Share

Part 5 : Lamaran Fero

Akhir-akhir ini, Fero sering berkunjung ke rumah Sinta. Semula Sinta ragu akan hubungannya dengan Fero karena status sosial mereka yang jauh berbeda. Ia merasa tak pantas dicintai oleh Fero. Karena Selain memiliki paras yang tampan, Fero juga memiliki postur yang gagah, serta materi yang berlimpah. Dengan memiliki segudang kelebihan inilah mustahil jika Fero tak digandrungi gadis-gadis cantik di luar sana.

 

***

Malam ini Sinta sedang mengerjakan tugas kuliah di dalam kamar. Sudah 50 Menit Sinta berkutat dengan laptop dan buku-bukunya. Ia tidak boleh menunda lagi mengerjakan semua tugas karena ia sudah tertinggal 1 semester, ini merupakan efek dari mengajukan cuti kuliah sementara beberapa waktu yang lalu.

"Tok..tok...tok...!"

Suara ketukan berbunyi dari pintu depan. Tanpa menunggu ketukan berikutnya, Sinta segera membukakan pintu. Setelah pintu ruang tamu terbuka. Ternyata sudah berdiri sopir Fero dengan membawa sebuah kado di tangannya.

"Permisi non, saya disuruh memberikan ini kepada anda oleh pak Fero!" ucap sang sopir

"Tapi dalam rangka apa ya pak?" tanya Sinta keheranan.

"Pak Fero bilang, beliau sendiri nanti yang akan menjelaskan kepada non Sinta, tolong diterima ya non!"

"Eemmm...baiklah kalau begitu pak, saya terima ya kadonya!" ucap Sinta sambil menerima kado tersebut dari tangan Pak Sopir.

"Kalau begitu saya undur diri dulu ya non!"

"Apa Bapak tidak masuk dulu?" tanya Sinta

"Tidak non, saya masih ada urusan pekerjaan!"

"Terima kasih ya pak!"

"Iya non sama-sama."

Setelah Pak Sopir berlalu pergi, Sinta pun menutup pintu, dibawanya kado tersebut ke dalam kamarnya. Lalu dibukanya bungkus kado yang berwarna pink itu.

"Waaahhh, ternyata sebuah gaun yang sangat indah, gaun warna putih dengan motif bintik-bintik, dengan bagian lengan berwarna putih transparan." ucap Sinta sambil tersenyum bahagia. Kemudian ditempelkan gaun itu di tubuhnya sambil menghadap ke cermin. Tak lama kemudian handphone Sinta berbunyi, tertera di layar HP nama Fero sedang melakukan panggilan, Sinta pun menjawab panggilan masuk tersebut.

"Hallo...!" sapa Fero

"Hallo..!" jawab Sinta

"Bagaimana dengan gaunnya?, apa kamu suka?" tanya Fero

"Gaunnya sangat indah lalu ukurannya juga sangat pas, bagaimana bisa aku tidak menyukainya?!"

"He..he..he..syukurlah kalau begitu, senang sekali aku mendengarnya!"

"Tapi bagaimana kamu tahu kalau aku suka dengan warna putih serta tahu ukuran gaunku?"

"Itu sangat mudah, apa yang tidak aku tau tentang kamu?!, jika aku sudah mencintai seseorang, aku akan mencari informasi apapun yang berhubungan dengannya."

"Oh ya...?!" jawab Sinta malu-malu sekaligus bahagia.

"Sekarang bersiap- siaplah, 1 jam lagi aku akan menjemputmu, karena aku akan mengajakmu dinner di luar!"

"Tapi kalau aku menolak ajakan itu bagaimana?" jawab Sinta sambil tersenyum menggoda Fero.

"Kalau kamu sampai berani menolak ajakanku untuk dinner, aku akan pergi ke rumahmu, akan kubopong kamu dengan paksa sampai restoran, biar semua orang yang ada di sana melihatnya!"

"Hahahaha...!" mendengar jawaban dari Fero tersebut membuat Sinta tertawa.

"Baiklah kalau begitu aku akan menutup telfonnya, karena aku  juga mau bersiap-siap!"

"Okey!" jawab Sinta.

Setelah mengakhiri panggilan masuk di HP nya, dengan segera Sinta memakai make up, kemudian dipakainya gaun berwarna putih yang telah di antar oleh Pak Sopir barusan, seperti gadis pada umumnya sebelum pergi, disempatkannya dulu berselfie ria. Entah sudah berapa kali jepret sudah ia lakukan dengan berganti-ganti gaya pula.

Tak lama kemudian Fero sudah sampai di rumah Sinta, untuk kesekian kalinya, Fero dibuat terpukau oleh penampilan Sinta. Bagaiman tidak?!, Sinta sangat cantik dengan mengenakan gaun yang dipakainya itu. Gaun tersebut sangat pas di badan juga sangat cocok dengan postur Sinta yang mungil, ditambah kulit Sinta yang putih bersih dengan memakai make up tipis-tipis, serta model rambut yang sedikit pada bagian kiri disisir kebelakang kemudian dipasangkan jepit berwarna putih yang senada dengan warna gaun yang ia kenakan. Saat itu penampilan Sinta simple tapi anggun dan cantik. Setelah berpamitan pada Sarah, kemudian Fero dan Sinta memasuki mobil, dan sesampainya di dalam mobil tangan kiri Fero menggenggam tangan kanan Sinta sambil berucap,

"Kamu sangat cantik Sinta, belum pernah aku bertemu dengan gadis secantik kamu sebelumnya, kecantikan mu ini sangat alami dan juga sangat memikat hingga aku tidak bisa berkata apa-apa lagi."

"Wah..wah kamu paling jago ya kalau urusan ngegombal gini!"

"Hehehehe...!" Fero merespon jawaban Sinta dengan tersenyum lebar.

Beberapa menit kemudian Fero dan Sinta telah sampai di sebuah restoran. Setelah duduk di kursi yang sebelumnya dipesan dulu oleh Fero, lalu dipanggilnya seorang pelayan untuk membawakannya daftar menu.

"Kamu mau makan apa Sinta, pilihlah menu apa saja yang kamu suka!"

"Aku belum pernah ke sini sebelumnya, jadi kamu saja yang memilihkan menunya ya!, kalau minumnya aku mau lime Citrus soda!"

"Oke..!" jawab Fero sambil melihat-lihat daftar menu.

"Saya pesan citrus soda satu, matcha green tea latte satu, sup salmon dua, Brownies ice cream dua, sama Beef steak black pepper sauce, dua!."

"Baik Pak!"  jawab pelayan tersebut sambil mencatat pesanan Fero kemudian bergegas pergi.

"Kamu sudah sering ya datang kemari Fero?, dengan pacarmu mungkin?" tanya Sinta menyelidik.

"Hehehe...pacar..! seumur hidup selain dengan Alrmahum mama, aku hanya dekat dengan seorang teman wanita namanya Nindy. Sedari kecil dia terkadang main ke rumah, karena keluargaku dan keluarganya adalah rekan bisnis. Tapi sekarang dia masih di London, keluarganya punya bisnis di sana, Semasa aku di Harvard, beberapa kali juga dia mengunjungi ku. Namanya juga sudah kenal dari kecil, jadi hal-hal yang disukai ataupun tidak disukai, hoby, makanan favorit, kami saling tahu satu sama lain." melihat gestur Fero menceritakan sosok yang bernama Nindy, tersirat jelas bahwa Fero mengagumi wanita itu, dan jujur saja hal itu membuat Sinta terbakar api cemburu, namun Sinta tidak mau memperlihatkan kecemburuannya itu kepada Fero.

"Lalu kenapa kamu tidak berpacaran dengannya?"

"Kalau orang melihat kami sedang bersama pasti mengira kami adalah sepasang kekasih. Karena Nindy selain piawai dalam karir, dia juga memiliki sisi manja. Dia suka sekali menyandarkan kepalanya saat kami sedang duduk-duduk bareng seperti ini!"

"Apakah kamu mencintai Nindy?"

"Aku juga tidak tahu perasaan apa yang aku rasakan kepadanya, yang pasti saat bersamanya aku merasa nyaman!"

"Kalau kamu memiliki perasaan seperti itu, kenapa kalian tidak bersama?"

"Dia adalah Pebisnis, aku juga Pebisnis, seorang Pebisnis itu meletakkan bisnis di atas urusan yang lainnya, urusan asmara pun bukanlah prioritas, bisnisnyapun ada di beberapa Negara seperti Inggris, Australia, Singapura bahkan di Jepang, sehingga waktu bertemupun sangat sulit bagi kami."

"Permisi.....!" Pelayan memotong pembicaraan mereka, karena makanan yang telah dipesan sudah siap sehingga tiba waktunya untuk dihidangkan di atas meja. Setelah selesai pelayan tersebut kembali pergi. Tak lupa Fero dan Sinta mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Kalau kamu memang mencintainya, kejarlah cintamu itu Fero, susul dia ke London, katakan perasaanmu yang sebenarnya biar dia mengetahuinya!"

Meski terlihat tegar sambil mengatakan itu kepada Fero, namun hati Sinta terasa perih, karena semakin hari perasaan cintanya kepada Fero kian bertambah.

"Tidak semudah itu Sinta, bagi wanita yang serius dalam berkarir, urusan asmara itu tidak begitu penting, dia baru ingat masalah cinta dan lainnya kalau dia sedang berlibur saja, jikalau ada waktu santai, baru dia memikirkan hal-hal semacam itu, sedangkan laki-laki itu diciptakan sebagai pemimpin juga makhluk egois. Lelaki yang memiliki integritas tidak akan mau bila di nomor sekiankan, apa lagi karir pasangannya lebih melesat darinya, sifat laki-laki itu tidak jauh beda dengan wanita, dia juga suka diperhatikan, bercengkrama satu sama lain, berkomunikasi secara langsung dan intens. Kalau tiap hari sudah jarang bertemu apalagi juga jarang bercengkrama, sulit bagi seorang laki-laki untuk menjalin hubungan yang seperti itu, tidak terkecuali aku!, ayoo Sinta!, yang aku pesan ini adalah menu favorit, Ayo kita nikmati segera hidangannya!, kalau sudah dingin bisa berkurang nanti tingkat kelezatannya!"

Sebenarnya dengan mendengar cerita Fero yang membuatnya cemburu saja sudah mengurangi rasa hidangan yang ia kunyah. Namun Sinta tidak mau kalau sampai Fero tahu kalau di hatinya terselip perasaan cemburu pada sosok yang bernama Nindy itu. Selesai menikmati makan malam, Fero mengajak Sinta ke balkon restoran.

"Waaoow.....!, Indah sekali suasana malam di sini, cahaya lampu di mana-mana mirip seperti bintang di langit." ucap Sinta antusias.

"Benar sekali, di restoran ini selain menyajikan menu-menu handal, juga memanjakan mata pelanggannya untuk menikmati keindahan panorama di malam hari, makanya aku suka sekali makan malam di sini."

"Fero.....!" ujar Sinta sambil menoleh ke arah pemuda tampan dihadapannya itu. 

"Hemmm..!" sahut Fero. 

"Apakah kamu sungguh-sungguh dengan perasanmu kepadaku?, ataukah aku ini hanyalah sebagai pelarian atas cintamu kepada Nindy yang tak sampai?"

"Hahahhaa...!" Fero langsung tertawa keras mendengar ucapan Sinta.

"Loh kenapa kamu kok malah tertawa?, aku serius dengan pertanyaanku ini!"

"Jangan katakan kepadaku kalau kamu cemburu dengan Nindy?"

"Bagaimana bisa aku cemburu dengan Nindy, sedangkan ia lebih dulu mengenalmu, kalau boleh jujur Nindylah sosok yang lebih pantas denganmu Fero, karena kalian memiliki latar belakang yang sama, status sosial yang sama, banyak sekali kesamaan diantara kalian!"

"Dulu memang aku berfikir seperti itu, tapi sekarang sudah tidak lagi!"

"Tapi kenapa?"

"Karena sekarang aku sudah jatuh cinta denganmu, aku ingin selalu bersamamu, kamu mampu mengisi kesepianku, kau membuatku bergairah dan memberikanku banyak motivasi. Sinta.... maukah kau menikah denganku?" ucap Fero sambil membuka kotak cincin berwarna putih bening di hadapan Sinta.

"Tapi jika Nindy kembali dari London kemudian menyatakan perasaannya dan mengajakmu menikah, apakah kamu akan kembali kepadanya Fero?"

"Bagaimana mungkin aku kembali kepadanya sedangkan perasaan cintaku sekarang hanya untukmu, Nindy tak lebih hanyalah sebuah masa lalu yang harus di lupakan, iya Sinta..., kamulah satu-satunya gadis yang aku cintai sekarang dan selamanya!, aku ulangi lagi…., Maukah kau menikah denganku Sinta?"

Sinta tak mampu lagi membendung air matanya. Kini memang ia tak memiliki siapa-siapa lagi selain Sarah. Sinta berharap dengan menikah bersama Fero akan ada sosok pendamping yang mencintai, menyayangi dan melindunginya dengan tulus. Sedang masalah harta kekayaan Sinta tidak memperdulikan itu, karena sedari kecil ia sudah terbiasa hidup sederhana.

"Iya Fero aku bersedia...!" mendengar jawaban Sinta, dengan perlahan Fero mengambil cincin dari kotak, kemudian dipasangkannya sebuah cincin berlian tersebut ke jari manis Sinta. Lalu dikecupnya kening Sinta serta dipeluknya Sinta dengan erat.

"Hari sudah malam, bukankah besok kamu kuliah pagi?!, ayo kita pulang sekarang!" ajak Fero sambil menggandeng tangan Sinta sambil ke luar dari restoran.

Malam itu Sinta sangat bahagia, kini ia telah menemukan sosok yang mencintainya, menyayanginya dan melindunginya dengan tulus. Sudah beberapa kali Sinta menolak cinta Fero, karena ia merasa bukanlah dari status sosial yang sama. Namun Fero telah berhasil meyakinkannya sampai pada akhirnya Sinta mau menerima pernyataan cinta Fero.

 ****

Ke esokan harinya hampir saja Sinta telat pergi ke kampus, karena ia bangun kesiangan. Maklum saja selepas makan malam bersama Fero, jam 23.30 WIB ia baru sampai rumah. Di kampus berulang kali ia menguap ketika dosen memberikan materi kuliah. Seusai jam terakhir kuliah, Sinta mulai mengemasi buku-bukunya.

"Sin kamu ada yang nyari tuh ..!" panggil salah seorang teman Sinta. Kemudian masuklah seorang mahasiswa dari jurusan lain menuju ke tempat duduk Sinta.

"Kamu yang bernama Sinta ya?" tanyanya.

"Iya betul!" jawab Sinta.

"Kamu ditunggu Pak Leon di ruang diskusi sebelah kiri laboratorium!"

"Oke terima kasih, sebentar lagi saya akan ke sana!"

Setelah itu Mahasiswa tersebut pun pergi. 

"Cie..Cie...!, lagi deket sama Pak Leon kok gak ngajak-ngajak kita sih?" goda Erna dan teman-teman yang lain.

"Kalian mau ngulang materi lagi?, kalau mau ayo barengan sama aku gih!"

"Asal pak Leon yang memberikan materi, kalau kami sih oke-oke saja, tapi masalahnya Pak Leonnya mau apa gak ya memberi teori ulang untuk kami?!, hahaha...!" goda yang lainnya.

" Sudah...ah!, aku sudah ditunggu beliau, aku duluan ya..!" pamit Sinta kepada mereka. Dengan segera Sinta melangkahkan kakinya menuju ruang diskusi, tak lama kemudian ia pun sampai, dan ternyata Pak Leon sudah berada di ruangan itu.

"Permisi pak..!" sapa Sinta sambil menganggukkan kepalanya untuk menghormati dosennya tersebut, kemudian ia duduk di bangku paling depan, lalu diletakkan tasnya di sandaran kursi. 

"Ini saya beri latihan soal-soal, kamu kerjakan di sini, sementara saya akan melanjutkan memberikan materi kuliah di ruangan lain." sahut Pak Leon dengan meletakkan beberapa lembar kertas yang berisi latihan soal itu di meja Sinta.

"Baik pak!" jawab Sinta lugas

Dengan berusaha sebisa mungkin untuk menahan rasa kantuknya, soal demi soal Sinta kerjakan dengan teliti, karena memang sore harinya ia sudah mempelajari materi tersebut dengan seksama. Setelah soal terakhir sudah dikerjakan, Sinta bermaksud menunggu Pak Leon sambil tiduran di meja, tanpa disengaja Sinta malah kebablasan tertidur pulas. Tak lama kemudian Pak Leon memasuki ruangan. Ia heran ternyata Sinta tertidur dengan posisi kepala di atas meja. Pak Leon pun mendekati Sinta, namun Sinta tak menyadari hal itu karena ia tidur pulas sekali. Lalu diamatinya sosok yang sedang tertidur itu dengan seksama.

"Cantik sekali dia, kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bibirnya mungil, juga terdapat tahi lalat di bawah bibirnya itu yang makin memancarkan kecantikan yang alami." bisik Pak Leon dalam hati.

"Heeyy... Sinta, ayo bangun...!" ucap pak Leon lirih. Sedangkan Sinta hanya mengganti posisi kepalanya miring ke kiri kemudian tidur lagi. Sementara itu pula terlihat jelas beberapa lembar latihan soal yang tertata rapi di atas meja, Pak Leon pun mengamati soal-soal yang sudah dikerjakan oleh Sinta. 

"Ternyata dia sudah menyelesaikan semua soal yang ku berikan dan jawabannya pun benar. Luar biasa..!, ternyata selain cantik dia juga cerdas." ucap Pak Leon senang.

"Sinta...Sinta..., ayo bangun, Sinta....!" Pak Leon makin mengeraskan suaranya agar Sinta bangun sambil menepuk-nepuk bahunya.

"Eemmmm...!" Sinta pun terbangun sambil mengucek- ngucek matanya.

"Heyyy Sinta ayo bangun!, langit sudah mulai gelap, sebentar lagi sudah adzan Maghrib."

"Iii..iyya Pak maaf saya ketiduran!" jawab Sinta sambil memasukkan bolpointnya ke dalam dompet tempat peralatan tulisnya.

"Kamu pulang naik apa?"

"Naik angkutan umum Pak!"

"Kalau begitu saya akan antar kamu pulang sampai rumah!"

"Tapi Pak....,"

"Tidak ada tapi-tapi, ini sudah hampir Maghrib, di jam-jam seperti ini sangat rentan terjadi kejahatan!"

"Apa tidak merepotkan Bapak?"

"Sama sekali tidak, ayo....!"

Sinta mengikuti Pak Leon dari belakang.

Setelah berada persis di dekat mobil Pajero Sports berwarna putih, Pak Leon membukakan pintu untuk Sinta, kemudian ia sendiri masuk dari pintu sebelah kanan kemudian duduk di kursi kemudi. Karena tidak terbiasa, Sinta merasa canggung saat duduk di samping dosennya itu.

"Apa tiap hari kamu pulang naik kendaraan umum?" tanya Pak Leon.

"Iya pak!" jawab Sinta.

"Lalu naik apa berangkatnya?"

"Naik ojek Pak."

"Gadis secantik kamu naik ojek?"

"Iya Pak, memangnya kenapa gitu Pak?"

"Ya..., salut aja!" Pak Leon dibuat senyum-senyum sendiri setelah mendengar jawaban Sinta yang polos itu. Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di depan rumah Sinta, tak lupa pula ia mempersilahkan Pak Leon untuk mampir dan juga mengucapkan terima kasih. Namun karena hari sudah gelap Pak Leon menolak untuk mampir, beliaupun segera pamit undur diri.

🌹🌹 Hai... Hai...!, Pembacaku tersayang dan tercinta!!! Mudah-mudahan kalian suka dengan ceritanya ya! Jangan lupa dukung terus novel ini! Thank very much!!! 🙏🙏🙏

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status