Pagi itu, keheningan di meja makan membuat suasana sedikit tidak nyaman. Ratna duduk di kursi paling ujung, menyesap teh hangat sambil membaca koran tanpa sepatah kata. Laura tampak gelisah, menatap Amel yang memindah-mindah nasi di piringnya. Di sisi lain meja, Marcell duduk santai dengan lengan kemeja hitam bergulung hingga siku. Tatapan matanya tajam, tak pernah lepas dari wajah Amel. Pandangan itu membuat tengkuknya dingin, seolah mengingatkan bahwa ia sedang diawasi setiap detik. “Amel, kamu makan terlalu sedikit,” tegur Laura lembut, tapi terdengar cemas. “Perutku masih agak perih, Ma,” jawab Amel pelan. Marcell mencondongkan tubuh. Bibirnya terangkat dalam senyum tipis yang tak menyenangkan. “Kamu harus banyak makan. Lagi pula bukan hanya kamu sendiri yang perlu dijaga,” katanya, tatapannya turun perlahan ke perut Amel, meski belum ada perubahan apa pun di sana. Ratna menurunkan surat kabar, menatapnya dari balik kacamata baca. “Benar kata Marcell,” ucapnya, nadanya p
Last Updated : 2025-07-05 Read more