Share

Bab 8

Penulis: Zelda
Begitu mendengar ini, Mario segera menjelaskan, "Bukan begitu, ini ada alasannya. Meskipun Gavin sudah bertunangan dengan putri Keluarga Staffor, Rachel, tapi siapa sangka kalau ternyata hatinya sudah menjadi milik orang lain? Kebetulan ada yang memotret, jadi kesalahpahaman ini pun terjadi ...."

Namun, Caden langsung menyela dengan dingin.

"Selingkuh tetap saja selingkuh. Berani-beraninya kamu memutar balik fakta, mengatakan kalau semua ini hanya salah paham?"

Wajah keluarga Mario langsung menegang.

Gavin melangkah maju dengan kening berkerut, lalu berkata, "Paman, ini memang hanya salah paham. Aku bisa menjelaskan. Masalah pertunangan ini, kita juga bisa mengganti orangnya."

"Mengganti orangnya?" Caden mengulang dua kata itu, lalu menyeringai dingin.

"Apa orang tuamu nggak memberitahumu? Saat Bu Stella dan kakekmu menetapkan pertunangan ini, syaratnya sudah sangat jelas. Hanya saat Rachel menjadi menantu Keluarga Finston, baru Gavin bisa sepenuhnya mengambil alih kantor cabang perusahaan, menjabat sebagai CEO!" lanjut Caden.

Begitu kalimat itu diucapkan, wajah Gavin langsung berubah.

Wajah Ivana dan Yasmin pun ikut berubah.

Apakah ini berarti Gavin belum benar-benar menjadi CEO kantor cabang?

Ternyata ada syarat semacam itu? Jika Gavin bukan CEO di kantor cabang, untuk apa mereka memperebutkan pria miskin sepertinya?

Gavin menatap kedua orang tuanya. Setelah melihat jawaban yang pasti, barulah dia tersadar mengapa mereka sejak awal begitu mendukung pertunangannya dengan Rachel. Ternyata ini alasannya.

Suara dingin Caden kembali terdengar, tiap katanya bagaikan pisau es.

"Sekarang, karena Rachel memutuskan untuk membatalkan pertunangan, syarat ini otomatis dibatalkan. Jabatan CEO kantor cabang akan segera aku cabut! Ini adalah harga dari skandal yang muncul dari video tersebut!"

Begitu ucapan ini terdengar, wajah keluarga Mario berubah pucat pasi dalam sekejap!

Segala keuntungan yang dibawa dalam jabatan CEO kantor cabang di Negara Anjaya tidak perlu dijelaskan lagi.

Paula Brooks, istri Mario, segera maju untuk menjelaskan.

"Ini semua nggak seperti yang kamu pikirkan. Kami ... kami nggak membatalkan pertunangan! Kami nggak menyetujuinya!" kata Paula.

Pada saat ini, Gavin dan Yasmin masing-masing memiliki pemikiran mereka sendiri. Wajah mereka tampak sangat tidak senang.

Mata Caden yang hitam serta sulit diterka melirik ke arah mereka.

"Kenapa? Bukankah katanya cinta kalian nggak tergoyahkan? Kenapa saat baru menghadapai badai sedikit saja kalian sudah goyah?" ucap Caden.

Semua orang di tempat itu bisa melihat dengan jelas betapa Gavin dan Yasmin kehilangan kendali. Keduanya sama sekali tidak terlihat seperti pasangan yang siap memperjuangkan cinta sejati mereka.

Ini sungguh kontras dengan pernyataan cinta yang menggebu-gebu tadi.

Meskipun sudah cukup memalukan, Mario dan istrinya tetap menggertakkan gigi, mencoba mempertahankan posisi, "Bukan begitu, ini semua hanya salah paham. Dari awal kami memang mendukung pertunangan Gavin dan Rachel. Gavin juga sebenarnya mencintai Rachel. Kami nggak akan membatalkan pertunangan ini."

Namun, Caden sama sekali tidak menggubris mereka. Mata hitamnya beralih ke arah Rachel, yang berdiri beberapa meter darinya.

"Nona Rachel, kali ini pihak Keluarga Finston akan menyerahkan keputusan sepenuhnya padamu. Kalau kamu benar-benar mencintai Gavin dan nggak bisa hidup tanpanya, kamu boleh melanjutkan pertunangan ini. Kami akan sepenuhnya mendukung pernikahan ini. Tapi kalau kamu bersikeras untuk membatalkan pertunangan, Keluarga Finston juga akan menghormati keputusanmu. Hubungan baik di antara kedua keluarga nggak akan terpengaruh sedikit pun. Semua keputusan ada padamu," jelas Caden.

Wajah Caden tampak tenang di permukaan, tetapi di kedalaman matanya tersembunyi riak perasaan yang hanya dia sendiri yang tahu.

Caden tahu dengan baik bahwa Rachel sudah mencintai Gavin selama delapan tahun, memberikan segalanya pada pria itu. Tidak peduli bagaimanapun Gavin mengusirnya, Rachel tetap bertahan demi cintanya.

Jadi, sekarang Caden memberikan pilihan pada wanita itu, hanya demi memenuhi semua keinginannya tanpa syarat.

Apa pun yang Rachel inginkan, Caden akan membantu mewujudkannya.

Meskipun harus memaksakannya, semua akan Caden lakukan asal gadis itu bahagia.

Rachel memandang pria yang berdiri beberapa meter darinya, mata beningnya tampak berkilau. Caden ini ....

Kenapa dia begitu banyak membantu dirinya?

Kenapa Rachel merasa pria ini tidak sesederhana yang terlihat? Kenapa dia datang begitu tepat waktu, seperti memang hanya datang untuk menyelamatkannya?

Rachel perlahan menarik napas, lalu mengucapkan kata demi kata dengan jelas.

"Aku ingin membatalkan pertunangan. Mulai saat ini, aku, Rachel Staffor, nggak ada hubungan apa pun lagi dengan Gavin!"

Begitu ucapannya selesai, bibir Caden perlahan terangkat, membentuk senyum simpul yang nyaris tidak terlihat.

Sebaliknya, wajah keluarga Mario menjadi makin suram.

Caden segera menyapu seluruh ruangan dengan pandangan dingin.

"Karena Nona Rachel sudah memutuskan, mulai saat ini pertunangan keduanya resmi dibatalkan. Siapa pun dari Keluarga Finston nggak boleh lagi mengganggunya!" ujar Caden.

Perkataan Caden seperti titah seorang raja. Meskipun tidak rela, keluarga Mario tidak berani membantah sepatah kata pun.

Karena mereka tahu, penguasa sejati Keluarga Finston adalah Caden. Ucapannya mewakili otoritas tertinggi!

Skandal ini pun akhirnya berakhir di sini.

Caden tidak tinggal lebih lama. Setelah menyelesaikan urusannya, dia langsung pergi begitu saja.

Setelah Caden meninggalkan tempat itu, seluruh ruangan pun kembali heboh, bahkan mencapai puncaknya malam itu.

Rachel tidak punya waktu menghiraukan hal lain. Dia hanya menatap punggung Caden, lalu menepuk lembut tangan neneknya.

"Nenek, aku akan keluar sebentar," ujar Rachel.

Stella yang kelelahan secara fisik dan mental hanya mengangguk pelan.

Di luar, angin malam mulai terasa makin dingin.

Sebuah mobil Bentley sudah menunggu di sana. Trey Revren, tampak berdiri dengan sopan di samping pintu mobil. Caden pun perlahan melangkah menuju mobil.

Tepat saat dia hendak masuk, suara Rachel terdengar dari belakang.

"Tunggu sebentar!"

Langkah Caden terhenti.

Matanya yang gelap seketika memunculkan gelombang emosi.

Pria itu perlahan berbalik.

Rachel berjalan mendekat, lalu berhenti di depan Caden. Tinggi Rchel adalah 168 sentimeter, sementara Caden 190 sentimeter. Dia harus mendongak untuk bisa menatap pria itu.

Suara pria itu terdengar terkendali, sopan, serta berjarak.

"Nona Rachel, ada perlu apa?"

Rachel tidak menjawab. Dia hanya menatapnya dalam diam.

Mata Caden tampak bergetar samar.

Kemudian, dia melihat Rachel mundur selangkah.

Gadis itu berdiri di sana, memiringkan kepala untuk menatap wajah samping Caden, lalu dia pun menjadi yakin.

"Kamu yang sudah menyelamatkanku," kata Rachel.

Malam itu, di tepi sungai.

Rachel sudah menduga sebelumnya. Kini setelah melihat dengan lebih dekat, dia benar-benar yakin.

Sudut bibir Caden terangkat sedikit.

Ternyata wanita ini mengingatnya.

Caden tidak menyangkal, hanya menjawab dengan tenang, "Malam itu hanya kebetulan saja."

Baik malam itu maupun malam ini, kehadiran Caden membawa rasa syukur yang dalam untuk Rachel.

"Terima kasih sudah membantuku dua kali ini," ujar Rachel.

Caden menjawab dengan suara pelan, "Nggak perlu berterima kasih. Ini urusan Keluarga Finston, aku hanya menyelesaikan urusan internal keluarga."

Bulu mata panjang Rachel sedikit turun.

Mungkin Caden benar. Bagi pria itu, ini hanya masalah mengurus keluarga. Namun, bagi Rachel pria ini sudah sangat banyak membantunya.

Merasakan sikap acuh tak acuh pria itu, Rachel pun berkata dengan sikap sopan, "Baiklah. Kalau suatu hari nanti kamu membutuhkan bantuanku, silakan katakan saja langsung. Pak Caden tentu sangat sibuk, aku nggak akan mengganggumu lebih lama."

Setelah selesai berbicara, Rachel mengangguk pelan, lalu kembali masuk ke dalam.

Kemudian, Caden membalikkan badan, berdiri di samping mobil, sambil matanya terus menatap punggung gadis itu sampai menghilang di balik pintu.

Di sampingnya, asisten Caden, Trey, berkata dengan penuh hormat.

"Selamat, Bos. Setelah delapan tahun penantian, akhirnya kamu bisa kembali dan bertemu dengan orang yang selalu kamu pikirkan."

Di mata Caden ada kilatan cahaya kelam. Suaranya terdengar serak.

"Tapi ... dia sudah melupakanku ...."

Trey membuka mulut, tetapi akhirnya menutupnya lagi. Selain merasa iba pada bos-nya, dia tidak tahu harus berkata apa.

Caden lalu tersenyum simpul.

"Nggak masalah, masih ada banyak waktu. Ayo pergi."

"Baik, Bos."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 100

    Caden melirik Gavin sekilas, lalu berkata."Masuk."Rachel membuka pintu dengan santai. Begitu melangkah masuk, dia langsung melihat Gavin yang berdiri di depan.Kening Rachel berkerut. 'Kenapa dia ada di sini?' pikir Rachel.Ketika Gavin melihat Rachel, dia langsung menunjukkan senyuman."Rachel."Saat mendengar Gavin memanggil, mata dingin Caden menyipit tajam.Sikap formal Gavin tadi langsung berubah. Dia tersenyum dengan hangat, lalu menjelaskan, "Aku datang menemui pamanku untuk menyerahkan laporan keuangan."Rachel perlahan melangkah maju, menanggapinya dengan dingin, tanpa mengatakan apa-apa.Gavin sama sekali tidak tersinggung. Dia malah melanjutkan dengan nada lembut, "Terima kasih atas kesempatan yang kamu perjuangkan untukku. Aku pasti akan berusaha keras, nggak akan mengecewakanmu."Rachel menatapnya dengan tatapan tegas. "Sudah aku katakan kalau aku menyelamatkanmu demi Pak Randy yang sudah tua. Aku nggak ingin dia merasa terkejut. Ini nggak ada hubungannya denganmu secara

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 99

    Pria itu memperhatikannya dengan cermat sambil bertanya, "Benarkah?"Rachel yang akhirnya benar-benar pulih, langsung menjawab, "Uhuk, uhuk .... Ya."Caden masih merasa khawatir. Tanpa sadar, dia mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk punggung Rachel dengan lembut.Awalnya Rachel tidak merasa ada yang aneh. Dia sudah terbiasa dengan kontak fisik seperti itu. Namun, ketika dia akhirnya menyadari situasinya, dia melihat semua orang di bawah podium menatap dirinya dan Caden dengan tatapan tertegun.Baru pada saat itulah Rachel menyadari betapa intimnya gestur ini. Dia segera mundur beberapa langkah dengan canggung.Caden sama sekali tidak peduli. Matanya hanya menatap Rachel dengan khawatir."Apa kamu benar-benar sudah baikan?" tanya Caden.Rachel jelas melihat kilatan penuh gosip di mata setiap orang yang ada di bawah podium. Dia tersenyum canggung, lalu berbicara melalui giginya yang terkatup."Aku benar-benar sudah baikan. Pak Caden, bisakah kamu kembali ke tempat dudukmu?"Setelah mel

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 98

    Keesokan harinya.Di kantor pusat Grup Finston.Trey menunggu di lobi seperti biasa. Ketika melihat Rachel dan tim dari Akademi Kedokteran tiba, dia melangkah maju, menyambut dengan hormat, "Selamat pagi, Nona Rachel. Pak Caden sudah menunggumu."Rachel mengangguk pelan. "Baiklah. Kami sudah menyiapkan semua dokumennya, juga siap memulai pertemuan segera.""Baiklah, silakan ikuti aku," balas Trey.Saat mengikuti Trey naik ke lantai atas, mereka bisa mendengar dengan jelas suara pelan karyawan Grup Finston di sepanjang jalan."Aku dengar Pak Caden sudah menunggu di ruang rapat bersama para manajer departemen. Ini pertama kalinya dalam sejarah Pak Caden menunggu orang lain untuk rapat. Sungguh pemandangan yang langka!"Begitu mendengar kalimat itu, jantung Rachel berdetak sedikit lebih kencang.Di ruang rapat lantai teratas.Ketika Rachel dan tim Akademi Kedokteran membuka pintu untuk melangkah masuk, mereka langsung melihat Caden duduk di posisi utama.Pria itu mengenakan setelan hitam.

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 97

    Wajah Ivana tampak menegang. "Bukankah Gavin anak dari Keluarga Finston? Cepat atau lambat, dia akan ....""Gavin akan dikeluarkan dari Keluarga Finston karena pernikahannya dengan Yasmin. Dia nggak akan lama menjadi bagian Keluarga Finston," potong Caden.Wajah Ivana dan Yasmin langsung membeku.Mereka tidak menyangka Caden akan berbicara dengan begitu kejam.Caden melanjutkan dengan nada dingin, "Karena pernikahan ini didapatkan dengan cara rendahan seperti itu, kalian harus siap menerima semua konsekuensinya. Itu pantas kalian dapatkan."Wajah Yasmin tampak makin pucat ketika mendengar kata-kata ini.Caden melangkah maju, sementara tatapannya hanya melembut saat memandang Rachel."Aku masih ada urusan yang perlu aku selesaikan. Aku akan pergi dulu," ujar Caden.Rachel mengangguk pelan. "Baiklah."Yasmin mengepalkan tangan hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya. Melihat sosok Caden dan Rachel berdiri bersama, amarah di hatinya menjadi makin membara.Dia tidak bisa menerimanya,

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 96

    Rachel melihat ponselnya, tiba-tiba teringat akan kata-kata Trey. Dia bilang akan menemani Caden untuk melakukan inspeksi toko, jadi Caden seharusnya berada di sini.Rachel tanpa sadar langsung berbalik, lalu berjalan keluar.Di dalam mal, langkahnya agak tergesa-gesa. Begitu keluar tidak jauh, dia langsung melihat seorang pria yang berdiri beberapa meter di depannya.Itu adalah Caden.Trey serta beberapa staf manajemen mal tampak berdiri di belakangnya. Ketika melihat kehadiran Rachel, langkah Caden terhenti.Rachel seketika menghentikan langkahnya. Di sekitarnya ada banyak orang, sepertinya pria itu sedang sibuk. Rachel tidak tahu apakah sebaiknya mendekat atau tidak.Kemudian, Caden mengatakan sesuatu dengan suara rendah. Trey mengangguk penuh hormat, lalu pergi bersama orang-orang itu.Setelah itu, pria itu melangkahkan kakinya yang panjang, berjalan ke arahnya.Rachel mengerucutkan bibir merahnya, sementara jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Begitu sampai di depan Rach

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 95

    Rachel dan Sonya sama-sama mengerutkan dahi. Suara Yasmin yang penuh kemenangan terdengar, "Maaf, Kak. Kebetulan aku tertarik dengan yang ini."Rachel menyipitkan mata sambil menatapnya.Yasmin sengaja berkata, "Aku masuk toko ini lebih dulu, jadi kalau aku mengatakan aku tertarik, itu sah-sah saja, 'kan? Kakak nggak akan merebutnya dariku, 'kan?"Dia sengaja ingin membuat Rachel marah, bahkan menatapnya dengan tatapan penuh tantangan.Sonya langsung naik pitam. Baru saja dia akan maju untuk berdebat, tetapi Rachel sudah menahannya."Lupakan saja. Ayo kita lihat yang lainnya.""Rachel!"Melihat keteguhan di mata Rachel, Sonya hanya bisa melotot sekali lagi sebelum melanjutkan melihat pakaian lain dengan Rachel.Yasmin berdiri di tempatnya, wajahnya tampak makin puas.Setelah beberapa saat, Rachel melihat pakaian lainnya. "Yang ini juga bagus. Bagaimana kalau ...."Yasmin segera muncul di belakangnya, langsung berkata, "Pelayan, aku juga mau yang ini."Rachel menatapnya dengan tatapan d

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 94

    Rachel sebenarnya ingin menghindari mereka agar tidak mendapat masalah, tetapi Sonya langsung menarik tangannya."Yasmin pikir dia itu siapa? Berani-beraninya dia mengganggu acara belanja kita! Ayo, kita masuk dengan percaya diri!" ujar Sonya.Begitu melangkah masuk, mereka langsung mendengar suara Yasmin."Bu? Menurutmu yang ini bagaimana? Aku rasa aku akan terlihat cantik memakainya."Ivana berkata, "Ini memang bagus, tapi toko ini hanya menjual model peragaan busana serta barang kustom. Harganya nggak murah. Kamu juga sudah membeli beberapa di tempat lain, uang kita ...."Yasmin tidak peduli. "Bu, bukannya ini hanya sejumlah kecil uang? Dalam beberapa hari ini, aku akan meminta kartu hitam dari Gavin. Nanti, aku bisa berbelanja dengan sesuka hati."Ivana langsung tersenyum lebar ketika memikirkan ini. Dia berujar, "Putriku memang patut dibanggakan!"Ketika mereka berbalik, mereka melihat Rachel dan Sonya.Mata Yasmin langsung berkilat dengan kebencian ketika melihat keduanya.Dia me

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 93

    Camila merasa sangat gembira mendengar ini. "Baguslah. Kalau begitu, aku akan segera memberi tahu departemen terkait waktu konferensi peluncuran obat baru."Rachel tersenyum tanpa daya, lalu berjalan kembali ke laboratorium.Sore harinya, ketika Rachel baru saja bersiap meninggalkan laboratorium, Camila datang menghampirinya."Rachel, waktu konferensi peluncuran obat baru sudah diberitahukan. Peluncurannya akan dilakukan pada hari Senin minggu depan," kata Camila.Rachel mengangguk. "Baiklah."Camila melanjutkan, "Oh ya, besok kamu harus memimpin tim Akademi Kedokteran untuk mengunjungi Grup Finston."Rachel terkejut. Setelah mendengar kata-kata Grup Finston, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Selama seminggu ini, Rachel belum bertemu dengan Caden karena kesibukannya. Yang lebih penting, Rachel menduga bahwa Caden mungkin masih marah padanya karena kejadian terakhir kalinya. Jadi, Rachel juga tidak punya keberanian untuk mencarinya.Dia hanya sempat menyerahkan obat untuk mengg

  • Mendapatkan Cinta Sang Taipan   Bab 92

    Gavin melirik ke arahnya sambil bertanya, "Apakah kamu sudah tahu sejak awal kalau kamu sedang hamil?"Yasmin sedikit menggigit bibirnya. "Awalnya aku ingin mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu, tapi Rachel si wanita jalang itu nggak melepaskanku. Jadi, aku terpaksa memberitahumu tentang hal ini di kantor polisi.""Terpaksa?" Gavin tersenyum sinis. "Ini adalah alat tawar menawar untukmu, 'kan? Kamu tahu kalau kamu sedang hamil, lalu memberitahuku dan ayahku untuk membebaskanmu. Kalau kami menolak, kamu pasti akan membuat masalah besar dengan anak ini."Yasmin mengerjapkan matanya dengan polos, lalu membalas, "Bagaimana bisa kamu salah paham sampai seperti ini? Aku hanya ingin berbagi kabar gembira denganmu kalau kita akan memiliki anak yang lucu. Tentu saja, kalau Keluarga Finston nggak mau mengakuinya, aku terpaksa mencari keadilan untuk kami berdua. Paman Mario selalu mementingkan reputasi. Saat ini kamu juga nggak bisa menghadapi skandal lainnya lagi. Bukankah saham kantor c

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status