Home / Romansa / Mendadak jadi istri kakak tiriku / Bab 78. Momen yang tertunda

Share

Bab 78. Momen yang tertunda

Author: Ralonya
last update Last Updated: 2025-08-10 21:44:16

Jonathan menggandeng tangan Amel, membawanya keluar dari balkon menuju dapur lagi.

“Amel menatapnya bingung. “ Aku kira kamu mau—”

“Shhh…” Jonathan menoleh sambil tersenyum penuh arti. “Belum. Aku mau lihat kamu masak sesuatu di dapur ini, sekarang.”

Amel tertegun, lalu tak sadar bibirnya melengkung membentuk senyum. “Kamu serius? Baru pindah dan kamu memintaku masak?”

“Ya. Biar aku tahu, rasa masakan pertamamu di rumah ini akan selalu jadi yang pertama kuingat.”

Amel menghela napas, tapi hatinya hangat. Ia berjalan ke arah meja dapur, mulai membuka beberapa bahan makanan. Jonathan tak beranjak, malah bersandar di meja sambil memperhatikannya.

“Kenapa kamu melihatku terus?” tanya Amel sambil menahan tawa. Merah di wajahnya bahkan belum padam.

Jonathan mengangkat bahu. “Karena pemandangan ini jauh lebih indah daripada seluruh penthouse ini.”

Amel langsung menunduk, rasa panas di pipinya semakin menjadi, mungkin leher dan telinganya juga ikut memerah.

“Baiklah,” ujar Amel mengalah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mendadak jadi istri kakak tiriku    Bab 87. Rahasia yang tak terucap

    Laura tersenyum tipis, meski matanya menyiratkan kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia menyesap air putihnya, sedangkan Amel di depannya menunggu dengan gelisah. “Amel, bukankah kita semua juga tahu siapa pelakunya? Kasus itu juga sudah ditutup sejak lama.” Amel menatapnya lekat, bola matanya bergetar menahan emosi. Jemarinya saling meremas di atas pangkuan, sampai buku-buku jarinya memutih. “Maksudku pelaku sebenarnya, Ma. Karena orang yang kalian tahan itu tidak pernah ada, kan?” “Eyang sudah bilang waktu itu kalau dia sudah dipindahkan ke lapas yang lain di luar kota. Percaya pada kami, Amel. Mana mungkin kami bohong padamu,” kata Laura. Wajah cantik itu menampilkan senyum ramah, ia meletakan sendok perlahan di atas piring. “Amel sayang, mungkin kamu hanya terlalu larut dalam pikiranmu. Percayalah, tidak ada yang disembunyikan. Semua sudah jelas sejak dulu.” “Mama yakin kalau tidak ada yang kalian tutupi dariku?” Laura berusaha menahan sorot gugupnya dengan k

  • Mendadak jadi istri kakak tiriku    Bab 86. “Aku sudah tahu.”

    “Jonathan… aku juga tidak suka dibohongi. Tidak bisakah kamu jujur padaku?” bisiknya, seolah berbicara hanya pada dirinya sendiri. Jonathan sudah terlelap di sampingnya. Wajahnya tenang, napasnya teratur. Tak ada gelisah dan tak ada beban. Pemandangan itu membuat dadanya semakin sesak. Beberapa jam sebelumnya, setelah percakapan yang mencekik itu, Jonathan mengajaknya makan. Ia hanya menurut, memaksakan senyum di setiap suapan, padahal lidahnya terasa hambar. Seusai makan, mereka kembali ke kamar, berbaring bersebelahan tanpa banyak kata. Sekarang, jarum jam sudah menunjuk pukul dua dini hari. Mata Amel masih terbuka, menatap langit-langit kamar yang gelap. Tangannya sesekali mengepal di atas selimut, lalu melemah lagi. Tenggorokannya kering, ada kata-kata yang ingin ia muntahkan, tapi tersangkut di sana. Ia hanya bisa menghela napas panjang, lalu memalingkan wajah, menghapus setitik air mata yang nyaris jatuh. Malam itu terasa panjang dan dingin. Pagi itu, Jonathan terbangun leb

  • Mendadak jadi istri kakak tiriku    Bab 85. Tempat yang dijanjikan

    Jonathan menatapnya lekat, seolah berusaha membaca setiap garis di wajahnya. “Amel,” panggilnya pelan, nada suaranya sarat akan kekhawatiran. Sorot matanya gelisah, seperti takut membayangkan apa saja yang mungkin terjadi pada gadis itu di luar tadi.“Ada apa? Apa ada yang menyakitimu?” tanyanya, nadanya mulai mendesak. Amel diam hanya menunduk. Bayangan wajahnya tersembunyi di balik rambut yang sedikit berantakan. Jonathan meraih tangan Amel. “Amel?”Masih tak ada respon. Jonathan menelan ludah, rasa panik mulai menguasainya. “Katakan sesuatu. Apa yang terjadi padamu? Apa Marcell kembali mengganggumu?” Matanya bergetar gelisah.Amel memejamkan mata, menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk. Tawa getir nyaris lolos, tapi ia menahannya, hanya membiarkan seulas senyum kaku menghiasi wajahnya.Jonathan menggenggam tangannya lebih erat, tatapannya memohon. “Amel? Tolong, jangan diam seperti ini. Aku tidak suka.”Kepala Amel perlahan terangkat. Tatapan matanya sendu, bibirnya be

  • Mendadak jadi istri kakak tiriku    Bab 84. Hadiah dari Fidya

    Amel melebarkan matanya, napasnya memburu. Fidya melanjutkan, “Mama Laura dan Jonathan tahu itu dan mereka sengaja merahasiakannya darimu. Karena bagi mereka, kematian orang tuamu tidak penting. Laura mengadopsimu hanya untuk menutup mulutmu. Agar saat suatu hari kau tahu kebenarannya, kau teringat bahwa kebaikan mereka bisa membeli rasa dukamu.”Sejenak, dunia Amel terasa berhenti. Kata-kata Fidya menggema di kepalanya, menghantam berkali-kali tanpa memberinya waktu untuk bernapas. Matanya memanas. Ia tak lagi mendengar suara musik kafe, tak lagi mencium aroma kopi. Dunia seolah mengecil, hanya menyisakan wajah Fidya yang dingin.Tubuhnya bergetar hebat, bahkan ia hampir saja menjatuhkan tas tangannya dan gelas yang ia genggam. “Fidya, K-kau pembohong!” serunya terengah-engah. Fidya tertawa, tubuhnya sedikit membungkuk hingga bahunya berguncang. “Untuk apa aku membohongimu, Amel?” Tawa itu kembali pecah, dingin dan menusuk. “Ini kenyataan yang harus kau terima. Menyakitkan, bukan?”

  • Mendadak jadi istri kakak tiriku    Bab 83. Rahasia yang dibungkam

    Kafe yang disebut Fidya terletak di sudut jalan yang tenang. Dari luar, bangunannya tampak modern dengan kaca besar dan tirai putih yang menutupi sebagian pandangan ke dalam. Amel mendorong pintu, suasana di dalamnya sepi, hanya ada aroma kopi pekat dan bunyi halus musik jazz yang mengalun. Seorang pelayan langsung menjemputnya dan mengantarnya ke ruang privat di lantai dua. Ruangan dengan pencahayaan yang hangat. Fidya sudah menunggunya di sana. Duduk tegak, blouse hitam sederhana membalut tubuhnya. “Hai,” sapanya datar, matanya menyapu Amel dari atas ke bawah seolah sedang menilai. Amel duduk diseberang, menaruh tasnya di pangkuan, aroma kopi bercampur kayu manis samar-samar tercium. “Pesanlah satu untukmu, aku traktir,” ucap Fidya. Amel menggeleng. Fidya menoleh pada pelayan yang saat itu menghampiri meja mereka. “Dia sedang hamil, jadi berikan air putih saja,” ujarnya. Pelayan itu mengangguk dan berlalu dari sana. “Aku dengar, kau dan Jonathan pindah ke rumah baru

  • Mendadak jadi istri kakak tiriku    Bab 82. Pesan yang mengusik

    Pagi itu, Amel terbangun di samping Jonathan yang masih terlelap. Rambutnya berantakan, tapi entah kenapa justru membuat Amel tersipu. Sesaat, ia hanya memandangi wajah tenang itu sebelum mengalihkan pandangan ke sekeliling kamar baru mereka. Kamar ini jauh lebih luas dibanding yang ada di rumah eyang Ratna. Bahkan kalau mau, ia bisa melakukan tur kecil hanya untuk kamar ini saja. Dengan hati-hati, Amel bangkit, merapikan selimut tanpa menimbulkan suara. Ia mengikat rambutnya yang tergerai, melirik sebentar ke arah Jonathan, memastikan kalau pria itu tidak terganggu oleh suara yang ia hasilkan, sebelum beranjak menuju dapur. Rutinitas paginya dimulai. Setelah memeriksa isi kulkas yang cukup lengkap, ia memutuskan memasak sarapan sederhana, omelet keju, roti panggang, segelas jus jeruk, dan secangkir kopi panas. Aroma mentega yang meleleh di wajan mulai memenuhi dapur, membuat pagi itu terasa hangat dan harum.Setengah jam berlalu, Amel tengah sibuk menuang adonan omelet ke wajan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status