Gladys Lysandra, gadis berusia 21 tahun itu harus menerima fakta bahwa dirinya sedang hamil di luar nikah, akibat kesalahan satu malam dengan seorang pria yang tidak dikenalinya. Ia diusir dari rumah dan hidup terlunta-lunta lantaran ia dianggap aib dikeluarganya. Hari-harinya ia jalani dengan sekuat hati, mengasingkan diri ke suatu tempat yang tidak ada yang mengenalnya. Suatu ketika, dia bertemu dengan seorang Dokter muda yang bernama Arnesh Aryawadhana. Dia mengaku, orang yang sudah merenggut kesucian gadis itu dan akan bertanggung jawab. Akankah Gladys menerima Arnesh yang merupakan pria beristri itu bertanggung jawab atas kesalahannya?
Lihat lebih banyak"Huekkk ... huekkk ..."
Gadis itu bangkit tatkala merasakan mual. Ia langsung berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan. Tangannya menempel pada tembok sebagai pegangan.Entah kenapa, akhir-akhir ini Gladys sering merasa mual dan berakhir memuntahkan isi perutnya. Tidak mungkin ia masuk angin berkelanjutan. Apalagi baru pertama kalinya mengalami gejala aneh ini."Apakah ... ini karena—" Gladys menggelengkan kepalanya, mengusir pemikirannya tentang kejadian satu bulan lalu. "Nggak! Ini pasti nggak mungkin!" sergahnya.Wanita itu bergumam pelan, berpikir karena mulai tak karuan."Sepertinya aku harus periksa ke Dokter." Gladys memutuskan pada akhirnya.Wanita itu mencuci mulutnya, lantas keluar dari kamar mandi. Ia terkesiap, saat ada Kemala—sang Bibi yang sedang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap dada."Ngapain kamu lama-lama di kamar mandi? Bisanya cuma borosin listrik saja!" tegur Kemala, menampilkan raut garangnya yang sudah menjadi ciri khasnya."Glad habis muntah, Bi. Nggak tahu kenapa akhir-akhir ini Glad sering merasa mual," ungkap Gladys.Gladys menatap Kemala dengan lekat. Ada sirat kemarahan dan kesedihan yang bisa Gladys pendam, tak bisa ia utarakan. Ia hanya bisa diam, menahan segala apa yang dirasakan."Halah! Kamu ini banyak sekali alasan. Bilang saja kamu itu nggak mau bekerja dan berleha-leha di rumah!"Gladys memejamkan mata, mendengar omelan Kemala yang selalu saja membentaknya karena hal sepele. Sejak tinggal bersama Kemala dari SMA, Gladys selalu dibentak dan diperlakukan kasar. Bila tidak menuruti keinginan Bibinya."Bi… Glad benar nggak enak badan. Mana berani Glad berbohong pada Bibi.""Bibi nggak mau tahu ya, Glad! Sore ini kamu harus cari uang yang banyak. Bibi muak setiap kali kamu pulang dengan tangan kosong! Mau makan apa kita kalau kamu nggak ada pendapatan?!"Gladys hanya bisa tersenyum miris. Di saat dirinya sakit seperti ini, yang dikhawatirkan Bibinya adalah soal uang.Ia hanya seorang staf hotel saja, dengan penghasilan yang kurang, itu pun hanya cukup untuk biaya makan saja."I-iya Bi, Glad usahain ya. Tapi sebelum kerja. Glad mau ke Dokter dulu, mau diperiksa."Kemala menepis udara, seraya berdecak kesal. "Astaga, kamu semakin ngelunjak saja jadi orang! Nggak usah lebay, pakai ke Dokter segala. Uang dari mana hah? Daripada ke Dokter mending buat bayar listrik, beli beras. Dasar lebay, berlebihan sekali kamu."Wanita berumur 45 tahun itu menabrak bahu Gladys dengan kasar, hingga ia hampir terjengkang. Ia meringis, menahan sakit di bagian bahunya.'Ya Tuhan, bagaimana aku bisa bekerja dalam kondisi seperti ini?' batin Gladys.***Begitu sampai di Rumah Sakit, Gladys lekas masuk ke dalam. Ia sengaja datang ke sini, tanpa memberitahu Bibinya.Gladys nekat datang untuk melakukan pemeriksaan. Guna memastikan kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan untuk bekerja. Rasa pusing dan mualnya sangat mengganggu, sehingga Gladys memutuskan untuk diperiksa.Sebelum diperiksa, ia menunggu di ruangan sambil menatap papan nama Dokter tersebut. "Dokter Arnesh Aryawardhana?"Melihat nama itu, terlihat kerutan tipis di kening Gladys.Entah kenapa, ia merasa familiar dengan nama itu. Entah hanya perasaan atau kebetulan saja."Kamu tadi lihat Dokter Arnesh nggak? Dia ganteng banget, ya. Pantes aja dia jadi idaman perempuan. Selain ganteng, dia juga wangi banget tahu," ujar dua Perawat yang lewat di depan Gladys."Jelaslah, Dokter Arnesh 'kan emang ganteng dari lahir. Sayangnya udah punya istri.""Silsilah keluarganya aja nggak sembarangan, selain itu dia juga pintar, bisa menjadi Direktur Rumah Sakit ini."Gladys tak mengindahkan, dia memilih menunggu di depan pintu. Sampai akhirnya, seorang Suster datang dan membuka pintu."Silahkan masuk, Mbak. Sekarang giliran anda yang diperiksa."Gladys melangkah, memasuki ruangan itu."Selamat pagi, Mbak. Apa keluhan yang anda rasakan? Oh iya, jika boleh tahu, siapa nama anda?"Deg!Seketika saja Gladys tersentak, dengan kehadiran Dokter muda yang sedang menanganinya.Dari suara dan aroma parfumenya, itu sangat familiar, seperti tahu. Tapi dimana? Siapa? Ingatannya masih samar-samar."G-Gladys, Dok."Dokter yang memakai masker itu mengangguk sambil mencatat. Dia pun bertanya lagi soal keluhan Gladys.'Mengapa suara dan wangi parfumenya tak asing? Sepertinya aku pernah mendengar dan mencium aroma itu. Ah, entahlah. Kebetulan saja,' batin Gladys.“Mbak?”Gladys langsung tersadar begitu merasakan tangan hangat dokter itu menyentuhnya. Ada sensasi listrik yang tidak asing bagi Gladys."S-saya merasa tidak enak badan, Dok. Akhir-akhir ini kepala saya pusing dan sering muntah. Saya tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," jawab Gladys."Apakah anda punya riwayat penyakit asam lambung? Biasanya, gejala asam lambung seperti ini jika sedang kumat."Gladys menggelengkan kepalanya. Wanita memakai masker dan hoodie itu sudah tak karuan.Dokter itu bangkit dari kursinya dan mulai melakukan pemeriksaan. Mulai dari detak jantung, tensi, dan beberapa hal umum lainnya.Selama itu, Gladys hanya menahan napas. Entah karena takut dengan hasil pemeriksaan, atau gugup setelah mencium aroma parfume itu lebih dekat."Mohon maaf, Mbak. Saya ingin bertanya. Apakah anda sudah menikah?""Belum, Dok. Saya masih lajang."Gladys melihat keterkejutan di mata sang dokter dan hal tersebut membuat jantungnya makin berdebar.“Kenapa, Dok?” tanya Gladys. Suaranya sedikit bergetar."Mendengar keluhan yang anda rasakan dan pemeriksaan singkat, sepertinya … Mbak sedang hamil," papar Dokter tampan dan muda itu.Sepasang mata Gladys terbelalak. "M-maksud Dokter apa? Kenapa membahas kandungan?” ucap Gladys. “Saya ke sini untuk diperiksa kesehatan, karena sedang sakit! Bukan karena hamil!""Begini saja. Agar mengetahui dengan jelas, saya buat rujukan ke Dokter spesialis OBGYN. Nanti Suster yang akan mengantar anda."Gladys merasa heran. Sebab Dokter pria itu terus saja mengamatinya diam-diam.Kegugupan Gladys kian bertambah, saat Suster mengantarkannya ke Dokter kandungan. Tetapi, Gladys langsung pergi begitu saja dan tidak datang."Aku nggak mungkin hamil. Dokter itu pasti sudah berbohong, aku nggak hamil, yeah pasti nggak," Gladys terus meracau, menepis pikiran negatif agar tak kacau.Langkahnya gemetar, tapi tetap dipaksa. Gladys berharap kalau ucapan dokter tadi tidak benar. Dia tidak mau mengandung benih dari orang asing yang meruda paksanya malam itu.‘Apa kata orang-orang? Bagaimana kalau bibi mengetahuinya? Apa dia masih bisa bekerja? Bagaimana biaya hidupnya?’ dan banyak lagi ketakutan yang Gladys pikirkan saat ini.Namun, saat menunggu bus, mata Gladys melihat bangunan apotek di seberang jalan. Ia kembali takut.‘Haruskah aku memeriksanya? Tapi, bagaimana kalau positif?’ batinnya terus bertengkar.Pada akhirnya, Gladys menyerah dan berjalan ke apotek itu. Tangannya gemetar, membuka pintu Apotek dan langsung membeli apa yang ia butuhkan saat ini pada seorang apoteker.Barang yang ia inginkan sudah ia beli. Gladys bingung, harus mencoba tespack ini dimana. Dia tidak mungkin mencobanya di rumah, bisa-bisa Bibi Kemala marah saat tahu dirinya sedang hamil di luar nikah."Aku harus mencobanya di toilet umum saja, semoga saja aman," gumamnya.Gladys masuk ke toilet dan mencoba satu alat testpack. Keringat dingin membanjiri tangan dan punggungnya. Ia pun memejamkan mata.Gladys mengangkat benda itu.Positif.Ia tidak percaya, dan terus mencoba. Alat kedua, ketiga, sampai keempat. Semua hasilnya sama.Itu artinya, Gladys benar-benar hamil."Arghhhhh! Kenapa kau tumbuh di dalam rahimku? Apa cobaan hidupku selama ini belum cukup?"Punggungnya bersandar di tembok, sembari menjambak rambut frustasi. Dia semakin histeris, saat tespacknya menunjukkan hasil sama.Ia langsung duduk lemas di lantai, saking tidak kuasa menahan bobot tubuhnya. Lututnya pun lemas, tak bisa tetap berdiri.Di tempat tertutup dan sepi ini, Gladys menangis sesenggukan. Entah bagaimana nasibnya setelah ini. Bibi Kemala pasti sangat murka kepadanya. Ditambah, dirinya tidak bekerja.Malam itu, adalah sebuah mimpi buruk bagi Gladys.Yang tadinya sedang mengantarkan makanan, malah ditarik paksa oleh seorang pria tidak dikenal.Malam yang menjadi malapetaka besar, hingga menyisakan benih tak diharapkan malah hidup di dalam rahimnya."Kenapa Tuhan? Kenapa hidupku sangat menderita, sampai diberikan masalah seperti ini. Aku sudah kotor, aku wanita yang sudah dinodai. Harus menanggung benih yang tidak kutahu benih siapa ini," lirihnya.Livya terduduk di lantai, dia terus dimarahi oleh para tahanan lain karena terus menangis. Dia memeluk lututnya, menangisi takdir yang tak berpihak padanya.Ia ingin pulang dan keluar dari sini. Mama Venny datang untuk besuk, dia menghampiri Livya yang sedang duduk."Livya! Livya!" pekik mama Venny. Berhasil menyentak Livya yang sedang melamun.Livya yang tadinya duduk, buru-buru mendekat ke arah ibunya sambil memegang kedua tangannya. "Ma, tolong bantu aku keluar dari sini, Ma."Mama Venny tak bisa melakukan apapun sekarang. Bukti yang diberikan Arnesh sangat kuat."Nanti Mama pikirkan. Mama punya info penting Livya.""Info apa, Ma?""Soal Daniel."Mendengar nama Daniel disebut-sebut, Livya jadi mengharap sang kekasih datang dan membebaskannya."Ada apa soal Daniel, Ma?" Dengan cepat Livya bertanya."Daniel ... dia sudah menikah dengan perempuan lain, Livya," balas mama Venny.Deg! Tubuh Livya terbujur kaku. Ia berpegangan pada jeruji agar tubuhnya tidak limbung. Saraf-sarafnya tera
Satu minggu kemudian ....Setelah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, akhirnya Gladys diizinkan pulang selama proses pemulihan. Bayinya pun sehat setelah melakukan pemeriksaaan.Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa Gladys dan Arnesh akan pulang ke kediaman mama Linda. Arnesh juga memutuskan untuk menjual rumah yang dulu ia tempati bersama Livya."Angkat aja, Nak, bawa masuk ke kamar," kata mama Linda, memberitahu anaknya agar menggendong Gladys yang masih kesulitan jalan. Dia menggendong Jesslyn, bayi perempuan yang mirip sekali dengan putranya.Gladys digendong ala bridal, menuju salah satu kamar di lantai bawah."Nah, Gladys, ini rumah kami. Saya harap kamu nggak merasa sungkan di sini," kata mama Linda. Perlahan mulai menerima kehadiran anak dan menantunya."Iy-iya, Ma."Gladys mengangguk. Sejak kejadian Livya datang, ibu mertuanya jadi perhatian sampai sekarang. Apalagi wanita paruh baya itu selalu membantu menjaga Jesslyn."Kamu temani aja istrimu. Biar Mama yang
Arnesh terkekeh sinis, saat Daniel meminta Livya untuk dibebaskan. Padahal sudah bersalah, bukti pun sudah jelas. Dia tak mengindahkan keinginan Daniel, pengkhianat yang sudah menusuknya dari belakang.Arnesh bangkit dari kursi, mengabaikan Livya dan Daniel yang ada di hadapannya. Sementara mama Venny, wanita paruh baya itu bingung mau bagaimana."Gila saja membebaskan orang yang sudah terbukti bersalah. Lanjutkan prosesnya, Pak, biarkan Livya menjalani hukumannya," ujar Arnesh berlalu bergitu saja, meninggalkan para dua pengkhianat itu.Mulai sekarang, Arnesh tidak ingin lagi berhubungan atau bertemi dengan mereka. Ia hanya ingin fokus pada kehidupannya yang sekarang bersama Gladys."Udah. Mulai sekarang kamu lupain mereka, fokus ke kebahagiaanmu," ujar papa Wandi menepuk pundak putranya.Pria berbeda usia itu menaiki mobil masing-masing untuk kembali ke rumah sakit. Ia khawatir dengan kondisi Gladys beserta anaknya.Ia menjalankan mobilnya dengan kebut-kebutan, ingin segera sampai,
Arnesh memutuskan untuk pergi, karena ia akan bicara dengan pengacaranya di sebuah caffe. Ia akan mengurus surat perceraiannya dengan Livya. Ia berpamitan dulu pada Gladys dan juga anaknya."Aku pergi dulu sebentar, kalau ada apa-apa hubungi aku," ujar Arnesh. Melabuhkan kecupan berulang-ulang pada pipi istri dan pipi anaknya.Gladys terkekeh, ia mendorong Arnesh agar menjauh. "Nanti Jesslyn bangun, Pak Arneh.""Gemas rasanya," ucap Arnesh diiringi dengan tawa.Arnesh melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ia lantas pamit. Arnesh sudah mengundang pengacara datang. Dengan berat hati dia pun menaiki mobilnya.Kepergian Arnesh itu menjadi sebuah kesempatan bagi Livya yang diam-diam masuk ke dalan ruangan Gladys. Wanita itu memakai topi dan juga masker agar kehadirannya diketahui.Melihat ada Livya di sini, Gladys membeliakkan matanya sambil memeluk Jessyln. Livya membuka topi, ia menatap bengis pada wanita yang sudah menjadi simpanan suaminya."Sekarang kau bahagia bukan jika Mas Ar
Sementara di luar ruangan, papa Wandi sedang membujuk istrinya yang enggan masuk ke dalam. Mama Linda masih belum bisa menerima Gladys sebagai menantunya. Ia juga belum percaya, jika anak yang dikandung Gladys adalah anaknya.Papa Wandi juga sudah bercerita, jika ia sudah dikenalkan pada Gladys. Mama Linda kesal, selama ini hanya dia yang tidak tahu fakta sebesar ini. Ia kesal, itulah sebabnya enggan keluar."Ma, kenapa nggak masuk ke dalam? Yakin nih nggak mau lihat cucu kita? Bukannya Mama pengen banget punya cucu," ajak papa Wandi menggoda istrinya yang memiliki keinginan menimang cucu.Mama Linda tidak akan luluh begitu saja, dia bersedekap dada dan membuang pandangannya. "Ngapain Papa ngajak Mama? Biasanya juga main rahasiaan, 'kan? Udahlah sana. Mama di sini aja."Melihat istrinya yang sedang marah. Papa Wandi jadi gemas sendiri, pasalnya kemarahan sang istri sudah seperti anak ABG saja, tidak ada ubahnya dari dulu."Ada alasan kenapa Papa nyembunyiin dari kamu, Ma, sekarang ngg
Livya terusir paksa dari rumah suaminya. Dia harus pindah, ke kediamannya yang di Jakarta. Wanita hamil itu menangis tersedu-sedu, harus diceraikan karena Arnesh memilik madunya itu.Mama Venny merasa malu, dengan kelakuan Livya dan juga Daniel. Karena mereka, reputasinya hancur. Arnesh juga tidak mau percaya. Lelaki itu memilih menceraikan Livya.Sesampainya di kediaman. Mama Venny menyapu semua barang-barang sekitar, dia begitu geram dipermalukan. Tentu saja yang tak lain dan tak bukan karena Livya."Lihat sekarang, Livya! Atas perbuatanmu itu Mama yang harus menanggung malu! Sekarang Arnesh sudah menceraikanmu. Mama nggak akan membantumu! Silakan saja menikah dengan Daniel, pria yang menghamilimu!" sentaknya sembari menunjuk pelipis Livya menggunakan jari telunjuknya.Amarahnya sudah tak terkendali dengan semua ini. Apalagi Livya hanya bisa diam dan menangis, seolah itu bisa menyelesaikan masalah."Dan kamu, Daniel! Nikahkan anak saya jika benar itu anakmu! Saya tidak mau cucu saya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen