yang banyak" jawab Teguh, karena benar saja tadi Clara bersama Naya menghabiskan jajan yang dia beli"cemilan sama makan beda" gerutu Clara dengan kesalTeguh pun tidak tega dia memutuskan untuk memasak kebetulan dia juga
setelah Clara selesai mengajari dan merapikan belanjaan di apartemen Teguh mereka kini istirahat menunggu kepulangan Teguh.sedangkan Teguh masih berkutik dengan berkas dan komputer di depanya, tak terasa juga waktu sudah menunjukan jam pulang kantor, setelah selesai Teguh bergegas untuk merapikan dan pulang, karena dia yakin Clara dan Naya menunggunya.sebelum pulang Teguh mampir keruangan Aldo"Do mau pulang bareng tidak?" tanya Teguh pada Aldo"sepertinya saya nanti saja tuan, masih banyak perkerjaan" jawab Aldo karena bernar saja banyak kerjaan kantor belum lagi Tugas yang di berikan Teguh kepadanya."baik lah aku duluan" jawab Teguh, kemudian Teguh keluar dan menuju mobilnya, tak lupa dia membeli jajanan kesukaan Naya yaitu jajanan seperti cilok, pempek telor gulung dan lain-lain. setelah membeli itu Teguh langsung menuju apartemenya, tak lama Teguh pun sampai karena dia sendirian dan fokus menyetir.Clara dan Naya yang sedang bercanda seketika mendengar pintu terbuka mereka ko