Share

Bab 4

Penulis: Zelda
Keesokan harinya.

Ketika Gavin terbangun dari tempat tidur, dia menghadapi kegelapan di dalam kamar. Bahkan untuk sesaat, dia tidak tahu apakah ini sudah pagi atau masih malam.

Saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul delapan, dia bangun dengan perasaan frustrasi sambil mengacak-acak rambutnya.

Suasana begitu sunyi seperti air yang tenang. Hal ini membuatnya langsung mengetahui bahwa Rachel sama sekali tidak kembali.

Karena tirai tidak dibuka, karena tidak ada kopi hitam yang disiapkan di samping tempat tidur, karena tidak ada yang membangunkannya ....

Perasaan yang sangat tidak biasa ini membuat Gavin merasa penuh dengan kemarahan saat terbangun. Hatinya merasa sangat gelisah.

Dia langsung mengambil ponselnya. Di layar hanya ada berbagai urusan kantor yang berantakan, bahkan tidak ada bayangan Rachel.

Gavin memandang ponselnya sambil tersenyum dingin.

"Kamu cukup berani juga, Rachel."

Gavin mencari nomor telepon Rachel.

Setelah ragu beberapa saat, dia justru melemparkan ponselnya.

Jika sekarang dia terlalu cepat membujuk wanita itu, bukankah itu akan membuatnya merasa kelakuannya benar?

Apa salahnya kalau Gavin mencium wanita lain? Apa yang membuat wanita itu begitu marah?

Posisi sebagai istrinya tetaplah milik Rachel. Apa lagi yang bisa membuatnya merasa tidak puas?

Sungguh keterlaluan!

Gavin langsung bangkit, membersihkan diri dan berpakaian, lalu turun ke bawah.

Baru saja sampai di ujung tangga, dia mencium aroma makanan. Seketika, semua kesuraman di hatinya seakan menghilang!

Ternyata Rachel kembali juga, 'kan?

Gavin sudah tahu ....

Tunggu dulu.

Gavin mengendus beberapa kali, lalu wajahnya seketika menjadi muram.

Ini bukan sarapan buatan Rachel, aromanya berbeda.

Gavin menyipitkan mata untuk melihat. Benar saja, Gavin melihat Bibi Ana yang membawa sepiring buah sedang berjalan lewat. Begitu melihatnya Bibi Ana segera tersenyum, lalu berkata, "Pak Gavin, sarapannya sudah siap."

Gavin melangkah turun dengan wajah muram, lalu duduk tanpa ekspresi di meja makan.

Bibi Ana mulai menyibukkan diri. Dia berkata, "Aku baru saja membuat semuanya. Mungkin rasanya nggak seenak buatan Nona Rachel, tolong Pak Gavin jangan mempermasalahkannya …."

Sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya, Bibi Ana sudah melihat Gavin mendorong piringnya menjauh setelah memakan sesuap bubur.

Bibi Ana menghela napas dalam hati. Benar saja, lidah Gavin sangat pemilih, terutama setelah terbiasa dengan masakan Rachel. Pada dasarnya, Gavin tidak bisa memakan makanan biasa lebih dari dua suap.

Namun, entah kenapa Rachel tidak datang hari ini.

Bibi Ana juga tidak berani mengatakan apa-apa, hanya bisa segera melaporkan hal yang penting.

"Pak Gavin, ini undangan dari Keluarga Staffor. Hari ini adalah ulang tahun ke-70 Nenek Stella. Apakah kamu akan hadir?"

Keluarga Staffor dan Keluarga Finston adalah teman lama, hubungan mereka selalu sangat baik.

Kening Gavin yang mengerut kencang baru melonggar ketika melihat undangan tersebut.

Ini adalah pesta ulang tahun Keluarga Staffor, jadi Rachel pasti akan ada di sana. Dalam situasi seperti ini, meski Rachel masih marah dan tidak datang ke vila hari ini, wanita itu pasti akan berada di sisinya dengan patuh seperti magnet selama Gavin muncul di depannya.

Gavin bangkit berdiri, lalu berujar, "Bibi Ana, tolong setrikakan setelan Burberry itu untukku. Aku akan memakainya untuk pesta malam ini."

Bibi Ana mengangguk sambil tersenyum, lalu berujar, "Baiklah. Itu adalah setelan yang paling disukai Nona Rachel. Aku tahu Pak Gavin …."

Gavin meliriknya dengan tatapan tajam, membuat Bibi Ana hanya bisa menahan kata-katanya. Namun, dia tetap pergi untuk mempersiapkannya dengan gembira.

Pukul delapan malam.

Hotel paling terkenal di Kota Handar.

Di luar hotel, berbagai macam mobil mewah berjejer, orang-orang terkemuka berkumpul.

Bagaimanapun juga, Keluarga Staffor merupakan keluarga terkenal yang termasuk dalam peringkat teratas di Kota Handar. Jadi, ada banyak pejabat serta orang terkemuka yang datang sendiri untuk menghadiri acara hari ini. Bahkan banyak yang sengaja datang dari luar negeri untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Stella.

Aula perjamuan dihias dengan gaya perpaduan Timur dan Barat. Tempat itu penuh sesak dengan tamu undangan.

Di ruang tunggu, Stella tampak mengenakan baju tradisional berwarna warna merah muda pucat. Di lehernya terpasang kalung batu alam yang hanya ada satu-satunya di dunia. Seluruh penampilannya terlihat berseri-seri serta penuh semangat.

Semua anggota Keluarga Staffor, baik yang tua maupun muda hadir. Setiap orang membawa hadiah berlimpah serta mengucapkan selamat ulang tahun. Stella menjawab semuanya satu per satu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

Yasmin juga ada di antara mereka. Ketika gilirannya tiba, dia membawa hadiah yang telah dipersiapkan dengan baik. Yasmin melangkah maju dengan penuh kegembiraan.

"Nenek, ini hadiah yang aku persiapkan dengan sepenuh hati untukmu. Ini adalah hiasan kepala zamrud dan berlian 300 karat. Sebelumnya, hiasan kepala ini adalah koleksi seorang istri adipati. Aku membelinya dalam lelang untukmu," ujar Yasmin.

Pada saat itu, semua orang mendekat dengan penuh minat untuk mengagumi hiasan kepala tersebut.

"Aku baru saja melihatnya di berita. Katanya benda ini dibeli oleh pembeli misterius seharga 30 miliar. Ternyata benda ini dibeli olehmu."

"Kamu benar-benar menyembunyikannya dengan baik. Kalau seperti ini, hadiah kami semua jadi terlihat biasa saja."

"Yasmin benar-benar perhatian."

Ibu Yasmin, Ivana Harlan, juga menambahkan, "Ibu, lihatlah Yasmin. Meskipun uangnya nggak cukup, dia masih berusaha mengumpulkan dari berbagai tempat. Dia bahkan mencari orang, mencari koneksi, bersikeras membeli set perhiasan ini untuk menyenangkanmu. Demi hadiah untukmu, dia benar-benar sudah bersusah payah."

Stella tersenyum dengan ramah ketika berujar, "Aku tahu, Yasmin adalah anak yang sangat berbakti."

Ivana dan Yasmin saling melampar pandang, tersenyum puas dalam hati.

Hadiah mereka dianggap yang paling luar biasa. Seperti kata pepatah, makin banyak hadiah akan makin baik. Dengan hadiah ini, Stella pasti akan makin menyukai Yasmin.

Cepat atau lambat, mereka akan menekan Rachel, si wanita sialan itu.

Di tengah jalannya acara, Yasmin keluar untuk menerima telepon. Ketika hendak kembali, dia melihat Rachel berjalan di lorong.

Dengan senyum puas di sudut bibirnya, Yasmin segera berjalan mendekatinya.

"Kakak, aku nggak menyangka kalau kamu masih punya tenaga untuk menghadiri pesta ulang tahun hari ini. Aku kira kamu diam-diam menangis di suatu tempat," kata Yasmin.

Rachel menatapnya dengan tatapan dingin.

"Hmm? Seperti menangis di kuburan? Akan aku pertimbangkan setelah kamu mati," balas Rachel.

"Kamu!" Yasmin yang merasa sangat marah, langsung melotot ke arah Rachel, lalu berkata, "Jangan mengira karena Nenek menyukaimu, kamu bisa bersikap seenaknya. Sekarang Kak Gavin menyukaiku, kalian juga hanya bertunangan. Siapa yang tahu pada akhirnya siapa yang akan menikah dengan Kak Gavin."

Tatapan mata Rachel terlihat dingin. Dia hanya melirik Yasmin dengan acuh tak acuh.

"Kalau kamu ingin mendaur ulang sampah yang nggak aku inginkan, itu urusanmu. Menjauhlah dariku. Aku nggak punya waktu untuk membuang kata-kata denganmu," ujar Rachel.

Yasmin tampak terpaku menatap punggung Rachel.

Kenapa dia merasa Rachel berbeda setelah hanya satu malam berlalu?

Sampah yang tidak dia inginkan? Apakah yang dimaksud adalah Gavin?

Setelah berpikir sejenak, Yasmin mendengus dingin.

"Kamu sudah mengejar Gavin selama bertahun-tahun tanpa malu, mana mungkin kamu bisa menyerah begitu saja? Semua orang tahu kalau kamu sangat mencintai Gavin," gumam Yasmin.

Huh, itu juga tidak masalah. Yasmin akan berusaha dengan keras untuk merebut Gavin. Dia ingin benar-benar bisa menginjak-injak Rachel!

Pintu ruang tunggu terbuka.

Ketika melihat siapa yang datang, wajah Stella segera menunjukkan senyum kegembiraan.

"Rachel, cepat kemari," panggil Stella.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 100

    Caden melirik Gavin sekilas, lalu berkata."Masuk."Rachel membuka pintu dengan santai. Begitu melangkah masuk, dia langsung melihat Gavin yang berdiri di depan.Kening Rachel berkerut. 'Kenapa dia ada di sini?' pikir Rachel.Ketika Gavin melihat Rachel, dia langsung menunjukkan senyuman."Rachel."Saat mendengar Gavin memanggil, mata dingin Caden menyipit tajam.Sikap formal Gavin tadi langsung berubah. Dia tersenyum dengan hangat, lalu menjelaskan, "Aku datang menemui pamanku untuk menyerahkan laporan keuangan."Rachel perlahan melangkah maju, menanggapinya dengan dingin, tanpa mengatakan apa-apa.Gavin sama sekali tidak tersinggung. Dia malah melanjutkan dengan nada lembut, "Terima kasih atas kesempatan yang kamu perjuangkan untukku. Aku pasti akan berusaha keras, nggak akan mengecewakanmu."Rachel menatapnya dengan tatapan tegas. "Sudah aku katakan kalau aku menyelamatkanmu demi Pak Randy yang sudah tua. Aku nggak ingin dia merasa terkejut. Ini nggak ada hubungannya denganmu secara

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 99

    Pria itu memperhatikannya dengan cermat sambil bertanya, "Benarkah?"Rachel yang akhirnya benar-benar pulih, langsung menjawab, "Uhuk, uhuk .... Ya."Caden masih merasa khawatir. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk punggung Rachel dengan lembut.Awalnya Rachel tidak merasa ada yang aneh. Dia sudah terbiasa dengan kontak fisik seperti itu. Namun, ketika dia akhirnya menyadari situasinya, dia melihat semua orang di bawah podium menatap dirinya dan Caden dengan tatapan tertegun.Baru pada saat itulah Rachel menyadari betapa intimnya gestur ini. Dia segera mundur beberapa langkah dengan canggung.Caden sama sekali tidak peduli. Matanya hanya menatap Rachel dengan khawatir."Apa kamu benar-benar sudah baikan?" tanya Caden.Rachel jelas melihat kilatan penuh gosip di mata setiap orang yang ada di bawah podium. Dia tersenyum canggung, lalu berbicara melalui giginya yang terkatup."Aku benar-benar sudah baikan. Pak Caden, bisakah kamu kembali ke tempat dudukmu?"Setelah mel

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 98

    Keesokan harinya.Di kantor pusat Grup Finston.Trey menunggu di lobi seperti biasa. Ketika melihat Rachel dan tim dari Akademi Kedokteran tiba, dia melangkah maju, menyambut dengan hormat, "Selamat pagi, Nona Rachel. Pak Caden sudah menunggumu."Rachel mengangguk pelan. "Baiklah. Kami sudah menyiapkan semua dokumennya, juga siap memulai pertemuan segera.""Baiklah, silakan ikuti aku," balas Trey.Saat mengikuti Trey naik ke lantai atas, mereka bisa mendengar dengan jelas suara pelan karyawan Grup Finston di sepanjang jalan."Aku dengar Pak Caden sudah menunggu di ruang rapat bersama para manajer departemen. Ini pertama kalinya dalam sejarah Pak Caden menunggu orang lain untuk rapat. Sungguh pemandangan yang langka!"Begitu mendengar kalimat itu, jantung Rachel berdetak sedikit lebih kencang.Di ruang rapat lantai teratas.Ketika Rachel dan tim Akademi Kedokteran membuka pintu untuk melangkah masuk, mereka langsung melihat Caden duduk di posisi utama.Pria itu mengenakan setelan hitam.

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 97

    Wajah Ivana tampak menegang. "Bukankah Gavin anak dari Keluarga Finston? Cepat atau lambat, dia akan ....""Gavin akan dikeluarkan dari Keluarga Finston karena pernikahannya dengan Yasmin. Dia nggak akan lama menjadi bagian Keluarga Finston," potong Caden.Wajah Ivana dan Yasmin langsung membeku.Mereka tidak menyangka Caden akan berbicara dengan begitu kejam.Caden melanjutkan dengan nada dingin, "Karena pernikahan ini didapatkan dengan cara rendahan seperti itu, kalian harus siap menerima semua konsekuensinya. Itu pantas kalian dapatkan."Wajah Yasmin tampak makin pucat ketika mendengar kata-kata ini.Caden melangkah maju, sementara tatapannya hanya melembut saat memandang Rachel."Aku masih ada urusan yang perlu aku selesaikan. Aku akan pergi dulu," ujar Caden.Rachel mengangguk pelan. "Baiklah."Yasmin mengepalkan tangan hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya. Melihat sosok Caden dan Rachel berdiri bersama, amarah di hatinya menjadi makin membara.Dia tidak bisa menerimanya,

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 96

    Rachel melihat ponselnya, tiba-tiba teringat akan kata-kata Trey. Dia bilang akan menemani Caden untuk melakukan inspeksi toko, jadi Caden seharusnya berada di sini.Rachel tanpa sadar langsung berbalik, lalu berjalan keluar.Di dalam mal, langkahnya agak tergesa-gesa. Begitu keluar tidak jauh, dia langsung melihat seorang pria yang berdiri beberapa meter di depannya.Itu adalah Caden.Trey serta beberapa staf manajemen mal tampak berdiri di belakangnya. Ketika melihat kehadiran Rachel, langkah Caden terhenti.Rachel seketika menghentikan langkahnya. Di sekitarnya ada banyak orang, sepertinya pria itu sedang sibuk. Rachel tidak tahu apakah sebaiknya mendekat atau tidak.Kemudian, Caden mengatakan sesuatu dengan suara rendah. Trey mengangguk penuh hormat, lalu pergi bersama orang-orang itu.Setelah itu, pria itu melangkahkan kakinya yang panjang, berjalan ke arahnya.Rachel mengerucutkan bibir merahnya, sementara jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Begitu sampai di depan Rach

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 95

    Rachel dan Sonya sama-sama mengerutkan dahi. Suara Yasmin yang penuh kemenangan terdengar, "Maaf, Kak. Kebetulan aku tertarik dengan yang ini."Rachel menyipitkan mata sambil menatapnya.Yasmin sengaja berkata, "Aku masuk toko ini lebih dulu, jadi kalau aku mengatakan aku tertarik, itu sah-sah saja, 'kan? Kakak nggak akan merebutnya dariku, 'kan?"Dia sengaja ingin membuat Rachel marah, bahkan menatapnya dengan tatapan penuh tantangan.Sonya langsung naik pitam. Baru saja dia akan maju untuk berdebat, tetapi Rachel sudah menahannya."Lupakan saja. Ayo kita lihat yang lainnya.""Rachel!"Melihat keteguhan di mata Rachel, Sonya hanya bisa melotot sekali lagi sebelum melanjutkan melihat pakaian lain dengan Rachel.Yasmin berdiri di tempatnya, wajahnya tampak makin puas.Setelah beberapa saat, Rachel melihat pakaian lainnya. "Yang ini juga bagus. Bagaimana kalau ...."Yasmin segera muncul di belakangnya, langsung berkata, "Pelayan, aku juga mau yang ini."Rachel menatapnya dengan tatapan d

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 94

    Rachel sebenarnya ingin menghindari mereka agar tidak mendapat masalah, tetapi Sonya langsung menarik tangannya."Yasmin pikir dia itu siapa? Berani-beraninya dia mengganggu acara belanja kita! Ayo, kita masuk dengan percaya diri!" ujar Sonya.Begitu melangkah masuk, mereka langsung mendengar suara Yasmin."Bu? Menurutmu yang ini bagaimana? Aku rasa aku akan terlihat cantik memakainya."Ivana berkata, "Ini memang bagus, tapi toko ini hanya menjual model peragaan busana serta barang kustom. Harganya nggak murah. Kamu juga sudah membeli beberapa di tempat lain, uang kita ...."Yasmin tidak peduli. "Bu, bukannya ini hanya sejumlah kecil uang? Dalam beberapa hari ini, aku akan meminta kartu hitam dari Gavin. Nanti, aku bisa berbelanja dengan sesuka hati."Ivana langsung tersenyum lebar ketika memikirkan ini. Dia berujar, "Putriku memang patut dibanggakan!"Ketika mereka berbalik, mereka melihat Rachel dan Sonya.Mata Yasmin langsung berkilat dengan kebencian ketika melihat keduanya.Dia me

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 93

    Camila merasa sangat gembira mendengar ini. "Baguslah. Kalau begitu, aku akan segera memberi tahu departemen terkait waktu konferensi peluncuran obat baru."Rachel tersenyum tanpa daya, lalu berjalan kembali ke laboratorium.Sore harinya, ketika Rachel baru saja bersiap meninggalkan laboratorium, Camila datang menghampirinya."Rachel, waktu konferensi peluncuran obat baru sudah diberitahukan. Peluncurannya akan dilakukan pada hari Senin minggu depan," kata Camila.Rachel mengangguk. "Baiklah."Camila melanjutkan, "Oh ya, besok kamu harus memimpin tim Akademi Kedokteran untuk mengunjungi Grup Finston."Rachel terkejut. Setelah mendengar kata-kata Grup Finston, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Selama seminggu ini, Rachel belum bertemu dengan Caden karena kesibukannya. Yang lebih penting, Rachel menduga bahwa Caden mungkin masih marah padanya karena kejadian terakhir kalinya. Jadi, Rachel juga tidak punya keberanian untuk mencarinya.Dia hanya sempat menyerahkan obat untuk mengg

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 92

    Gavin melirik ke arahnya sambil bertanya, "Apakah kamu sudah tahu sejak awal kalau kamu sedang hamil?"Yasmin sedikit menggigit bibirnya. "Awalnya aku ingin mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu, tapi Rachel si wanita jalang itu nggak melepaskanku. Jadi, aku terpaksa memberitahumu tentang hal ini di kantor polisi.""Terpaksa?" Gavin tersenyum sinis. "Ini adalah alat tawar menawar untukmu, 'kan? Kamu tahu kalau kamu sedang hamil, lalu memberitahuku dan ayahku untuk membebaskanmu. Kalau kami menolak, kamu pasti akan membuat masalah besar dengan anak ini."Yasmin mengerjapkan matanya dengan polos, lalu membalas, "Bagaimana bisa kamu salah paham sampai seperti ini? Aku hanya ingin berbagi kabar gembira denganmu kalau kita akan memiliki anak yang lucu. Tentu saja, kalau Keluarga Finston nggak mau mengakuinya, aku terpaksa mencari keadilan untuk kami berdua. Paman Mario selalu mementingkan reputasi. Saat ini kamu juga nggak bisa menghadapi skandal lainnya lagi. Bukankah saham kantor c

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status