Share

3.) Malaikat itu Gabriel

"Papah!!, ayo katanya mau pergi"

  Fiona sejak bangung pagi tadi pukul 6, tak henti mengingatkan sang Papah untuk pergi ke swalayan yang berada di dekat komplek perumahan mereka. 

Tak hentinya Fiona mengatakan bahwa dia tak sabar untuk bertemu Mamah barunya. 

"Sabar sayang, Papahmu sedang mandi" Neneknya yang keluar  dari dapur setelah membantu satu asisten rumah tangannya membuat sarapan itu memilih menemani Fiona yang tak henti meneriaki Papahnya agar mereka segera pergi. 

membutuhkan waktu 20 menit menunggu Papahnya itu selesai membersihkan dirinya dari dalam kamar mandi. 

"Papah sangat lama!" Fiona bersidekap kesal menatap Devan yang hanya terkekeh melihat Fiona yang menggembungkan pipinya kesal. 

"Fiona, Papahmu kan harus tampil menawan untuk mengambil hati calon mamah barumu"

Neneknya itu berbisik di telinga Fiona yang mampu Devan ikut dengar, karena dari pada berbisik Ibunya itu lebih tepat seperti menggodanya. 

"Apasih Mamah, ayo Fiona kita berangkat"

Devan mengusap rambutnya yang masih sedikit basah itu sebelum menggandeng lengan Fiona. 

Fiona yang begitu senang menarik tangan sang Papah agar berjalan lebih cepat. Gadis itu bahkan menunjukan gelang yang dipakainya pada sang Papah. 

"Lihat Pah, gelang ini nantinya mau Fiona kasih ke Mamah Jesslyn. Boleh kan Pah?"

Devan tersenyum simpul dan mengangguk memperhatikan gelang berbandul bunga matahari yang Devan belikan saat pulang dari luar kota bulan lalu "itu gelang pemberian Papah bukan? Tidak apa-apa bunga itu diberikan pada orang lain?"

Fiona mengangguk uat "kan yang pakai Mamah"

Devan berhenti di depan tubuh Fiona dan menggenggam kedua bahu putrinya itu dengan erat. "Fiona dengar kata Papah, Fiona boleh meminta mencari Mamah baru, tapi janji jangan pernah melupakan Mamah Arsha?"

Gadis kecil itu mengangguk dengan kuat "iya Papah! Mamah Arsha selamanya akan ada di hati Fiona dan hatinya Papah" Devan tersenyum haru dan memeluk sang putri setelah ia beri kecupan di kening. 

***

"Kamu yakin orang itu akan datang?" Devan bertanya pad Fiona yang asik dengan roti di tangannya. Mereka menunggu sudah hampir setengah jam dan Devan yang tak suka menunggu lama-lama pun nampak tak betah ingin segera pergi. 

"Sebentar lagi Pah, Mamah Jess pasti datang kok, kemarin kita sudah janji"

Fiona berucap dengan santai tanpa ada khawatir yang menghampiri karena Jesslyn yang tidak akan datang. 

Lain bagi Papahnya yang mulai bosan jika harus menunggu lama. 

"Itu dia!!" Fiona menunjuk sosok wanita  berambut panjang yang tersenyum melambai kecil ke arahnya yang duduk di sebuah kursi panjang di dekat pintu masuk swalayan tersebut. 

Fiona meletakan bungkusan rotinya hanya untuk berlari memeluk Jesslyn. Nampak begitu bahagia Fiona dapat bertemu Jesslyn. 

"Mamah Jesslyn, Fiona senang sekali kita kembali bertemu ... Itu Papah Fiona" Fiona menarik tangan Jesslyn agar duduk di dekat sang Papah yang nampak suasana canggung menghampiri jika Fiona tak kembali berbicara. 

"Saya Devan, Papah Fiona ..." Devan nampak memperkenalkan dirinya pada Jesslyn yang tersenyum dan mengangguk hormat. "Saya Jesslyn"

Fiona begitu senang melihat sang Papah mulai akrab dengan Jesslyn dia bahkan mengambil duduk di tengah mereka. "Fiona senang Mamah Jesslyn ingat dengan janji kita"

"Karena itu sebuah janji, harus dong Tante tepati"

"Hari ini, Mamah Jess ikut Fiona sama Papah jalan-jalan ya, Fiona mau sekali jalan-jalan ditemani Papah dan Mamah"

Devan yang mendengar ucapan sang putri menatap Jesslyn ingin mendengar jawaban wanita itu. 

Namun melihat Jesslyn yang nampak ragu dan tak enak untuk menolak, membuat Devan seakan mengerti perasaan wanita itu. 

"Fiona, nanti jalan sama Papah aja ya, sepertinya Tante ini ada keperluan mendesak"

Mendengar ucapan sang Papah membuat Fiona menggeleng tak setuju, dia ingin jalan-jalan dengan Jesslyn dan Devan dan keinginannya itu harus terpenuhi. 

"Mamah Jesslyn mau kan jalan-jalan bersama Fiona?"

Fiona menatap kedua mata Jesslyn dengan pandangan berkacanya, gadis kecil itu berharap bahwa Jesslyn menuruti keinginannya. 

Belum Jesslyn menjawab, ada sebuah mobil yang terparkir di depan mereka dan tanpa mematikan mesin mobilnya, seseorang yang berada di balik kemudi itu turun sembari mengendong seorang pria kecil yang usianya baru memasuki 2 tahun.

"Jesslyn!!"

Si pria itu datang dan tanpa mengucap apapun menarik tangan Jesslyn dari pandangan Fiona serta Papahnya. Fiona yang terkejut mencoba menarik tangan Jesslyn menolak  wanita itu untuk dibawa pergi. 

"Jangan bawa Mamahku! Pria jahat!!" Sentakan pria itu terputus saat mendengar panggilan Fiona pada Jesslyn. 

belum pria berotot tegap itu membuka suaranya, Papah Fiona maju untuk menggendong sang putri dan menarik Jesslyn menjauh yang hanya menimbulkan api amarah di sepasang mata itu. 

"Lepaskan tanganmu dari istriku!!" Mendengar geraman marah dari orang itu membuat Devan meneguk salivanya kasar dan tak menyangka pada ucapan si pria yang baru ia dengar ini. 

"Ini Mamahku!!" Fiona menjerit kesal dan mencoba turun dari  gendongan sang Papah dan berari memeluk kaki Jesslyn yang sedari tadi mencoba menenangkan pria asing tersebut.

Akhirnya karena pening dengan keributan yang terjadi, Jesslyn menyuruh semua orang yang berada di dekatnya untuk diam. Setelah meredam kekesalannya Jesslyn berjongkok di depan wajah Fiona yang memerah dan menyorot sinar amarah pada pria asing tersebut. 

"Fiona maaf ya, hari ini Tante tidak bisa jalan-jalan denganmu ... Lain kali kita lakukan-"

"Tidak akan ada lain kali!" Jesslyn memberikan pelototan tajamnya pada pria asing tersebut dan kembali memberikan tatapannya pada Fiona dengan tampang bersalah. 

"Maaf ya Fiona" Fiona menggeleng dan menangis, kuat ia melepas gelang di tangannya dan memberikannya pada Jesslyn "Fiona mau beri ini buat Mamah, Fiona mau merasakan jalan-jalan dengan Mamah ... Tapi kenapa Fiona tidak boleh?" 

"Fiona udah nurut kata Papah, Fiona udah jadi anak baik ... Fiona hanya mau Mamah tapi kenapa tidak ada yang mengabulkan?"

Fiona menangis sedih dan ia menolak saat sang Papah ingin membawanya ke dalam gendongannya. 

"Mamah jangan pergi ..."

Fiona merasakan sebuah tepukan di telapak tanganya, dan saat ia membuka mata ada sosok pria kecil yang berdiri di depannya memberikan ia mainan mobil berukuran kecil yang ada di dalam tangan pria itu.

"Ini apa?"

Fiona menghilangkan tangisnya dan menyisakan air mata yang mengalir di kedua pipinya, gadis kecil itu mengambil mainan yang diserahkan si pria kecil yang ada di depannya dengan raut polos itu. 

"Ini buat Fiona?"

Fiona tersenyum saat pria kecil itu melambaikan tangan padanya dengan senyum yang terpatri. Kesedihan yang Fiona rasakan mendadak hilang karena tingkah si pria kecil yang memberinya rasa hangat di hati. 

"Ini anak Tante Fiona, namanya Gabriel, Fiona boleh kok main ke rumah Tante main sama Gabriel ... Fiona juga boleh panggil Tante Jesslyn Mamah, Tante mau jadi Mamah Fiona meski kita tidak tinggal bersama"

Jesslyn mengusap rambut Fiona dengan lembut. Fiona hanya  mengangguk dan membersihkan wajahnya dari air mata. Gadis kecil itu terfokus pada Gabriel yang masih menatapnya dari balik kaki pria asing itu. 

"Maaf ya, sudah buat anakmu menangis, aku sudah menikah dan ini, suami juga anakku"

Jesslyn meminta maaf pada Devan yang hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk, baru ingin didekati tapi ternyata sudah memiliki pasangan. 

"Iya, ini salah Fiona yang selalu bertindak tanpa memikirkannya dulu" 

Jesslyn tertawa dan menggeleng "dia masih anak-anak, masih belum mengerti pada apa yang dia lakukan"

Fiona mendekati Gabriel dan menyerahkan gelang di tangannya. "Ini untukmu, bolehkah aku berteman dengannya?" Fiona bertanya pada Jesslyn dan pada pria asing yang masih memberi tatapan tajam pada Papahnya itu. 

"Tentu boleh Fiona"

Fiona tersenyum senang dan memasangkan gelang di tangan kecil Gabriel, meski terlihat kebesaran nampaknya Gabriel juga menyukainya dan hal itu membuat Fiona senang. 

"Gabriel, namanya bagus, apa ada artinya?"

"Namanya Gabriel, artinya malaikat .. Malaikat yang selalu menjaga dan melindungi Fiona dimanapun Fiona berada" Jesslyn menjelaskan dan nampak kedua mata Fiona berbinar mendengar penjelasan Jesslyn mengenai nama Gabriel. 

Sejak hari itu Fiona mulai dekat denga Gabriel, setiap hari, sebelum Papahnya berangkat bekerja dia akan dititipi di rumah Gabriel, memilih bermain bersama pria kecil itu dibanding Fiona harus berada di rumah sendiri dan kesepian, hanya bermain dengan sang Nenek yang sudah tak kuat jika ia ajak bermain lari-larian. 

Fiona juga bertahan membantu Jesslyn menjaga Gabriel yang sangat aktif berlari juga belajar berbicara, Fiona sangat senang bisa bermain di rumah Jesslyn meski terkadang pria bernama Arion yang tak lain Papah Gabriel itu terkadang masih memberikan ia tatapan kesal entah karena apa, tapi Fiona tak memperdulikannya. 

Dari pagi Fiona sudah berada di rumah Jeslyn sampai menjelang makan siang dan ketika sore mendatang, dia akan pulang  jika Nenek atau Papahnya menjemput dia untuk pulang. 

"Mamah, Fiona boleh kan terus bermain sama Gabriel sampai Gabriel besar nanti?"

Jesslyn yang tengah membereskan mainan Gabriel yang berserakan tersenyum menoleh pada Fiona dan menganggukan kepalanya. "Fiona jaga Gabriel ya, Fiona harus tetap berteman sama Gabriel sampai besar"

"Iya Fiona akan menjaga Gabriel sampai besar, dan Fiona mau menjadi Kakaknya boleh?"

Jesslyn tertawa kecil dan mengangguk setuju. 

"Boleh, Fiona boleh menjadi Kakaknya."

Saat itu usianya masih 4 tahun, semua ucapannya tentu hanya pemikiran anak-anak yang ingin selalu bersama, tanpa memikirkan bagaimana kehidupan saat besar nanti. 

Jika  Fiona  yang saat itu mengerti bagaimana hubungan mereka saat remaja, pasti memilih mengganti kata-katanya, dia tak mau menjadi Kakak, dia mau menjadi kekasih Gabriel, hanya dia ... Bukan orang lain. 

TBC ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status