Beranda / Romansa / Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan / Bab 03. Mulai Mencari Familiar

Share

Bab 03. Mulai Mencari Familiar

Penulis: RidaFa05
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-13 19:47:05

Bab 3

Sementara itu, di sebuah rumah mewah, di pusat kota.

"Kenapa sih, Mas selalu saja sibuk. Sekali-kali kek luangin waktu buat aku. Aku juga pengen menghabiskan waktu dengan Mas loh, aku bosan diam terus di rumah," ujar seorang wanita yang sedang bergelayut manja di lengan kekar sang suami yang tanpa sehelai benang.

Pria itu adalah Arnesh Aryawardhana, seorang pria berusia 32 tahun yang juga seorang Direktur Rumah Sakit dan Dokter umum. Dia bekerja di Rumah Sakit yang menjadi warisan keluarganya, dan diberikan kepadanya.

Arnesh melepaskan tubuhnya, saat Livya selalu manja padanya. Ia juga menjauhkan jari lentik si wanita yang bermain sensual di dadanya.

"Jangan manja, Liv. Kamu nggak lihat kalau aku selalu sibuk kerja? Kenapa pikiran kamu selalu saja kekanakan begitu!" timpal Arnesh, muak dengan tingkah laku Livya yang selalu memaksanya meluangkan waktu.

Ya, Livya Audrissa yang berusia 29 tahun adalah istrinya. Dia adalah wanita yang sudah dinikahi Arnesh sejak 4 tahun lamanya, atas dasar perjodohan.

Senyuman yang tercetak di bibir Livya perlahan memudar, kala melihat respons suaminya yang selalu kesal.

Selama menjalani biduk rumah tangga, Arnesh memang selalu bersikap acuh tak acuh padanya. Karena Livya tahu, bahwa Arnesh tidak mencintainya.

4 tahun ini, Livya selalu berusaha untuk membuat Arnesh luluh dan jatuh cinta padanya. Agar rumah tangga mereka tidak sedingin ini.

"Tapi Mas ... aku juga butuh waktu kamu lho. Aku pengen kayak temanku, selalu menghabiskan waktu bersama suaminya," ujar Livya, sorot matanya selalu sendu, jika sikap Arnesh dingin begitu.

Arnesh menatap datar, pada Livya yang langsung terdiam. Bungkam seribu bahasa.

"Kamu harus ingat, Liv. Aku menikahimu karena tidak mau membuat orang tuaku kecewa, tidak lebih dari itu," tegas Arnesh. Singkat, padat dan tentunya menusuk.

"Apa 4 tahun ini usahaku meluluhkan hatimu masih belum cukup, Mas?"

"Aku nggak menyuruh kamu berusaha, Liv. Itu keinginanmu sendiri, jadi jangan menyalahkanku ke hal yang nggak aku inginkan."

Setelah mengatakan itu, Arnesh meraih handuk untuk menutupi kemaluannya. Lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di dalam kamar mandi, Arnesh berendam di bath tub. Ia memejamkan mata, tiba-tiba bayangan pasien kemarin menghantui dirinya.

Pasalnya, pasien kemarin yang ia periksa, sangat familiar di matanya. Arnesh pun bingung, seperti pernah melihat, tapi dimana?

Sejak pertemuan dengan seorang gadis yang familiar, Arnesh jadi auk termenung di ruangan kerjanya. Dari perawakannya dia merasa jika pasiennya tadi seperti gadis yang waktu itu bersama dengannya di Hotel.

Hampir saja ia lupa dengan kejadian naas itu. Takdir malah menyeretnya untuk mengingatnya kembali. Pikiran Arnesh menjadi tidak tenang, berkali-kali dia memijat pangkal hidungnya, pusing.

Yang ada dipikiran Arnesh. Apa gadis itu baik-baik saja?

Ah, kenapa dia jadi kepikiran seperti ini. Ia jadi tak tega, jika memang pasien itu adalah gadis yang sudah ia nodai.

"Aish! Kenapa aku jadi memikirkan gadis itu? Apa pasien tadi hanya kebetulan mirip saja dengannya? Jika memang itu dia, harusnya dia meminta pertanggung jawaban kepadaku. Buktinya, pasien tadi bahkan tidak mengenaliku. Bisa jadi hanya mirip saja, bukankah manusia punya tujuh kembaran di bumi ini," gumamnya.

Gara-gara memikirkan gadis itu. Arnesh jadi tidak fokus saat bekerja. Dia jadi banyak melamun sampai seharian ini di ruangannya.

Sampai jam makan siang, dia tidak makan, mendadak tidak selera.

"Tapi ... bagaimana jika itu memang dia? Meski aku tidak mengenalnya, tetap saja aku harus bertanggung jawab. Aku harus mencari tahu."

Memikirkan ini membuat Arnesh pusing. Isi kepalanya hampir pecah menebak teka-teki yang tak tentu titik terang.

Jika memang dia yang selama ini dia cari. Arnesh merasa bersalah pada Livya, sudah memadu kasih selain dengan istrinya.

Tok ... tok ... tok ...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Arnesh, dia memejamkan matanya. Tidak lupa, mempersilahkan masuk.

"Dokter Arnesh kenapa? Saya lihat sedari tadi anda kebanyakan melamun, Dok," Dokter Aulia bertanya, sambil memberikan segelas jus pada atasannya.

"Ah, mungkin sedang banyak pikiran. Saya jadi tidak fokus hari ini. Dok, boleh saya bertanya?"

Rekan kerjanya itu mengangguk, lalu duduk setelah dipersilahkan.

"Tentu saja boleh. Anda ingin bertanya apa?" Dokter Aulia bertanya balik.

"Apa Dokter tahu bagaimana ciri-ciri wajah pasien yang anda periksa kemarin? Hmm ... maksud saya ... pasien yang saya kira hamil," jelas Arnesh.

Tentunya mengundang keheranan pada Dokter cantik tersebut. Alhasil, Dokter Aulia menggeleng. Pertanda tidak tahu.

“Pasien yang mana?” tanya Dokter Aulia.

“Yang saya beri rujukan untuk menemui Dokter Aulia karena sepertinya beliau sedang hamil muda,” jawab Arnesh cepat.

Dokter Aulia tampak berpikir sejenak. “Sepertinya tidak ada pasien rujukanmu yang masuk ke ruanganku kemarin.”

“Apa?”

“Tapi aku sempat melihat seorang pasien yang tampak menangis setelah dari ruanganmu.” Dokter Aulia menjelaskan.

“Bagaimana itu, Dokter?” Arnesh tambah penasaran, malah mendekatkan kursinya ke Dokter Aulia dengan wajah tegang.

"Pasien itu tidak membuka maskernya, jadi saya tidak tahu bagaimana rupanya. Tapi, saya lihat. Dia seperti blasteran. Bisa dilihat dari rambut dan warna kulitnya. Dan juga, gadis itu memiliki bola mata berwarna coklat," papar Dokter. Aulia. Menjelaskan sedikit yang ia tahu.

Jawaban dari Dokter Aulia, tentu saja membuat Arnesh bagaikan tersambar petir di siang bolong. Dia kelimpungan, tidak tahu harus berkata apa. Arnesh speechless beberapa saat.

'Gadis yang kunodai pun bermata coklat. Mungkinkah itu dia?' batin Arnesh, terus bergelut dengan pikirannya.

Sampai Dokter Aulia memicingkan mata. "Ada apa, Dok? Apa anda mengenal wanita itu?"

"T-tidak, Dok. Tetapi saya seperti pernah melihatnya. Entah di mana," alibinya, agar rekan kerjanya tidak curiga dengan apa yang sudah dia lakukan.

Jangan sampai, rahasia besar itu terbongkar. Bisa-bisa, ini menjadi masalah jika sampai bocor. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Membiarkan atau mencarinya?

"Saya merasa iba pada gadis tadi, Dok. Sebagai seorang wanita, tentu saja saya tidak tega. Sepertinya dia korban pelecehan, dari reaksinya saja dia seperti orang yang sangat tertekan."

Hati Arnesh jadi tersentil, dia tersindir dengan perkataan sahabatnya. Meski Dokter Aulia tidak bermaksud untuk menyindirnya.

"Sepertinya begitu. Apalagi zaman sekarang, pergaulan bebas dan tidak memilih pertemanan. Kasus seperti ini tentu saja bukan hal yang lumrah, kita sering mengetahui kasus yang sama."

"Yeah, semoga saja gadis itu diberikan kesabaran. Tidak mudah memang mempertahankan kehamilan di luar nikah, ada banyak konsekuensi yang harus dihadapi. Saya bahkan sering mendengar, kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menggugurkan, saking stressnya dengan kenyataan yang ada."

'Aku jadi merasa bersalah pada gadis itu. Dia mungkin terpukul, aku harus mencari tahu,' batin Arnesh.

Setelah dari ruangan Dokter Aulia, Arnesh langsung membuka laptop. Mencari data wanita yang kemarin sempat ia periksa. Ia ingat-ingat, nama yang disebutkan wanita itu.

"Dia bekerja di Grand Vacation Hotel?" gumam Arnesh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 80. (Ending)

    Livya terduduk di lantai, dia terus dimarahi oleh para tahanan lain karena terus menangis. Dia memeluk lututnya, menangisi takdir yang tak berpihak padanya.Ia ingin pulang dan keluar dari sini. Mama Venny datang untuk besuk, dia menghampiri Livya yang sedang duduk."Livya! Livya!" pekik mama Venny. Berhasil menyentak Livya yang sedang melamun.Livya yang tadinya duduk, buru-buru mendekat ke arah ibunya sambil memegang kedua tangannya. "Ma, tolong bantu aku keluar dari sini, Ma."Mama Venny tak bisa melakukan apapun sekarang. Bukti yang diberikan Arnesh sangat kuat."Nanti Mama pikirkan. Mama punya info penting Livya.""Info apa, Ma?""Soal Daniel."Mendengar nama Daniel disebut-sebut, Livya jadi mengharap sang kekasih datang dan membebaskannya."Ada apa soal Daniel, Ma?" Dengan cepat Livya bertanya."Daniel ... dia sudah menikah dengan perempuan lain, Livya," balas mama Venny.Deg! Tubuh Livya terbujur kaku. Ia berpegangan pada jeruji agar tubuhnya tidak limbung. Saraf-sarafnya tera

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 79.

    Satu minggu kemudian ....Setelah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, akhirnya Gladys diizinkan pulang selama proses pemulihan. Bayinya pun sehat setelah melakukan pemeriksaaan.Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa Gladys dan Arnesh akan pulang ke kediaman mama Linda. Arnesh juga memutuskan untuk menjual rumah yang dulu ia tempati bersama Livya."Angkat aja, Nak, bawa masuk ke kamar," kata mama Linda, memberitahu anaknya agar menggendong Gladys yang masih kesulitan jalan. Dia menggendong Jesslyn, bayi perempuan yang mirip sekali dengan putranya.Gladys digendong ala bridal, menuju salah satu kamar di lantai bawah."Nah, Gladys, ini rumah kami. Saya harap kamu nggak merasa sungkan di sini," kata mama Linda. Perlahan mulai menerima kehadiran anak dan menantunya."Iy-iya, Ma."Gladys mengangguk. Sejak kejadian Livya datang, ibu mertuanya jadi perhatian sampai sekarang. Apalagi wanita paruh baya itu selalu membantu menjaga Jesslyn."Kamu temani aja istrimu. Biar Mama yang

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 78.

    Arnesh terkekeh sinis, saat Daniel meminta Livya untuk dibebaskan. Padahal sudah bersalah, bukti pun sudah jelas. Dia tak mengindahkan keinginan Daniel, pengkhianat yang sudah menusuknya dari belakang.Arnesh bangkit dari kursi, mengabaikan Livya dan Daniel yang ada di hadapannya. Sementara mama Venny, wanita paruh baya itu bingung mau bagaimana."Gila saja membebaskan orang yang sudah terbukti bersalah. Lanjutkan prosesnya, Pak, biarkan Livya menjalani hukumannya," ujar Arnesh berlalu bergitu saja, meninggalkan para dua pengkhianat itu.Mulai sekarang, Arnesh tidak ingin lagi berhubungan atau bertemi dengan mereka. Ia hanya ingin fokus pada kehidupannya yang sekarang bersama Gladys."Udah. Mulai sekarang kamu lupain mereka, fokus ke kebahagiaanmu," ujar papa Wandi menepuk pundak putranya.Pria berbeda usia itu menaiki mobil masing-masing untuk kembali ke rumah sakit. Ia khawatir dengan kondisi Gladys beserta anaknya.Ia menjalankan mobilnya dengan kebut-kebutan, ingin segera sampai,

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 77.

    Arnesh memutuskan untuk pergi, karena ia akan bicara dengan pengacaranya di sebuah caffe. Ia akan mengurus surat perceraiannya dengan Livya. Ia berpamitan dulu pada Gladys dan juga anaknya."Aku pergi dulu sebentar, kalau ada apa-apa hubungi aku," ujar Arnesh. Melabuhkan kecupan berulang-ulang pada pipi istri dan pipi anaknya.Gladys terkekeh, ia mendorong Arnesh agar menjauh. "Nanti Jesslyn bangun, Pak Arneh.""Gemas rasanya," ucap Arnesh diiringi dengan tawa.Arnesh melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ia lantas pamit. Arnesh sudah mengundang pengacara datang. Dengan berat hati dia pun menaiki mobilnya.Kepergian Arnesh itu menjadi sebuah kesempatan bagi Livya yang diam-diam masuk ke dalan ruangan Gladys. Wanita itu memakai topi dan juga masker agar kehadirannya diketahui.Melihat ada Livya di sini, Gladys membeliakkan matanya sambil memeluk Jessyln. Livya membuka topi, ia menatap bengis pada wanita yang sudah menjadi simpanan suaminya."Sekarang kau bahagia bukan jika Mas Ar

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 76.

    Sementara di luar ruangan, papa Wandi sedang membujuk istrinya yang enggan masuk ke dalam. Mama Linda masih belum bisa menerima Gladys sebagai menantunya. Ia juga belum percaya, jika anak yang dikandung Gladys adalah anaknya.Papa Wandi juga sudah bercerita, jika ia sudah dikenalkan pada Gladys. Mama Linda kesal, selama ini hanya dia yang tidak tahu fakta sebesar ini. Ia kesal, itulah sebabnya enggan keluar."Ma, kenapa nggak masuk ke dalam? Yakin nih nggak mau lihat cucu kita? Bukannya Mama pengen banget punya cucu," ajak papa Wandi menggoda istrinya yang memiliki keinginan menimang cucu.Mama Linda tidak akan luluh begitu saja, dia bersedekap dada dan membuang pandangannya. "Ngapain Papa ngajak Mama? Biasanya juga main rahasiaan, 'kan? Udahlah sana. Mama di sini aja."Melihat istrinya yang sedang marah. Papa Wandi jadi gemas sendiri, pasalnya kemarahan sang istri sudah seperti anak ABG saja, tidak ada ubahnya dari dulu."Ada alasan kenapa Papa nyembunyiin dari kamu, Ma, sekarang ngg

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 75.

    Livya terusir paksa dari rumah suaminya. Dia harus pindah, ke kediamannya yang di Jakarta. Wanita hamil itu menangis tersedu-sedu, harus diceraikan karena Arnesh memilik madunya itu.Mama Venny merasa malu, dengan kelakuan Livya dan juga Daniel. Karena mereka, reputasinya hancur. Arnesh juga tidak mau percaya. Lelaki itu memilih menceraikan Livya.Sesampainya di kediaman. Mama Venny menyapu semua barang-barang sekitar, dia begitu geram dipermalukan. Tentu saja yang tak lain dan tak bukan karena Livya."Lihat sekarang, Livya! Atas perbuatanmu itu Mama yang harus menanggung malu! Sekarang Arnesh sudah menceraikanmu. Mama nggak akan membantumu! Silakan saja menikah dengan Daniel, pria yang menghamilimu!" sentaknya sembari menunjuk pelipis Livya menggunakan jari telunjuknya.Amarahnya sudah tak terkendali dengan semua ini. Apalagi Livya hanya bisa diam dan menangis, seolah itu bisa menyelesaikan masalah."Dan kamu, Daniel! Nikahkan anak saya jika benar itu anakmu! Saya tidak mau cucu saya

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 74.

    Pipi Gladys bersemu, ia menunduk dalam saat Arnesh mengatakan hal itu padanya, tepat di depan matanya. Pria itu menegakkan duduk, menggenggam tangan Gladys begitu erat dan mencium punggungnya tangannya dengan sangat lama."Kenapa, Glad? Apa kamu nggak cinta aku dan nggak mau hidup bersamaku?" tanya Arnesh dengan serius.Apa yang harus Gladys jawab? Dia sendiri pun bingung harus menjawab apa di saat dirinya belum bisa memahami yang dirasakan dirinya saat ini."Glad ...." Arnesh memanggil, dia menunggu jawaban istri keduanya. Dagu Gladys diangkat agar bisa menatapnya. "Maukah?" tanyanya.Gladys membalas tatapan Arnesh, kepalanya mengangguk begitu saja seolah setuju dengan pertanyaan Arnesh."Aku lakukan demi putri kita, ibumu sepertinya nggak menyukaiku," ujar Gladys. Masih terngiang-ngiang perkataan yang dilotarkan mama Linda padanya.Gladys tidak mau, mengganggu keluarga suaminya. Ia hanya ingin hidup tenang bersama putri yang baru dilahirkan.Jawaban Gladys membuat Arnesh senang, mes

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 73.

    Sekujur tubuh Livya terbujur kaku. Bagai tersambar petir di siang bolong Livya tersentak kaget saat Arnesh berkata seperti itu. Livya langsung memeluk Arnesh, dia tidak mau hubungannya berakhir."Apa maksud kamu, Mas? Aku nggak mau cerai, aku nggak pisah," ujar Livya menangis terisak-isak. Sial sekali, nasib buruk malah terjadi padanya hari ini.Arnesh mendengus. Sudah terlanjur murka dengan apa yang dilakukan Livya padanya, yang lebih parah lagi pada ayahnya. Papa Wandi hampir meregang nyawa karena perbuatan Livya.Apa yang sudah Livya lakukan sulit ditolelir. Arnesh jadi tidak mau lagi berhubungan dengannya. Livya sudah berkhianat dan mencelakai keluarganya. Begitipun mama Linda, dia juga sangat geram pada menantu kesayangannya, dengan tiba-tiba malah membencinya."Lepaskan aku, Livya! Aku nggak akan memberikanmu kesempatan! Kamu udah mencelakai ayahku!" sentak Arnesh. Tanpa rasa iba yang ia rasa, Arnesh dengan cepat menepis tangan Livya yang melingkar di perutnya."Mama, tolong Liv

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 72.

    Diberikan pilihan yang rumit seperti itu, Arnesh menjadi dilematis memilih salah satu di antaranya. Dia diam, tidak langsung menjawab pertanyaan dari Livya terus mendesak jawaban.Livya memukul-mukul dada bidang Arnesh, sambil mencengkram kerah kemejanya. Sia-sia sudah perjuangannya mempertahankan rumah tangga, Arnesh malah tergoda oleh Gladys yang bernotabene sebagai orang ketiga di kehidupan rumah tangganya."Kenapa diam, Mas? Nggak bisa jawab 'kan kamu? Tinggalkan perempuan itu," pinta Livya, menuntun tangan Arnesh untuk mengelus perut besarnya. "Ini juga anak kamu, Mas Arnesh. Kenapa kamu lebih memilih gadis yang nggak jelas asal-usulnya?" "BOHONG! JANGAN PERCAYA PADA LIVYA!"Suara teriakan dari seseorang membuat ketiga orang itu menoleh ke arah belakang. Tepatnya pada seorang pria yang berdiri di ambang pintu, sontak saja mereka membelalak terkejut."Papa?" pekik Arnesh. Kaget saat Papa Wandi datang dengan keadaan yang sudah bisa berjalan."Ma-mas? Ka-kamu ... kenapa bisa? Kamu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status