Share

Bab 11

Author: Zelda
Rachel memandang kedua orang di hadapannya dengan tatapan dingin, sama sekali tidak menghentikan langkahnya. Dia mengabaikan mereka sepenuhnya.

Begitu Gavin melihat sikap dinginnya, dia merasa tidak senang di dalam hatinya.

Sejak kapan wanita ini berani bersikap seperti ini kepadanya?

Bahkan saat bertengkar sebelumnya, Rachel tidak berani melakukan ini.

Sepertinya Rachel sudah bosan dengan cara lamanya. Sekarang, tampaknya dia menggunakan taktik pura-pura tidak peduli.

Gavin berkata dengan acuh tak acuh, "Rachel, kapan kamu akan mengubah taktikmu? Pernikahan ini tampaknya dibatalkan, tapi apakah kamu benar-benar akan membatalkannya? Apa aku nggak cukup memahamimu? Sadar dirilah, maka aku bisa memberimu kesempatan sekali lagi."

Rachel memandangnya sambil tersenyum sinis. "Ingat lagi dengan benar, siapa yang memohon padaku untuk memberinya kesempatan kedua dalam video tadi siang?"

Wajah Gavin menjadi sedikit tegang, matanya menunjukkan kemarahan. "Rachel, jangan keterlaluan. Kali ini aku sudah bersabar dan mengalah. Aku menolak pembatalan pernikahan, bahkan meminta maaf di depan umum. Apa lagi yang kamu inginkan?" ujar Gavin.

Pria itu melirik koper di tangan Rachel, lalu melanjutkan, "Sekarang kembalikan kopermu. Aku akan menganggap semuanya nggak pernah terjadi, kita akan kembali seperti dulu."

Rachel tersenyum dingin, berjalan langsung ke pintu.

"Sayang sekali, kamu sudah nggak layak lagi," ujar Rachel.

Gavin mengerutkan kening. "Rachel!"

Ketika Rachel hampir melewatinya, Gavin melangkah menghalangi jalannya.

Yasmin di samping tampak kedinginan, tetapi dia tetap menahan diri.

Gavin berkata dengan mengerutkan kening, "Alasan kamu marah karena aku bersama dengan Yasmin, 'kan? Memangnya kenapa? Sekarang, pria sukses dari kalangan atas mana yang nggak suka bersenang-senang? Siapa yang nggak memiliki tiga atau empat wanita di sisinya? Yasmin saja nggak keberatan, kenapa kamu keberatan?"

Yasmin mengerjapkan matanya, menggigit bibir bawahnya, lalu berbicara dengan suara sangat pelan serta sangat penurut.

"Aku nggak punya hak untuk merasa keberatan. Aku hanya ingin ada sedikit tempat di hati Kak Gavin untukku."

Gavin mendengus. "Lihat dia, lalu lihat dirimu sendiri. Apa kamu nggak bisa mengerti sedikit saja? Meskipun kita menikah nanti, ini akan menjadi hal yang biasa untukku. Apa yang nggak bisa kamu toleransi?"

Rachel hampir tertawa dingin. Hari ini, dia baru mengetahui arti pepatah yang mengatakan bahwa orang yang sama akan saling berkumpul. Dua orang kotor ini memang pantas bersama.

Rachel menatap Gavin, yang dengan tidak tahu malu mengatakan semua itu, dengan ekspresi merendahkan.

Ekspresi wajah Gavin membuat Rachel merasa muak, bahkan untuk mengucapkan satu kata pun terasa sia-sia.

Rachel menundukkan kepala, melihat ke arah tangan Gavin.

Kemudian, Rachel berbalik, mengambil pisau buah dari meja makan di samping.

Ketika melihat Rachel langsung menghampiri dengan membawa pisau, wajah Gavin dan Yasmin berubah.

Wajah Yasmin berubah pucat, tanpa sadar langsung bersembunyi di belakang Gavin. "Apa yang ingin kamu lakukan? Kak Gavin, tolong aku. Aku takut."

Gavin melindungi Yasmin di belakangnya, merasa marah ketika berujar, "Rachel, kamu sudah gila!"

Rachel sudah berjalan ke hadapan Gavin. Tatapannya sangat dingin, hingga membuat Gavin merasa gemetaran.

Selama delapan tahun ini, Rachel tidak pernah menatapnya dengan cara seperti ini.

"Rachel, kamu ...."

Di udara, kilatan cahaya dingin melintas. Kemudian, seutas tali tipis terputus, membuat semua butiran gelang terlepas!

Gavin terkejut, langsung melihat ke pergelangan tangannya.

Gelang kayu gaharu yang jarang dilepaskannya, kini sudah hancur berkeping-keping, berserakan di lantai.

"Kamu ...."

Rachel berkata dengan nada dingin, "Gavin, hubungan kita sama seperti gelang ini. Mulai sekarang, terputus selamanya, nggak mungkin kembali seperti dulu lagi."

Setelah berkata demikian, Rachel membuang pisaunya, mengambil kopernya, lalu berjalan keluar tanpa ragu sedikit pun.

Gavin menatap gelang itu dengan mata yang menunjukkan keterkejutan.

Tatapan Rachel, tindakannya, semuanya tampak nyata.

Apakah wanita itu benar-benar ingin memutuskan hubungan dengannya selamanya?

Yasmin masih terkejut, tetapi ketika melihat Rachel akhirnya pergi, hatinya merasa bangga.

Yasmin melihat ke arah gelang di lantai, sengaja mengeluh, "Benar-benar keterlaluan! Apa yang Kakak lakukan? Dia sudah membuatku sangat takut!"

Kemudian, dia menoleh ke arah Gavin, melihat ekspresi termenung di wajahnya. Yasmin berkata dengan nada penuh rayuan, "Kak Gavin, aku tahu kalau gelang ini adalah pemberian Kakak. Ini sudah rusak, jadi lupakan saja. Aku akan membelikanmu yang baru, bagaimana?"

Saat itu, Bibi Ana melangkah turun dari lantai atas. Dia melihat butiran gelang yang berserakan di lantai dengan penuh keterkejutan. "Ah? Ada apa dengan gelang ini? Kenapa bisa sampai putus? Gelang kayu gaharu ini sangat berharga, bahkan dengan uang pun sulit didapatkan."

Gavin mengerutkan kening, lalu bertanya, "Apa?"

Bibi Ana menjelaskan, "Ini adalah gelang yang aku dan Nona Rachel minta di Gedung Ravaryn. Demi menunjukkan ketulusan, Nona Rachel setiap hari menaiki seribu anak tangga selama tiga jam, terus melakukannya selama seminggu. Baru setelah itulah dia mendapatkan gelang kayu gaharu yang dijaga oleh kepala Gedung Ravaryn. Konon katanya, benda ini terbuat dari inti kayu gaharu berusia seratus tahun yang nggak bisa dibeli di pasaran. Gelang ini juga memiliki banyak khasiat, sangat baik untuk tubuh."

Ekspresi Gavin jelas berubah.

Rachel tidak pernah menceritakan tentang hal ini.

Wanita itu hanya memasangkan gelang itu di pergelangan tangannya, mengatakan padanya untuk terus memakainya.

Ada gelombang yang perlahan terbentuk di mata Gavin.

Yasmin melihat ke arah Gavin sambil memanggilnya, "Kak Gavin ...."

Gavin berbalik untuk berjalan keluar. Dalam kegelapan malam, dia hanya sempat melihat lampu belakang mobil Rachel.

Gavin terdiam beberapa detik, sebelum bibirnya akhirnya menunjukkan seringaian.

"Hal ini justru membuktikan kalau dia sangat mencintaiku sampai nggak bisa melepaskanku. Nggak masalah. Kalau aku mau, dia pasti akan kembali dengan sedikit bujukan!" gumam Gavin.

Yasmin menundukkan pandangannya, matanya berkilat dingin.

Gavin mencubit hidungnya sembari berujar, "Aku sedikit lelah hari ini. Yasmin, pulanglah."

Yasmin membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi Gavin sudah melepas dasinya, langsung naik ke atas.

Yasmin mengepalkan tangannya. Sungguh menyebalkan, padahal dia ingin tinggal di sini malam ini.

Namun, Yasmin berpikir kembali. Ini tidak masalah. Dia akan selalu bersabar, apa yang dia rencanakan pasti akan terwujud.

Bagaimanapun juga, Gavin pasti akan menjadi miliknya.

Yasmin berjalan keluar dari vila, matanya bersinar dengan penuh tekad.

Masih ada satu hal yang perlu diselesaikan.

Sekarang Rachel sudah membatalkan pernikahan. Jika Yasmin juga menghilangkan tumpuannya, wanita itu pasti akan benar-benar sendirian dan tidak berdaya. Pada saat itu, tentu saja Yasmin bisa memperlakukan Rachel sesuka hatinya.

Yasmin perlahan menunjukkan senyuman dingin.

"Nenek, kamu sudah melindungi si jalang Rachel selama bertahun-tahun, tapi apakah kamu bisa melindunginya seumur hidupmu? Sekarang beristirahatlah dengan baik. Setelah aku menginjak-injaknya sampai menjadi lumpur, sampai dia nggak bisa bangkit lagi, baru kamu bisa bangun. Bagaimanapun juga, aku adalah cucumu, aku masih nggak tega membunuhmu. Kamu bisa merasakan sedikit penderitaan saja. Anggap saja ini untuk membantu seluruh Keluarga Staffor!" gumam Yasmin.

Yasmin merasa makin senang ketika memikirkannya. Kemudian, sosoknya menghilang dalam kegelapan malam.

...

Satu hari kemudian, di malam hari, Rachel baru saja tiba di rumah ketika dia mendengar suara pelayan yang panik.

"Gawat, Nona Rachel. Bu Stella ... dia jatuh pingsan!"

Ekspresi Rachel berubah drastis. "Di mana Nenek?"

"Di sofa ruang tamu. Dia pingsan segera setelah meminum obat yang Nona Rachel berikan!"

Rachel bergegas masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, para pelayan dengan cemas mengelilingi Stella.

"Minggir semua."

Dengan satu ucapan, semua orang langsung mundur.

Rachel bergegas maju, melihat neneknya sudah dibaringkan di sofa. Matanya tampak tertutup rapat, sedangkan wajahnya pucat.

Rachel segera memeriksa denyut nadi Stella, dengan cepat mendiagnosis kondisi neneknya.

Beberapa detik kemudian, Rachel merasa sedikit lega.

Setidaknya detak jantung neneknya normal. Sesuai dengan ciri-ciri pingsan mendadak, tidak ada bahaya bagi nyawanya untuk saat ini.

Setelah selesai memeriksa Stella, Rachel perlahan-lahan meletakkan tangan neneknya, lalu melihat ke arah pelayan sambil bertanya, "Ceritakan padaku secara rinci, apa yang terjadi?"

Pelayan segera melaporkan, "Tadi, aku membawa teh dan obat seperti biasa. Aku nggak menyangka kalau Bu Stella akan tiba-tiba pingsan hanya dua menit setelah meminum obat!"

Obat ....

Rachel mengambil botol obat di samping neneknya, dengan teliti memeriksa warna serta baunya. Dia memastikan bahwa obatnya tidak bermasalah. Ini memang obat buatannya.

Jadi, ada apa sebenarnya?

Pada saat itu, dari luar terdengar laporan.

"Nona Rachel, ada banyak orang di luar. Semuanya adalah anggota Keluarga Staffor."

Rachel langsung mengerutkan kening.

Kenapa mereka datang pada saat ini?

Pelayan belum menyelesaikan laporannya, tetapi langkah kaki sudah terdengar. Rachel menoleh ke arah suara, langsung melihat James dan keluarganya berjalan di bagian depan rombongan.

Yasmin adalah orang pertama yang melihat orang pingsan di sofa.

Dia berteriak kaget, "Nenek!"

Ekspresi yang lainnya juga ikut berubah. "Nenek!"

Rachel melihat mereka semua bergegas datang, berkerumun, membuat suasana langsung menjadi kacau.

Ivana langsung bertanya dengan penuh amarah, "Apa yang kamu lakukan pada Ibu? Kenapa dia tiba-tiba pingsan?"

Semua anggota Keluarga Staffor dengan cemas melihat Stella yang pingsan. James bahkan memerintahkan pelayan, "Katakan, sebenarnya apa yang terjadi?"

Pelayan itu gemetaran ketakutan. Di bawah tekanan, dia tidak berani berbohong, "Bu Stella ... dia pingsan segera setelah meminum obat."

"Apa?"

Semua orang terkejut, lalu langsung marah besar.

Ivana mengambil obat yang dibuat sendiri oleh Rachel, lalu berkata, "Ternyata kamu ingin mencelakai Nenek. Rachel, hatimu benar-benar jahat. Kamu jelas dengan sengaja menyakitinya, kamu adalah seorang pembunuh!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 100

    Caden melirik Gavin sekilas, lalu berkata."Masuk."Rachel membuka pintu dengan santai. Begitu melangkah masuk, dia langsung melihat Gavin yang berdiri di depan.Kening Rachel berkerut. 'Kenapa dia ada di sini?' pikir Rachel.Ketika Gavin melihat Rachel, dia langsung menunjukkan senyuman."Rachel."Saat mendengar Gavin memanggil, mata dingin Caden menyipit tajam.Sikap formal Gavin tadi langsung berubah. Dia tersenyum dengan hangat, lalu menjelaskan, "Aku datang menemui pamanku untuk menyerahkan laporan keuangan."Rachel perlahan melangkah maju, menanggapinya dengan dingin, tanpa mengatakan apa-apa.Gavin sama sekali tidak tersinggung. Dia malah melanjutkan dengan nada lembut, "Terima kasih atas kesempatan yang kamu perjuangkan untukku. Aku pasti akan berusaha keras, nggak akan mengecewakanmu."Rachel menatapnya dengan tatapan tegas. "Sudah aku katakan kalau aku menyelamatkanmu demi Pak Randy yang sudah tua. Aku nggak ingin dia merasa terkejut. Ini nggak ada hubungannya denganmu secara

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 99

    Pria itu memperhatikannya dengan cermat sambil bertanya, "Benarkah?"Rachel yang akhirnya benar-benar pulih, langsung menjawab, "Uhuk, uhuk .... Ya."Caden masih merasa khawatir. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk punggung Rachel dengan lembut.Awalnya Rachel tidak merasa ada yang aneh. Dia sudah terbiasa dengan kontak fisik seperti itu. Namun, ketika dia akhirnya menyadari situasinya, dia melihat semua orang di bawah podium menatap dirinya dan Caden dengan tatapan tertegun.Baru pada saat itulah Rachel menyadari betapa intimnya gestur ini. Dia segera mundur beberapa langkah dengan canggung.Caden sama sekali tidak peduli. Matanya hanya menatap Rachel dengan khawatir."Apa kamu benar-benar sudah baikan?" tanya Caden.Rachel jelas melihat kilatan penuh gosip di mata setiap orang yang ada di bawah podium. Dia tersenyum canggung, lalu berbicara melalui giginya yang terkatup."Aku benar-benar sudah baikan. Pak Caden, bisakah kamu kembali ke tempat dudukmu?"Setelah mel

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 98

    Keesokan harinya.Di kantor pusat Grup Finston.Trey menunggu di lobi seperti biasa. Ketika melihat Rachel dan tim dari Akademi Kedokteran tiba, dia melangkah maju, menyambut dengan hormat, "Selamat pagi, Nona Rachel. Pak Caden sudah menunggumu."Rachel mengangguk pelan. "Baiklah. Kami sudah menyiapkan semua dokumennya, juga siap memulai pertemuan segera.""Baiklah, silakan ikuti aku," balas Trey.Saat mengikuti Trey naik ke lantai atas, mereka bisa mendengar dengan jelas suara pelan karyawan Grup Finston di sepanjang jalan."Aku dengar Pak Caden sudah menunggu di ruang rapat bersama para manajer departemen. Ini pertama kalinya dalam sejarah Pak Caden menunggu orang lain untuk rapat. Sungguh pemandangan yang langka!"Begitu mendengar kalimat itu, jantung Rachel berdetak sedikit lebih kencang.Di ruang rapat lantai teratas.Ketika Rachel dan tim Akademi Kedokteran membuka pintu untuk melangkah masuk, mereka langsung melihat Caden duduk di posisi utama.Pria itu mengenakan setelan hitam.

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 97

    Wajah Ivana tampak menegang. "Bukankah Gavin anak dari Keluarga Finston? Cepat atau lambat, dia akan ....""Gavin akan dikeluarkan dari Keluarga Finston karena pernikahannya dengan Yasmin. Dia nggak akan lama menjadi bagian Keluarga Finston," potong Caden.Wajah Ivana dan Yasmin langsung membeku.Mereka tidak menyangka Caden akan berbicara dengan begitu kejam.Caden melanjutkan dengan nada dingin, "Karena pernikahan ini didapatkan dengan cara rendahan seperti itu, kalian harus siap menerima semua konsekuensinya. Itu pantas kalian dapatkan."Wajah Yasmin tampak makin pucat ketika mendengar kata-kata ini.Caden melangkah maju, sementara tatapannya hanya melembut saat memandang Rachel."Aku masih ada urusan yang perlu aku selesaikan. Aku akan pergi dulu," ujar Caden.Rachel mengangguk pelan. "Baiklah."Yasmin mengepalkan tangan hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya. Melihat sosok Caden dan Rachel berdiri bersama, amarah di hatinya menjadi makin membara.Dia tidak bisa menerimanya,

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 96

    Rachel melihat ponselnya, tiba-tiba teringat akan kata-kata Trey. Dia bilang akan menemani Caden untuk melakukan inspeksi toko, jadi Caden seharusnya berada di sini.Rachel tanpa sadar langsung berbalik, lalu berjalan keluar.Di dalam mal, langkahnya agak tergesa-gesa. Begitu keluar tidak jauh, dia langsung melihat seorang pria yang berdiri beberapa meter di depannya.Itu adalah Caden.Trey serta beberapa staf manajemen mal tampak berdiri di belakangnya. Ketika melihat kehadiran Rachel, langkah Caden terhenti.Rachel seketika menghentikan langkahnya. Di sekitarnya ada banyak orang, sepertinya pria itu sedang sibuk. Rachel tidak tahu apakah sebaiknya mendekat atau tidak.Kemudian, Caden mengatakan sesuatu dengan suara rendah. Trey mengangguk penuh hormat, lalu pergi bersama orang-orang itu.Setelah itu, pria itu melangkahkan kakinya yang panjang, berjalan ke arahnya.Rachel mengerucutkan bibir merahnya, sementara jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Begitu sampai di depan Rach

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 95

    Rachel dan Sonya sama-sama mengerutkan dahi. Suara Yasmin yang penuh kemenangan terdengar, "Maaf, Kak. Kebetulan aku tertarik dengan yang ini."Rachel menyipitkan mata sambil menatapnya.Yasmin sengaja berkata, "Aku masuk toko ini lebih dulu, jadi kalau aku mengatakan aku tertarik, itu sah-sah saja, 'kan? Kakak nggak akan merebutnya dariku, 'kan?"Dia sengaja ingin membuat Rachel marah, bahkan menatapnya dengan tatapan penuh tantangan.Sonya langsung naik pitam. Baru saja dia akan maju untuk berdebat, tetapi Rachel sudah menahannya."Lupakan saja. Ayo kita lihat yang lainnya.""Rachel!"Melihat keteguhan di mata Rachel, Sonya hanya bisa melotot sekali lagi sebelum melanjutkan melihat pakaian lain dengan Rachel.Yasmin berdiri di tempatnya, wajahnya tampak makin puas.Setelah beberapa saat, Rachel melihat pakaian lainnya. "Yang ini juga bagus. Bagaimana kalau ...."Yasmin segera muncul di belakangnya, langsung berkata, "Pelayan, aku juga mau yang ini."Rachel menatapnya dengan tatapan d

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 94

    Rachel sebenarnya ingin menghindari mereka agar tidak mendapat masalah, tetapi Sonya langsung menarik tangannya."Yasmin pikir dia itu siapa? Berani-beraninya dia mengganggu acara belanja kita! Ayo, kita masuk dengan percaya diri!" ujar Sonya.Begitu melangkah masuk, mereka langsung mendengar suara Yasmin."Bu? Menurutmu yang ini bagaimana? Aku rasa aku akan terlihat cantik memakainya."Ivana berkata, "Ini memang bagus, tapi toko ini hanya menjual model peragaan busana serta barang kustom. Harganya nggak murah. Kamu juga sudah membeli beberapa di tempat lain, uang kita ...."Yasmin tidak peduli. "Bu, bukannya ini hanya sejumlah kecil uang? Dalam beberapa hari ini, aku akan meminta kartu hitam dari Gavin. Nanti, aku bisa berbelanja dengan sesuka hati."Ivana langsung tersenyum lebar ketika memikirkan ini. Dia berujar, "Putriku memang patut dibanggakan!"Ketika mereka berbalik, mereka melihat Rachel dan Sonya.Mata Yasmin langsung berkilat dengan kebencian ketika melihat keduanya.Dia me

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 93

    Camila merasa sangat gembira mendengar ini. "Baguslah. Kalau begitu, aku akan segera memberi tahu departemen terkait waktu konferensi peluncuran obat baru."Rachel tersenyum tanpa daya, lalu berjalan kembali ke laboratorium.Sore harinya, ketika Rachel baru saja bersiap meninggalkan laboratorium, Camila datang menghampirinya."Rachel, waktu konferensi peluncuran obat baru sudah diberitahukan. Peluncurannya akan dilakukan pada hari Senin minggu depan," kata Camila.Rachel mengangguk. "Baiklah."Camila melanjutkan, "Oh ya, besok kamu harus memimpin tim Akademi Kedokteran untuk mengunjungi Grup Finston."Rachel terkejut. Setelah mendengar kata-kata Grup Finston, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Selama seminggu ini, Rachel belum bertemu dengan Caden karena kesibukannya. Yang lebih penting, Rachel menduga bahwa Caden mungkin masih marah padanya karena kejadian terakhir kalinya. Jadi, Rachel juga tidak punya keberanian untuk mencarinya.Dia hanya sempat menyerahkan obat untuk mengg

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 92

    Gavin melirik ke arahnya sambil bertanya, "Apakah kamu sudah tahu sejak awal kalau kamu sedang hamil?"Yasmin sedikit menggigit bibirnya. "Awalnya aku ingin mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu, tapi Rachel si wanita jalang itu nggak melepaskanku. Jadi, aku terpaksa memberitahumu tentang hal ini di kantor polisi.""Terpaksa?" Gavin tersenyum sinis. "Ini adalah alat tawar menawar untukmu, 'kan? Kamu tahu kalau kamu sedang hamil, lalu memberitahuku dan ayahku untuk membebaskanmu. Kalau kami menolak, kamu pasti akan membuat masalah besar dengan anak ini."Yasmin mengerjapkan matanya dengan polos, lalu membalas, "Bagaimana bisa kamu salah paham sampai seperti ini? Aku hanya ingin berbagi kabar gembira denganmu kalau kita akan memiliki anak yang lucu. Tentu saja, kalau Keluarga Finston nggak mau mengakuinya, aku terpaksa mencari keadilan untuk kami berdua. Paman Mario selalu mementingkan reputasi. Saat ini kamu juga nggak bisa menghadapi skandal lainnya lagi. Bukankah saham kantor c

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status