ホーム / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 1. Bos Anda sangat menyeramkan

共有

Mengandung Benih CEO
Mengandung Benih CEO
作者: My_ndrati

Bab. 1. Bos Anda sangat menyeramkan

作者: My_ndrati
last update 最終更新日: 2024-03-27 21:55:00

Sore hari, mobil Arsenio tiba-tiba harus mencium pohon kersen. Dia membanting stir ke kanan demi menghindari tabrakan lebih parah. Dia lalu turun dari mobil dan menghampiri orang yang menabrak mobil dia.

"Berengsek! Bisa bawa motor tidak sih?" Arsenio menatap tajam mata Adelia.

"Maafkan saya, saya tidak sengaja." Adelia mengangkat kedua tangannya memohon lalu memperhatikan mobil Arsenio. "Ya ampun mobilnya rusak parah lagi," batin Adelia.

"Aku tidak peduli kamu sengaja atau tidak! Lihat mobil depanku, kamu harus mengganti kerusakannya!" marah Arsenio.

"Iya, pasti saya ganti, tapi jangan hari ini saya benar-benar tidak ada uang." Adelia memelas kepada Arsenio.

Arsenio menyunggingkan senyumnya setelah mendengar ucapan Adelia. "Kapan kalau bukan hari ini? Waktuku sangat berharga, aku tidak mau buang-buang waktu berurusan dengan orang tidak penting macam kamu!" desis Arsenio lalu merogoh dompet di saku jas dan mengambil Kartu nama, "aku kasih waktu sampai besok, kamu harus bisa menggantinya." Arsenio menyerahkan kartu nama kepada Adelia.

Adelia membelalakkan matanya. "Besok ...."

"Pokoknya aku tidak mau tahu. Besok kamu harus bisa menggantinya!" Arsenio memotong ucapan Adelia. "Besok uang dua puluh juta harus ada. Mobil mewah ini bukan mobil biasa. Perbaikannya tidak main-main. Hanya orang-orang penting dan berduit tebal yang mempunyai mobil ini," desis Arsenio.

Adelia hanya bisa menelan salivanya sendiri setelah mendengar ucapan Arsenio.

***

Malam hari, Adelia sedang berada di kamarnya. "Bagaimana ini? Tidak ada yang punya uang segitu. Pinjam ke Bu Tari tidak mungkin aku masih punya hutang. Itu pun dipotong tiap bulan. Bilang sama ibu juga tidak mungkin, ibu jangan sampai tahu masalah ini," monolog Adelia.

***

Keesokan hari, Adelia sudah berada di perusahaan Arsenio. Dia sudah duduk di sofa. Begitu pun dengan sang CEO, dia ditemani asisten pribadinya bernama Bagas.

Arsenio mengerutkan keningnya memperhatikan Adelia. "kenapa diam saja? Kamu datang ke sini untuk membayar kerusakan mobilku 'kan? Jangan buang-buang waktu setengah jam lagi aku akan rapat." Arsenio melihat jam tangannya.

"Iya, maaf, Pak Arsenio. Saya ... saya hanya punya uang dua juta saja. Nanti separuhnya saya cicil." Adelia menatap Arsenio lalu menundukkan wajahnya.

Arsenio menyunggingkan senyum setelah mendengar ucapan Adelia. "Makanya bawa motor yang benar!" ketus Arsenio, "dan aku tidak mau menerima uang dua juta dari kamu. Aku hanya ingin uang dua puluh juta dari kamu! Kurang satu peser pun aku tidak akan mau menerimanya. Mengerti kamu!" desis Arsenio.

Adelia pun bingung sendiri setelah mendengar ucapan Arsenio, dia berpikir sejenak lalu berbicara kepada sang CEO. "Tolong kasih saya waktu. Saya akan mencarinya dalam seminggu ini," pinta Adelia.

"Seminggu kamu bilang? Kamu mau mempermainkanku!" bentak Arsenio.

"Tidak kok. Siapa yang mau mempermainkan Anda," sahut Adelia, "Saya hanya butuh waktu karena buat saya uang segitu sangatlah besar."

"Apa jaminannya kalau dalam seminggu kamu tidak bisa mendapatkan uang dua puluh juta?" tantang Arsenio.

"Emm ... Pak Arsenio boleh melakukan apa saja kepada saya," kata Adelia.

Setelah Arsenio mendengar ucapan Adelia, dia langsung memperhatikan Adelia secara intens. Dia lalu menoleh kepada Bagas yang duduk di sampingnya sambil tersenyum miring.

"Asisten Bagas kamu saksi kalau dia akan melakukan apa saja. Jika dia tidak bisa membayar tepat pada waktunya," ucap Arsenio.

"Iya, Pak Arsenio," Sahut Bagas.

Adelia merasa bingung melihat Arsenio seperti itu. Dia memperhatikan Arsenio lalu kepada Bagas.

"Gawat, sepertinya aku salah bicara," batin Adelia.

"Melakukan apa saja? Kamu tidak takut aku minta macam-macam sama kamu karena kamu bilang apa saja," tanya Arsenio.

"Iya, Pak. Tapi bukan melayani dalam hal ranjang. Yang lain saya akan melakukannya saya berjanji. Asalkan bukan masalah tidur bersama," urai Adelia.

Arsenio menyunggingkan senyumnya setelah mendengar ucapan adelia. "Kepedean sekali kamu mengatakan hal itu. Lagian siapa yang mau tidur denganmu? Jangan sok, kepedean jadi perempuan. Aku pun tidak berminat tidur denganmu dan aku sedikit pun tidak tertarik denganmu," decit Arsenio,

"Baguslah," gumam Adelia lalu menunduk.

"Apa kamu bilang? Kamu bicara apa barusan?"

"Tidak, Pak, saya tidak bicara apa-apa," kelit Adelia.

***

Adelia sedang berada di tempat kerjanya. Dia sedang membungkus pakaian yang sudah dipesan oleh pembeli sambil melamun. Dia bekerja di toko online milik Bu Tari.

"Hei, Adelia, kamu malah melamun lagi." Mita menyenggol badan Adelia. "Kamu belum dapat uang sebanyak itu?" tanya Mita.

"Aku bingung harus cari ke mana lagi. Ini saja aku sudah malu pinjam sama teman-temanku termasuk kamu. Walaupun aku sekarang bisa pinjam lagi ke Bu Tari, tapi aku tidak mungkin pinjam uang sebanyak itu. Aku harus pinjam ke mana lagi?" urai Adelia lalu memajukan bibirnya.

"Sorry ya, Del, aku tidak bisa bantu kamu." Mita merasa tidak enak.

"Sudah tidak apa-apa. Aku kesal saja sama CEO itu. Dasar tuh, CEO sialan! Dia benar-benar tidak mau dicicil. Wajah saja tampan, tapi gayanya amit-amit," umpat Adelia.

***

Seminggu berlalu saatnya Adelia bertemu Arsenio. Mereka janjian di cafe di jam makan siang.

"Ternyata Pak Arsenio belum datang." Adelia melihat jam tangannya.

Adelia kemudian duduk di kursi kosong. Dia sudah bingung sendiri, bagaimana akan menjelaskan kepada Arsenio. Tidak lama kemudian Bagas datang menghampiri Adelia.

"Asisten Bagas! Emm, Pak Arsenionya ke mana?" Adelia merasa bingung karena yang datang asisten pribadi Arsenio.

"Maaf, Nona, Pak Arsenionya sedang ada keperluan. Jadi saya yang mewakili Pak Arsenio," jawab Bagas lalu duduk di kursi bersebrangan dengan Adelia.

"Bagus deh," celetuk Adelia.

"Kenapa Anda senang sekali tidak bertemu dengan bos saya?" tanya Bagas.

"Bos Anda sangat menyeramkan."

"Makanya, Anda jangan sekali-kali berurusan dengan Pak Arsenio. Apa lagi kesalahan Anda fatal karena telah merusak mobil kesayangan Pak Arsenio," timpal Bagas, "Ya sudah langsung ke pokok permasalahan. Mana uangnya?" lanjut Bagas.

"Em, maafkan saya, asisten Bagas. Saya tidak bisa melunasi semuanya. Saya cuma punya uang tujuh juta saja," kata Adelia.

"Kamu, 'kan bilangnya hari ini akan dilunasi. Kenapa tidak tepat waktu? Anda jangan mempermainkan Pak Arsenio," ucap Bagas.

"Saya tidak mempermainkan Pak Arsenio. Saya sudah berusaha, tapi tetap saja saya tidak bisa mengumpulkan uang sebanyak itu," keluh Adelia.

"Oke, karena Anda tidak bisa menepati janji dan Anda pernah mengatakan Anda akan melakukan apa saja untuk Pak Arsenio. Jadi Anda tidak akan bisa menolak permintaan Pak Arsenio. Camkan itu!"

"Iya ... iya." Adelia menjawab terbata.

"Ada pilihan lain jika Anda tidak bisa melunasinya. Hutang Anda akan dianggap lunas, asalkan Anda bersedia menikah kontrak dengan Pak Arsenio!"

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
Ulyana
Wah Adelia dapat durian runtuh diajakin nikah sama CEO tamvan
goodnovel comment avatar
Fika R
musibah apa berkah bisa nikah sama CEO Adelia, wkwk
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 57. Mama sudah buat malu

    Adelia langsung memperhatikan Arsenio yang sudah berada di hadapannya. "Ada apa?" bingung Arsenio. "Papa bawa apa?" Giovanni tiba-tiba bertanya kepada Arsenio. "Ini, Papa bawa oleh-oleh buat kalian." Arsenio menyerahkan papper bag kepada Gio. "Makasih, Pa." Giovanni langsung membukanya. "Iya, Sayang," jawab Arsenio lalu menoleh kepada Adelia yang masih terpaku memperhatikannya. "Kita akan menikah. Jadi tidak apa-apa Gio memanggilku seperti itu." "Tapi kita belum menikah." Adelia memelankan suaranya. "Tapi aku ayahnya," bisik Arsenio kepada kuping Adelia. Adelia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Arsenio sudah begitu. *** Bu Martha dan Vlora sedang duduk di kursi taman belakang. "besok kita harus pulang, Vlora,

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 56. Seandainya Om Arsen jadi Papamu

    Arsenio sedang berdiam diri balkon. Dia menatap langit malam. "Kenapa tiba-tiba aku teringat Adelia?" monolog Arsenio lalu melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Singapura. "Di Jakarta masih pukul sembilan. Aku harap Adelia belum tidur." Arsenio mengambil benda pipih yang tersimpan di atas meja kemudian menghubungi Adelia. Sementara Adelia. Dia baru saja akan memejamkan matanya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Dia kemudian mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. "Arsen!" ucap Adelia dan tanpa sadar dia tersenyum lalu mengangkatnya, "Hallo, Arsen. Ada apa?" tanya Adelia. "Hallo, Adelia. Aku tidak mengganggumu, 'kan? Maaf malam-malam begini aku menghubungimu," kata Arsenio. "Iya. Tidak apa-apa kok, Arsen. Kebetulan aku belum tidur."

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 55. Kamu tolak keinginan anak Tante!

    Adelia langsung membelalakkan matanya ketika melihat Bu Martha tiba-tiba masuk ke ruangannya. Begitu pula dengan Bu Wulan."Saya boleh duduk, 'kan?" Bu Martha langsung duduk di sofa. "Silakan, Tante." Adelia menatap Bu Martha dengan penuh pertanyaan. "Oh, iya, Tante. Perkenalkan ini ibu saya." Adelia menoleh kepada sang bunda. Bu Wulan langsung menundukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Bu Martha. Bu Martha pun membalas menundukkan kepalanya kepada Bu Wulan dengan wajah angkuhnya. "Adel. Ibu keluar dulu, ya." Bu Wulan menghampiri Adelia lalu menoleh kepada Bu Martha. "Silakan berbicara dengan anak saya," ucap Bu Wulan lalu meninggalkan mereka berdua. "Ada apa, Tante?" tanya Adelia setelah sang bunda sudah tidak terlihat lalu duduk di sofa besebrangangan dengan Bu Martha. "Kamu mencintai anak Tante?" tanya Bu Martha tanpa basa-basi, "kamu jangan coba-coba menggoda anak Tante!" lanjut Bu Martha. "Memangnya kenapa

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status