Share

Mengandung Benih Salah Sasaran
Mengandung Benih Salah Sasaran
Author: Anita

Hasil Pemeriksaan

“Maaf, Mbak Erlin. Anda dinyatakan positif hamil.”

“Apa? Saya hamil? Bagaimana itu mungkin?”

Penjelasan dokter benar-benar membuat Erlin terkejut. Sejujurnya dia juga bingung karena mendapatkan panggilan tiba-tiba dari pihak rumah sakit dan diminta untuk datang. Erlin hanya menurut dan berpikir itu ada kaitannya dengan kondisi kesehatannya yang sempat memeriksakan diri di sana beberapa waktu yang lalu.

Namun dia sangat tidak menyangka bahwa dokter akan menyatakan hasil pemeriksaan yang begitu mengejutkan. Waktu itu Erlin memeriksakan diri dan berkonsultasi terkait jadwal menstruasinya yang tidak teratur. Tapi itu bukan alasan dia lantas dinyatakan hamil. Erlin tidak percaya karena dia tahu benar dirinya tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan pria mana pun termasuk dengan kekasihnya sendiri yang bernama Ervan.

“Dokter tolong ya jangan bercanda. Apa maksud semua ini? Saya tiba-tiba dipanggil untuk datang, diperiksa, lalu dinyatakan hamil? Apa petugas medis masih sempat membuat lelucon?” kata Erlin merasa aneh.

“Begini, Mbak Erlin. Sebenarnya ada sedikit masalah yang harus kami sampaikan dan mungkin Mbak Erlin tidak akan senang mendengarnya,” ujar dokter perempuan bernama Nuri itu.

“Masalah apa, Dok?” tanya Erlin.

“Sebelumnya saya dan beberapa dokter yang terlibat ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya pada Mbak Erlin. Terjadi kesalahan besar yang dilakukan salah satu dokter di rumah sakit ini sewaktu menangani Mbak Erlin. Dokter itu melakukan proses inseminasi buatan pada orang yang salah dan korbannya adalah Mbak Erlin,” kata Dokter Nuri berusaha menyampaikan dengan nada halus dan seramah mungkin. Dia sadar apa yang akan dia sampaikan tidak akan mudah diterima oleh lawan bicaranya.

“Maksud dokter apa sih? Saya tidak mengerti,” keluh Erlin tidak mampu memahami informasinya secara utuh.

“Seperti yang sudah saya katakan tadi. Mbak Erlin sekarang sedang mengandung.”

“Dokter, jadwal menstruasi saya memang tidak teratur. Tapi saya tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan pria mana pun. Jadi mana mungkin saya bisa hamil? Mau dapat benih dari mana coba? Dokter pasti salah diagnosa,” balas Erlin tetap teguh dengan keyakinannya sendiri.

"Jadi begini, Mbak. Memang ada beberapa alternatif cara yang bisa dipakai untuk membantu kehamilan tanpa melalui hubungan seksual. Ada yang namanya inseminasi buatan. Ini biasa digunakan untuk membantu pasutri yang kesulitan memiliki keturunan dengan cara normal," jelas dokter.

“Rumah sakit kami menyediakan layanan itu. Beberapa waktu lalu ada seseorang yang ingin menjalani program inseminasi buatan. Seharusnya kami melakukan injeksi sel sperma pada perempuan itu tapi ternyata terjadi kesalahan sehingga prosesnya terjadi pada Mbak Erlin. Mbak Erlin hamil karena menjadi korban inseminasi salah sasaran.”

“Apa?”

Istilah inseminasi buatan masih terdengar asing di telinga Erlin. Tapi sekarang dia ditampar oleh kenyataan bahwa dirinya hamil karena program itu. Erlin tak kuasa berkata-kata. Otaknya masih berusaha mencerna informasi berat yang tiba-tiba dia terima.

Erlin syok. Dokter Nuri pun bisa melihat ekspresi itu. Bagaimana tidak, Erlin masih berstatus sebagai mahasiswa semester lima jurusan Akuntansi di sebuah perguruan tinggi negeri.

Fakta kehamilan di luar nikah, sekalipun bukan terjadi karena hubungan terlarang, pasti akhirnya akan menciptakan banyak masalah. Masa depan Erlin terancam entah itu berkaitan dengan pendidikan atau hubungan percintaan.

Tangan Erlin bergetar meraba area perutnya yang masih rata. Rasanya seperti mimpi buruk membayangkan ada janin yang sedang tumbuh di rahimnya. Erlin tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya dan apa yang harus dia lakukan dengan kehamilan itu.

Erlin jelas tidak bisa menerima kehadirannya. Belum lagi memikirkan bagaimana respon orang tua dan masyarakat sekitarnya. Bagaimana pula nasib kisah asmaranya jika Ervan sampai tahu dia tengah berbadan dua.

Erlin memijat pelipis dan menyurai rambut panjangnya. Pertanda bahwa dia sedang sangat kalut. Dokter Nuri turut berempati dan memberikan segelas air agar pasiennya sedikit lebih tenang. Dokter Nuri kembali mengajukan permohonan maaf tapi Erlin bukan orang yang cukup sabar untuk menghadapi fakta pahit sebesar itu.

“Sudah cukup, Dok. Saya tidak butuh permintaan maaf dari dokter karena itu juga tidak bisa mengembalikan kondisi saya seperti semula,” ucap Erlin tegas. Dokter Nuri tidak tersinggung dan merasa kemarahan Erlin adalah sesuatu yang wajar.

“Saya tidak terima dengan semua ini. Saya merasa sangat dirugikan. Saya akan membuat tuntutan atas kesalahan dokter,” imbuh Erlin membuat Dokter Nuri tercengang.

“Maaf, Mbak. Tapi kamu tidak bisa membuat tuntutan atas Dokter Nuri,” ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba menimpali. Pandangan Erlin dan Dokter Nuri sama-sama teralihkan pada sosok yang baru masuk ke ruangan itu.  

“Dokter Antonio,” sapa Dokter Nuri. Sementara Erlin tidak mengenali laki-laki berjas putih itu.

“Jadi bagaimana hasilnya, Dokter Nuri?” tanya Dokter Antonio.

“Dia benar-benar sedang hamil,” jawab Dokter Nuri sedikit meringis. Eskpresi Dokter Antonio juga tak jauh berbeda. Sementara Erlin hanya melongo menyaksikan perbincangan kedua tenaga medis itu.

Setelah mengetahui hasil pemeriksaannya, Dokter Antonio mengambil alih untuk berbicara dengan Erlin. Dia menjelaskan bagaimana kesalahan inseminasi buatan itu bisa terjadi. Ternyata Dokter Antonio juga ikut andil dalam proses itu walau tidak secara langsung.

Dokter Antonio mengatakan bahwa bukan Dokter Nuri yang melakukan proses inseminasi itu pada Erlin. Itu sebabnya Erlin tidak bisa menuntut Dokter Nuri. Orang yang melakukan kesalahan utama sebenarnya adalah Dokter Raisa, dokter spesialis kandungan yang juga bertugas di rumah sakit itu.

Antonio tahu bagaimana watak Raisa dan Nuri. Nuri lebih ramah dan sabar. Itu sebabnya dia lebih memilih agar Nuri yang menjelaskan duduk perkaranya secara baik-baik pada pasien yang menjadi korban.

“Siapa pun pelakunya, saya tetap akan membuat tuntutan,” ujar Erlin tetap menunjukkan sikap tegas.

“Tolong, Mbak. Saya harap kita bisa membicarakan masalah ini dengan baik dan menyelesaikannya secara kekeluargaan. Lagi pula dengan membuat tuntutan juga tidak akan membuat kondisimu berubah,” bujuk Antonio.

Antonio juga mengerti bagaimana sulitnya menerima kehamilan yang tidak diinginkan. Antonio tahu mereka sudah melakukan kesalahan. Tapi tetap saja setiap orang yang bersalah masih mencari kesempatan untuk mencari aman.

Setelah mengetahui terjadi kesalahan dalam proses inseminasi buatan, Antonio selaku dokter yang bertanggung jawab langsung mencari siapa korbannya dan memanggilnya ke rumah sakit. Dia meminta bantuan Dokter Nuri untuk memastikan kondisi pasien untuk mengetahui akibat proses inseminasi itu. Ternyata benar korbannya dinyatakan hamil.

Antonio berusaha membujuk Erlin agar mau menempuh jalan damai. Dia tidak ingin sampai banyak orang tahu dan masalah itu didengar oleh pimpinan rumah sakit. Setidaknya ada tiga dokter yang bisa terseret jika masalah itu tersebar.

Tapi membujuk Erlin juga bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Membujuknya tidak sama seperti merayu anak kecil dengan memberikan permen.

“Ya kalau begitu sama saja. Memaafkan kalian juga tidak akan membuat saya tidak jadi hamil,” balas Erlin tak mau kalah. Mendengar hal itu, Antonio sempat menghembuskan napas berat agar tidak ikut terbawa emosi. Antonio berusaha tetap tenang menghadapi sikap Erlin dengan usianya yang memang masih muda dan mengedepankan ego.

“Tolong mengertilah bahwa masalah ini bisa beresiko besar pada pekerjaan kami. Jadi kami sangat mengharap kerja samanya,” pinta Antonio setengah memohon.

“Saya yang minta tolong agar kalian jangan egois mementingkan pekerjaan. Di sini nasib masa depan saya yang dipertaruhkan. Kuliah saya belum selesai, belum menikah tapi tiba-tiba dinyatakan hamil. Apa yang akan saya katakan pada orang-orang? Apalagi saya juga tidak tahu siapa ayahnya,” ujar Erlin menumpahkan sedikit kegundahan hati.

“Tapi saya tahu siapa ayah dari anak itu,” balas Antonio tak kalah membuat Erlin tercengang.

“Siapa orangnya?”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mia Harjoni
maaf thor, proses inseminasi buatan ga sesimple itu sampai bisa salah orang. sebelumnya pasti ada konsultasi2 berkala yg membuat dokter dan pasien kenal satu sama lain, aneh aja bs salah orang. tolong logikanya lebih di pikirkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status