Share

Bab 8 (pulang)

Author: This_liaau
last update Last Updated: 2022-10-02 15:23:17

Cuaca pagi menjelang siang kali ini begitu baik. Matahari menyembunyikan diri di sebalik awan hingga cahayanya tidak menyengat. Angin berhembus sedikit kencang hingga menerbangkan kelopak-kelopak bunga ke arah Ruby yang terduduk kaku di hadapan sang Ratu.

Sesekali, gadis itu membenarkan surainya yang menutupi wajah karena tersapu angin. Sementara Ratu menatapnya dengan tatapan menilai. Sorot mata Ruby berubah ketakutan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benaknya kini menjadi buyar.

Apa Ratu akan memihaknya? Atau sebaliknya ia malah dihukum?

"Maaf baru bisa mengunjungimu, Ruby," tutur Ratu membuka obrolan setelah mereka berdiam cukup lama.

"Ah, tidak masalah, Yang Mulia." Ruby menunduk. Menggenggam cangkir kaca miliknya yang ada di atas meja.

Ratu tersenyum, menatap Ruby dengan penuh kelembutan. Dia anak yang berbeda. Benar kata Theron, Ruby terlihat seperti bukan dirinya. Cara menatap, bicara, dan perilakunya terasa sangatlah asing. Dia terlihat seperti orang lain.

"Bagaimana kabarmu, nak? Kudengar, kau mengalami hal yang serius akhir-akhir ini," ungkap Ratu lagi menyorot dalam ke arah Ruby.

"Saya baik-baik saja, Yang Mulia. Hanya saja ... saya sedikit lupa tentang apa yang terjadi di masa lalu. Mungkin seluruh orang Istana telah mengetahui tentang hal ini," jawab Ruby melirih. Ia lebih baik jujur.

Lagipula, untuk apa ia berbohong. Ingatan Ruby hanya secuil dan penuh teka-teki. Cita-citanya dulu pun bukan menjadi detektif. Jadi, tidak salah bukan?

Lagi-lagi, Ratu hanya bisa membalas dengan senyuman. Biasanya, jika Ratu sudah memanggil Ruby dengan panggilan 'anak' gadis itu akan mulai berkaca-kaca, lalu memanggilnya dengan sebutan Ibu Ratu. Akan tetapi, sekarang, dia bahkan melupakan hal itu.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Ruby?

"Rubyku adalah orang yang kuat," tutur sang Ratu memandang ke arah bunga daisy di sampingnya, membuat Ruby mengangkat alis dengan senyuman yang perlahan memudar.

Ruby siapa?

"Kau sudah melewati banyak hal, putriku. Aku yakin, hal seperti ini tidak menghalangi ambisi yang ingin kau capai dari awal." Ratu kembali menoleh ke arah Ruby yang menatapnya dengan tanda tanya.

"Dan jika ... ingatanmu kembali pulih, mungkin kau akan merasakan lelah yang selama ini kau pendam. Datanglah padaku, ya? Jangan sungkan, aku selalu akan membantumu," tuturnya lembut membuat mata Ruby berkaca-kaca.

Entah kenapa, hatinya menghangat. Jujur saja, ia merindukan sang Ibu. Akhirnya Ruby menemukan orang berkuasa yang tengah memihaknya. Jika Ibunda Ratu sebaik ini, lantas apa yang membuat Ruby yang dulu mengakhiri hidupnya?

Ratu pasti akan menyelesaikan masalahnya, 'bukan?

"Terima kasih banyak, Yang Mulia," balas Ruby tulus menatap Ratu dengan senyuman mengembang. Dia merasa sedikit tenang. Ratu berada di pihaknya.

"Ngomong-ngomong, kau dan Putra Mahkota tidak bertengkar, 'kan?"

Sial. Ruby tidak jadi tenang.

***

"Bagaimana, nona? Apa Ratu mengizinkan?" tanya Elina setelah menyambut Ruby di dalam kamar.

Ruby datang dengan wajah kusut, moodnya sedang buruk. Mungkin Elina sebentar lagi akan diamuk, dicabik-cabik, lalu dibuang untuk makanan harimau di luaran sana. Wajah sang nona tidak menyiratkan keberhasilan, padahal Elina sendiri tidak menginginkan hal itu.

"Kau bilang, Putra Mahkota pasti menolak dan Ratu akan mengizinkan aku pulang, 'bukan?" tanya Ruby dengan nada ketus.

"Y-ya?" jawab Elina terbata.

"Dan ... YA! Tentu saja dia mengizinkanku!" Jawab Ruby antusias mulai memeluk Elina dan membawa gadis itu berputar-putar sembari loncat-loncat dengannya.

Sementara Elina hanya memasang wajah khawatir. Bagaimana ia menjelaskan hal ini, sementara Ruby terlihat sangat antusias untuk pulang. Mungkin, dengan kepulangannya kali ini, dia bisa mengingat kenangan lain sedikit demi sedikit.

"Tunggu apa lagi? Cepat bantu aku bersiap!"

B-baik nona."

Elina bergegas mempersiapkan barang sang nona untuk perjalanan mereka ke kediaman Duke yang cukup jauh dari wilayah kerajaan. Ruby sudah minta izin secara resmi pada Ratu kalau ia ingin melihat Ayahnya sebentar sebelum kembali ke istana.

Itu yang diajarkan Elina sebelum menghadap sang Ratu.

Dan besoknya mereka benar-benar pergi dengan kereta kuda. Meninggalkan Istana dengan keseluruhan beban yang Ruby lepas. Ia tidak lagi melihat drama Theron dan Zalina yang sangat klise. Bodoh sekali dia menikmati drama itu sedangkan ia dicap sebagai antagonis.

Sialan!

"Kalian tidak bertengkar, 'bukan?"

Tiba-tiba ucapan Ratu saat ia meminta izin kembali terngiang di kepala. Seandainya ia bisa menjawab maka ia akan jawab 'YA' berteriak sampai oktaf penghabisan yang ia bisa. Ia akan mengatakan kalau ia sangat benci pada anak Ratu satu-satunya itu.

Dia boleh jadi budak cinta pada Zalina, bahkan Ruby tidak ingin peduli. Tetapi kenapa harus melibatkan urusan keadilan yang terjadi pada Ruby yang tersangkut paut pada Zalina. Ruby jadi meradang.

"Sampai di rumah nanti, saya mohon anda tidak mengatakan kalau anda ingin mundur dari kandidat

Putri Mahkota atau tentang kecelakaan yang menimpa anda, nona," celetuk Elina tiba-tiba menggenggam erat tangan Ruby di pangkuannya.

"Kenapa?"

"Saya yakin, tuan Duke tidak akan suka dan akan memukul nona lagi. Saya tidak sanggup melihat anda terluka lagi, jadi saya mohon, jangan menyinggung hal itu, nona." Gadis pirang itu membungkuk di hadapan Ruby.

Seketika raut wajah Ruby berubah sendu. Rona cerah yang menghiasi wajahnya tiba-tiba pudar diterpa angin dan tidak membawanya kembali ke sisi gadis itu. Bibirnya bergetar dan bola matanya berlarian ke kanan dan kiri.

Selamat datang di neraka sebenarnya, Ruby.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 39 (dia yang paling berduka)

    Kematian Grand Duke Ramon Darian dan Grand Duchess Diana Swayneza kini telah menyebar luas. Kabarnya, mereka berdua meninggal karena kecelakaan saat menuju pusat kota Eurõbia. Tepatnya di wilayah Santora dengan hutan terpanjang di kerajaan Darian. Akan tetapi, siapa tahu ini adalah kecelakaan yang sebenarnya, atau telah disiapkan oleh seseorang? Ruby menggenggam erat anyelir putih dengan kedua tangannya. Gaun hitamnya tertarik menyapu tanah musim semi. Dibiarkan beberapa daun hinggap. Wajah lesunya jelas menunjukkan kekhawatiran. "Kau yakin dengan ini? Ruby ... sudah lama kau tidak mengunjungi pemakaman dan—" "Aku baik-baik saja," potong Ruby kemudian. Theron menggeleng lemah, ia yakin saat ini Ruby takut. Semenjak kematian Ibunya, Ruby tidak pernah menghadiri pemakaman siapa pun sejak saat itu. Dia selalu mengurung dirinya saat terdengar kabar kalau orang terdekat mereka telah gugur waktu peperangan. Atau pelayan Istana yang selalu menjaga mereka. "Aku bisa meletakkan bungamu d

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 38 (Tuan Muda Ruwan)

    Musim semi empat tahun lalu. Awal musim semi yang masih terasa dingin ini seakan memanggilnya, menggodanya dengan rangkaian bayangan bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang jalan. Pohon-pohon yang daunnya sudah tumbuh berpucuk. Dan akhirnya, ia pergi keluar Istana tanpa diketahui oleh siapa pun. Gadis itu memejamkan mata. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa tubuhnya hingga rambut cokelat yang dikepang itu menari-menari di bawah mentari sore. Sudah lama ia tidak ke sini. Tempat yang membuatnya merasa tenang. Di pinggir danau yang tak jauh dari Istana. Tempat yang membuat Ruby merasa nyaman dan jujur akan dirinya sendiri. Mengeluarkan keluh kesahnya selama berada di Istana. Bagaimana para pelayannya, Theron, Ratu Miranda, dan tentu saja tentang perasaannya. "Sejujurnya, aku sudah lupa bagaimana wajah Ibuku," celetuk Ruby di tengah heningnya suasana. "Yah ... setiap ingatan manusia memang akan pudar selama berjalannya waktu." Warna jingga dari mentari sore menyinari wajah

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 37 (apa lagi yang kau tunggu?)

    Theron tahu ia harus segera bertindak. Akan tetapi, hatinya ragu entah karena apa. Permintaan Ruby, pertanyaan Zalina membuat otak Theron beku. Ia bahkan tidak bisa lagi memikirkan pekerjaan yang telah menumpuk di meja kerjanya. Seandainya ia bisa berteriak, maka ia akan mengatakan ia juga tidak tahu. Katakanlah ia adalah orang yang tidak berpendirian di dunia ini. Di satu sisi ia merasa bersalah pada Zalina, dan satu sisi ia ingin Ruby terus berada di sisinya. Tidak mungkin ia memiliki selir, 'bukan? Ia tidak akan setega itu pada dua gadis ini. "Kau harus secepatnya memutuskan ini, Theron. Memangnya apa lagi yang kau tunggu? Keduanya sudah sehat. Aku tidak mengerti alasanmu menunda sayembara ini," ucap Raja Aeterius menghadap sang anak yang masih menunduk. "Apa karena gadis itu?" Raja Aeterius menatap sang anak dengan selidik. Menerka apa yang membuatnya ragu. "Siapa?" tanya balik Theron. Sementara sang Ayah hanya mendesah pasrah. Rupanya pikiran sang anak belum sampai. Atau mem

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 36 (takhta atau kebebasan)

    "Yang Mulia, apa anda mencintai saya?" Pertanyaan itu muncul begitu saja lewat belah bibir Zalina. Dadanya luar biasa sakit. Benaknya dipenuhi pertanyaan yang berbeda setiap waktu, dan benang merahnya hanya di satu pertanyaan. Apa cinta itu ada di hati Theron? Zalina tahu kata itu tak pernah terucap. Ia tahu bahwa lelaki itu masih memandang Ruby sedemikian lekat meski mulutnya melontarkan emosi. Mereka, seperti dua orang yang kehilangan arah. Dan dirinya masuk di sela-sela keduanya. "Yang Mulia saya bertanya ... " "Jangan melawannya," lirih Theron. Lelaki itu termenung di tempatnya. Sorot matanya terlihat menyedihkan. Pria yang biasanya menunjukkan ketegasan itu kini menatap Zalina dengan nanar. Gumamannya membuat gadis itu semakin bingung. Apa maksudnya? Siapa yang ia lawan? "Jangan melawannya. Ruby ... dia bukan tandinganmu," lanjut Theron membuat dada Zalina sesak. Air matanya menetes. Meski mensugesti dirinya dengan fakta bagaimana Theron membawanya ke Istana dan memperlaku

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 35 (apa anda cemburu?)

    Kata orang, hidup ini penuh dengan berbagai kejutan. Awalnya, Ruby tidak mempercayai hal itu karena jalan hidupnya yang terlalu flat. Tidak ada yang spesial. Hingga saat ia terbangun di tubuh orang lain, tinggal di era yang jauh berbeda dengan era milenial, menjalani, dan mempelajari hidup yang bukan miliknya. Terkadang, Ruby pikir ini hanyalah ilusi semata. Dan terkadang, ia melihat dunia ini begitu nyata sehingga merasa tubuh ini benar-benar miliknya. Mungkin ini adalah masa lalu yang harus diperbaiki. Dunia yang penuh tipu muslihat ini adalah rintangannya. Serta, perasaannya pada lelaki ini yang tak kunjung pudar meski awalnya rasa benci mendominasi. "Sudah puas menggoda lelaki lain, huh?" Apa perasaan itu bisa ia manfaatkan? Mengejar cinta yang Ruby miliki dulu dan merebut kembali tempatnya, atau menjauh seperti rencana awalnya karena bahaya yang ada di dalam Istana ini? Tanpa sadar musik telah berhenti. Membuat atensi orang-orang yang ada di aula jatuh pada Theron yang datang

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 34 (lelaki misterius)

    Setelah Roseline pergi menemui keluarganya, Ruby juga pamit. Ia tidak melihat Ayahnya di mana pun. Apa pria masih di perjanalan dinas dan belum kembali? Menggelengkan kepala, Ruby naik ke lantai dua untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Ratu Miranda secara langsung. "Selamat ulang tahun Yang Mulia Ratu yang terhormat. Bila berkenan, terimalah hadiah saya yang tidak seberapa ini." Ruby membungkuk anggun saat Ratu berdiri menghampirinya. Memeluknya sayang. Sementara Ruby memejamkan mata. Rasa rindu pada orang rumah di dunianya dulu kini membuat sesak karena pelukan Ratu. Ia tahu, rindunya kian bertambah karena tak mendapat jawaban. Dan saat Ratu Miranda mengurai pelukan mereka, Ruby tersenyum. "Hadiah terbaikmu adalah pesta ini, Ruby. Dan ini adalah hadiah terbaik untukku. Terima kasih, Arunika pasti bahagia melihatmu di atas sana." ucap Ratu Miranda menggenggam kedua tangannya. Arunika, atau sebut saja Duchess Arunika Edelmiro yang meninggal sepuluh tahun yang lalu. Ibu dari R

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status