Ruangan itu berubah sunyi menjebak dalam ketegangan, bahu Mohan gemetar halus bersama dengan npas terengah melawan sesak, pria itu menggeleng berusaha menyangkal apa yang telah didengar.Mohan terguncang hebat sampai-sampai berpikir bahwa apa yang telah didengarnya hanya sebuah halusinasi liar. Mana mungkin, Melody menikah dengan calon kakak iparnya sendiri tepat setelah kematian Shanie!Namun, semakin Mohan coba sangkal berita yang telah ia dengar, hati Mohan semakin merasakan sakit yang begitu nyata, tersadar bahwa mungkin ini alasan Melody secara tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya.Menyaksikan reaksi Mohan yang tengah terluka, jiwa Shanie meringis kasihan. Ternyata, bukan hanya dia satu-satunya orang terluka parah dalam situasi ini, dia dan Mohan telah menjadi korban pengkhianatan Melody dan Javier.Sebuah keputusan yang sangat tepat untuk Shanie tidak menunda-nunda kebenaran yang harus dia sampaikan.“Apa alasan Melody menikah dengan Javier? Ini sungguh tidak masuk akal!” gu
Dari bailik jendela berteralis besi, Melody mengintip Jenifer yang tengah duduk melamun. Sejak kepulangannya dari pemakaman, Jenifer terlihat murung dan menyendiri, sepanjang hari dia duduk diam tanpa melakukan apapun, menolak berbicara dengan siapapun, dia pun tidak pergi ke rumah sakit meski sudah mendengar kabar bahwa Eleanor jatuh dari tangga karena didorong oleh Thomas.Melody menyeringai, menikmati penderitaan mertuanya yang setengah mati menanggung malu karena ulah menantu kesayangannya yang selama ini selalu dia banggakan bak perempuan sempurna.Siapapun orang yang telah menyebarkan photo skandal Eleanor Roven, Melody sangat berterima kasih kepadanya.Ternyata, tanpa perlu Melaody jatuhkan, Eleanor Roven sudah jatuh dan hancur oleh kelakukannya sendiri.Dan berkat skandal itu, Melody sangat percaya diri karena Eleanor Roven tidaklah jauh lebih baik dari dirinya.Melody tidak sabar ingin meliht, seperti apa sikap Jenifer Morgan setelah skandal ini berlangsung, apakah dia masih
“Apa yang belum selesai diantara kalian? Bukankah kau sendiri yang kabur dihari pernikahan?” Perlahan Eleanor bangkit dari posisinya dan segera duduk, mengabaikan sakit disekujur tubuhnya yang penuh memar akibat terbanting-banting. “Jika kau yang meninggalkan Killian lebih dulu, itu artinya bagimu Killian sudah tidak ada artinya. Lain hal jika Killian yang meninggalkanmu menjelang hari pernikahan.”Miranda terbelalak tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya mendengar ucapan Eleanor yang mendesak sebuah kejujuran darinya.Miranda terkejut, Eleanor yang selama ini selalu tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya, tiba-tiba saja bisa menilai kritis tentang masa lalunya Miranda bersama Killian.Miranda membuang muka sambil mengusap siku tangannya, ia hanya bisa tersenyum menunjukan kesedihan yang begitu kuat terpancar dimata.Namun, apa yang Eleanor lihat bukanlah kesedihan, gerak-geriknya Miranda justru seperti sedang memegang kunci penting dari sebuah rahasia besar.“Kenapa ka
Tubuh Eleanor menegang kaku tidak dapat menyembunyikan ketidak nyamanannya menyambut kedatangan paman dan sepupunya yang tiba-tiba.Tidak hanya Eleanor, Killian yang semula tersenyum pun berubah dingin dan membuang muka seakan tidak tidak nyaman dengan siatuasi yang kini sedang berlangsung, terjebak dengan mantan kekasih yang gagal dia nikahi sekaligus perempuan yang telah dia nikahi.Suara ketukan langkah kaki sepatu Miranda terdengar, wanita itu mendekat tergesa menghampiri Eleanor.Miranda tidak melihat Killian sedetikpun, menunjukan sebuah pengabaian dan ketidak tertarikannya lagi pada pria itu. “Astaga Eleanor, jika kau terluka seperti ini, bagaimana dengan pertunjukanmu!” ucap Miranda terdengar khawatir.Sudut bibir Eleanor sedikit terangkat, memaksakan diri untuk tersenyum meski hatinya terganjal perasaan aneh, terkurung dalam satu ruangan dengan Killian dan Miranda.“Kenapa kau tidak berhenti membuat paman khawatir Eleanor!” omel Hendery dengan suara bergetar, memandang pilu E
“Jangan pura-pura tidur lagi, bangunlah,” teguran halus Killian didekat telinga membuat Eleanor merinding sebadan-badan dan jantungnya berdebar kencang menahan malu seperti telah tertangkap basah telah melakukan suatu kecurangan. Eleanor sedikit membuka mata, diam-diam mengintip Killian yang menatap tenang seolah telah tahu segalanya. Apa ini hanya perasaan Eleanor saja? Mengetahui jikda dirinya tengah diperhatikan, Killian semakin mendekat, tanpa terduga pria itu mencubit hidung Eleanor untuk menahan pernapasannya, memaksa Eleanor untuk berhenti berakting. Dan begitu Eleanor membuka mata juga mulutnya karena kehilangan napas, Killian menggigit pipinya tanpa bisa Eleanor gerakan kepalanya secara sembarangan untuk menghindar karena terpasang gips. “Kau sangat menyebalkanl Eleanor,” geram Killian menggigit lebih kuat pipi Elenor. “Hentikan!” Eleanor mendorong dada Killian untuk menjauh, tidak nyaman dengan sikapnya yang bertindak seolah tidak terjadi apapun, padahal siapapun t
“Nona Eleanor!” teriak Agustine memanggil begitu melihat Eleanor tergeletak tidak sadarkan diri di lantai. Agustine datang karena telah mendengar suara keributan dan bunyi sesuatu yang jatuh, Agustine sempat berpikir jika Eleanor melempar barang-barang Sonya ke lantai satu, namun yang tidak dia sangka justru Eleanor lah yang jatuh dari tanga.“Nona Eleanor!” panggil Agustine sambil mencengkram kepalanya, menangis kebingungan, sejenak tidak dapat berpikir jernih harus mengambil keputusan apa.Agustine tidak berani menyentuh apalagi mencoba membangunkan. Eleanor Roven adalah seorang atlit sekaligus seniman, tubuhnya adalah asset utamanya, jika Agustine menggerakan tubuhnya dan memicu pertambahan cedera, maka Agustine ikut serta melukai Eleanor.“Apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau sangat gegabah?” bisik Sonya dengan kepanikannya menyaksikan Eleanor yang tidak sadarkan diri setelah tergelinding jatuh dengan keras.“Aku tidak melakukan apapun,” jawab Thomas dengan tatapan mata yang ko