Share

8. Hilang Kabar

“Untuk apa aku berbohong?” Leonel berucap dengan serius. Ia tidak tampak seperti orang yang tengah menutupi sesuatu. Sebab, ia memang berpikir seperti itu.

Robin menghela napas dengan kasar. Percaya begitu saja dengan ucapan putranya. Sebab, lelaki itu tidak terlihat seperti orang yang telah berbohong. Terlebih ia bisa melihat noda lipstick di kemeja Leonel. Berpikir jika itu bekas kecupan Airin. Itu artinya tidak terjadi apa-apa di antara keduanya.

***

Motor butut itu melaju dengan lambat. Sang pengendara menatap ke kiri dan kanan, mencari lahan rumput untuk makanan ternak. Ia baru saja mendapat info dari temannya jika rumput di sana sangat segar. Ketika menemukan padang rumput, ia menghentikan motornya dan turun dari kendaraan roda dua. Lelaki berkulit gelap itu membawa sabetan yang biasa ia gunakan untuk mengambil rumput.

Ketika tengah sibuk menyabet, ia dikejutkan dengan sosok seorang wanita di sana. Awalnya ia berpikir jika itu hanya manekin rusak, sebab kulit Airin benar-benar bening dan cantiknya tidak manusiawi. Namun, ketika mendekat untuk memeriksa, lelaki itu baru menyadari jika ia telah menemukan sesosok jasad.

“Astaga!” Lelaki itu cukup panik dan terkejut. Apalagi tubuh Airin polos tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya. Dengan kondisi seperti itu, sang penemu yakin jika wanita itu adalah korban pemerkosaan dan pembunuhan. Setelah menutupi tubuh Airin dengan rumput, bergegas lelaki itu melaporkan penemuannya ke kantor polisi.

Beberapa saat kemudian, polisi mendatangi tempat kejadian perkara. Ada ambulance yang ikut dibawa ke sana. Juga petugas kesehatan untuk memeriksa kondisi Airin.

Beberapa orang penasaran ingin tahu apa yang terjadi. Tempat itu mulai ramai.

“Dia masih hidup!” Petugas itu berucap setelah ia memeriksa detak jantung Airin yang begitu lemah.

“Cepat bawa ke rumah sakit!” Dengan cepat, tubuh polos Airin ditutupi dengan jaket salah satu petugas. Wanita itu diangkat masuk ke ambulance, lalu dilarikan ke rumah sakit.

“Dengan kondisi seperti ini, mustahil dia bisa bertahan. Apalagi semalaman tidak mengenakan pakaian di hawa dingin malam. Sebuah mukjizat jika dia bisa selamat.”

“Rahangnya bergeser! Sepertinya dia dihantam sangat kuat.”

“Perutnya bengkak dan biru lebam, sepertinya ada luka dalam yang cukup parah.”

“Kasian sekali. Pelakunya pasti  lebih dari satu orang.”

Petugas kepolisian mulai menyelidiki apa yang terjadi. Lelaki yang menemukan Airin ditanyai banyak hal untuk dimintai sebagai saksi. Namun, tidak ada keterangan apa pun yang bisa ia berikan, sebab ia sedang mengambil rumput ketika ia menemukan wanita itu.

Pakaian Airin ditemukan di sana. tampak dressnya telah kotor dan koyak. Sementara pekaian dalamnya entah hilang ke mana. Tidak ada identitas sama sekali, membuat polisi sedikit kesulitan untuk mengabari keluarga korban.

Airin langsung mendapat pertolongan ketika ia tiba di rumah sakit. Beberapa petugas yang sedang tidak bertugas, bahkan dipanggil untuk masuk demi Airin. Sebab, kondisinya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Di sekujur tubuhnya mendapat luka yang begitu parah.

Alex yang sedang koas di sana, mengenali kakak iparnya. Ia cukup terkejut ketika pasien itu masuk. Setelah tubuh Airin dibersihkan dari cairan kencing dan sperma, Alex semakin yakin jika itu istri dari kakaknya. Lelaki itu benar-benar syok. Ia tidak bisa bermain ponsel sekarang untuk menghubungi Robin, sebab ia harus membantu para dokter untuk mengurus Airin.

Petugas kepolisian mendatangi rumah sakit untuk bertanya lebih lanjut tentang Airin. Foto Airin diambil beberapa kali, akan berguna untuk disebar ke publik, barangkali ada yang mengenali wajahnya.

“Dia kakak ipar saya.” Alex berucap dengan mata berkaca-kaca. Suaranya bergetar ketika petugas kepolisian berusaha mencari keluarga Airin.

“Kau yakin?” Petugas itu bertanya memastikan.

“Boleh saya mengambil ponsel?” Alex bertanya pada para dokter.

Alex segera berlari mencari ponselnya setelah diberi izin. Ia datang dengan tangis yang tidak  bisa ditahan. Menunjukkan foto Airin pada petugas kepolisian. Setelah diperhatikan secara saksama, korban dengan wanita yang ada di foto memang memiliki kemiripan.

“Dia kakak iparmu? Itu artinya dia sudah menikah?” Polisi menanyai Alex.

Alex mengangguk. “Dia istri abangku. Apa yang terjadi padanya? Mengapa kondisinya sangat mengenaskan seperti ini?” Alex meminta penjelasan.

“Dia ditemukan oleh peternak yang sedang mencari rumput. Sepertinya dia korban pemerkosaan dan pembunuhan. Pelaku pasti mengira dia sudah mati, sehingga meninggalkannya begitu saja.”

“Ya Tuhan.” Alex tampak frustrasi.

Mengapa itu bisa terjadi?

Di mana Leonel berada ketika Airin membutuhkannya?

Ada banyak tanya yang menguasai otak lelaki itu. Ia tidak menyangka jika Airin yang begitu ia puja akan berakhir dengan kondisi seperti ini. Di mana tanggung jawab Leonel sebagai suaminya, sehingga tidak bisa menjaga istrinya?

“Saya akan menghubungi keluarganya.” Alex berucap dengan suara serak.

Leonel dihubungi beberapa kali oleh Alex, tapi panggilan langsung ditolak ole abangnya itu.

“Ck!” Alex berdecak dengan kesal. Leonel benar-benar keterlaluan. Ia bahkan tidak bisa dihubungi dalam kondisi seperti ini.

Alex beralih menghubungi Robin. Robin langsung menerima di panggilan pertama.

“Papa!” Alex terdengar begtu histeris ketika menghubungi ayahnya.

“Apa yang terjadi? Mengapa kau menangis?” Robin bertanya dengan kening berkerut. Merasa bingung, sebab Alex bukan tipe lelaki cengeng dan lemah. Wajar saja ia sangat heran ketika lelaki itu menghubunginya dalam kondisi menangis.

“Kau membuat masalah di kampus?”

“Kak Airin—”

“Mengapa dengan Airin?” Robin mulai khawatir. Sebab, hingga siang ini Airin tidak kunjung kembali dari rumah orangtuanya.

“Papa cepat datang ke sini, Kak Airin sedang kritis.”

“Kritis bagaimana? Apa maksudmu?” Robin dibuat sangat panik mendengar ucapan putra bungsunya.

“Papa datang saja, cepat! Lihat kondisinya sekarang. Aku tidak bisa menjelaskan karena kondisinya benar-benar parah. Mustahil dia bisa selamat dengan kondisi seperti ini. Rahangnya bergeser, beberapa tulangnya patah, organ dalamnya rusak. Detak jantungnya sangat lemah. Aku tidak yakin dia bisa bertahan.” Alex berucap dengan begitu emosional.

“Ya Tuhan, apa yang sudah terjadi?” Robin hampir terkena serangan jantung karena sangat terkejut mendengar kabar yang menimpa sang menantu kesayangan. Ia mencintai Airin lebih dari seorang mertua terhadap menantu, melainkan seperti seorang pria yang mencintai wanita pujaannya. “Dia dirawat di rumah sakit tempatmu praktek? Papa akan segera ke sana.” Robin mematikan sambungan, lalu bergegas melaju menuju rumah sakit secepat yang ia bisa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status