Babang 10
*Happy Reading*"Eh, bener juga apa yang lo kata, ya?" gumam si Tante Betawi itu mengaminkan. "Ya, udah. Gue--"
"Saya nggak jadi beli, deh. Biar Tante ini saja yang beli. Saya mau cari jas lain yang lebih baik," ucap wanita muda memotong ucapan Tante Betawi, sambil meninggalkan toko begitu saja.
"Lah? Keduluan gue." Wanita tua itu melongo seketika.
Lain hal Tante Betawi yang melongo, Bianca malah tersenyum penuh kemenangan melihat kejadian tadi. Karena itu berarti, saingannya dalam memperebutkan jas ini berkurang sudah.
"Nah, Tante--"
Ddrrttt ... ddrrtt ... dddrrtt ....
Baru saja Bianca mau angkat bicara, ponselnya sudah berdering nyaring, dengan nama Marcel di layar depannya.
Ck, ganggu aja!
"Ya, udah ya, Tan. Saya duluan."
Tahu akan watak pacarnya, Bianca pun buru-buru mengangkat panggilan Marcel, agar pria pemarah itu tidak ngamuk lagi.
"Oh, iya. Maaf, Tan. Saya bohong soal kualit
*Happy Reading*Menyadari kehadiran Marcel. Bianca pun segera menjauhkan diri dari Alvaro, dan bergegas masuk ke mobil pacarnya, tanpa repot-repot berpamitan pada pria yang sebenarnya masih termasuk atasannya itu.Persetan dengan status Alvaro. Saat ini, Bianca lebih ketakutan pada tatapan nyalang Marcel, yang terus menatapnya dan Alvaro.Aduh! Mampus ini, mah! Marcel bisa salah paham lagi, dan ....Akh!Baru juga Bianca mendaratkan pantat di kursi samping kemudi, tangan Marcel sudah dengan cepat menjambak rambut Bianca kasar."Dasar jalang! Siapa lagi ya lo godain sekarang?" desis Marcel dengan suara dalam, membuat kuduk Bianca langsung meremang karena ketakutan."Yang, ka-kamu salah paham, Yang. I-itu tadi ... Bos aku. Dia--""Owh ... Bos elo. Pintar ya sekarang cari mangsanya?"Bianca sontak menelan salivanya kelat, saat melihat senyum miring Marcel."Bu-bukan begitu, Yang. Ak-aku dan dia gak ada hubungan
Babang 12*Happy Reading*"Hentikan!"Tiba-tiba saja Bianca menyusup di antara keduanya. Alvaro menyeringai ketika Bianca berdiri membelakanginya dengan kedua tangan terentang.Tak ayal, mata Marcel pun langsung menyalang ke arah keduanya. "Kamu membelanya, Bi?"Takut-takut, Bianca menurunkan kedua tangannya saat mendengar gelegar suara Marcel barusan, kemudian menoleh ragu-ragu ke belakang. Tubuhnya pun mulai gemetaran.Alvaro maju hingga tubuhnya menjulang di depan Bianca untuk menutupi pandangan Marcel. Namun, sebuah tinju menghantam perutnya saat belum sepenuhnya siap. Hingga Alvaro terbungkuk sambil menahan sakit.Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali Marcel melayangkan tinjunya. Tidak peduli Alvaro siap atau tidak, bisa atau tidak membalas. Marcel terus saja melayangkan pukulannya, seperti kesetanan.Bianca hanya bisa berteriak-teriak di tempatnya melihat hal itu. Dia ingin menolong, tapi tidak bisa. Tenaganya kalah telak p
"Halo," ucap Alvaro dengan senyum mengembang setelah menepikan mobil.Suara ramah yang dipadukan senyum manis membuat Bianca nyaris meneteskan air liur. Sungguh merupakan perpaduan maut yang bisa membuat cewek-cewek jatuh hati.Sayang pria ini terlalu pelit memperlihatkannya pada publik."Enggak, kok. Ini cuma mau mampir ke apartemen dulu, setelah itu Al meluncur ke situ."Bianca sekuat mungkin menahan diri untuk tidak menoleh ke arah Alvaro. Saat suara lembut itu terdengar rungunya.Meski sebenarnya dia sangat kepo sekali pada orang yang menelpon Alvaro, hingga mampu membuat cowok jutek ini berubah jadi seperti kucing manis seperti itu.Pasti pacarnya, gak salah lagi!
Bab 14*Happy Reading* Di sisi lain, Alvaro juga sudah memasuki lift. Langsung bersandar di dinding dinginnya. Alvaro memejamkan mata erat seraya meredakan debaran jantung yang seperti deburan ombak, kencang menghantam. Sialan! Gue kenapa, sih? Kenapa tadi itu …. "Argh .... Ingat, Al! Dia itu sahabatnya istri bos kamu, Aika. Kamu harus menjaganya. Bukan mengencaninya." Alvaro menggeram kesal setelahnya, sebelum menyugar rambut dengan kasar. Ini gila! Alvaro merasa mulai tak mengenali dirinya sendiri. Dia pun bergegas pergi saat pintu lift sudah sampai tujuannya, agar tidak berubah pikiran dan malah kembali masuk ke apartemen. Tidak boleh, Al. Dia bukan tipemu!' Batinnya kembali memperingatkan. Setengah jam kemudian, Alvaro baru sadar kalau sudah berhenti di depan rumah. Tuhan, Jadi, dari tadi dia nyetir sambil melamun? Alvaro meletakkan kepala di atas setir mobil. Menutup mata sejenak dan mengatur
*Happy Reading* Paginya, Bianca terbangun dengan perasaan lebih ringan. Otaknya terasa segar karena tidur yang nyenyak semalaman. Bahkan, sebenarnya untuk bangun pagi ini pun. Bianca malas sekali. Toh, dia juga sudah mendapat izin cuti kan? Jadi, bermalas-malasan sejenak rasanya tidak masalah. Betul! Bianca sudah berniat akan bermalasan seharian hari ini. Memanjakan diri dan berusaha tidak memikirkan hari esok. Istilah kerennya me time, gaes! Karena itulah, meski sebenarnya masih ingin bergumul di atas kasur. Bianca harus memaksakan bangun untuk bersiap pergi ke salon, karena ingin memulai hidup yang baru dengan penampilan yang baru pula. Kan, dia juga harus mencari mangsa baru. Jadi upgrade penampilan itu hukumnya wajib untuk Bianca saat ini. Mengingat hal itu, Bianca pun meregangkan tubuh dengan puas. Kemudian Berguling ke samping, mengangkat pantat sedikit tinggi dan .... Duuutttttt ...
*Happy Reading*Mereka berdua menuju ke swalayan dekat apartemen. Sesampainya di sana, Bianca langsung menarik troli besar, dan melenggang dengan riang sambil sesekali berdendang kecil.Tidak jelas apa yang sedang dia nyanyikan, yang jelas terlihat hanyalah wajah sumringah dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya.Jelas Bianca sumringa. Ini kan saatnya dia berbelanja dengan uang Alvaro. Kapan lagi yee, kan, bisa morotin asisten jutex ini?Bianca pun mulai memasukkan barang-barang tanpa melihat harganya, juga tentu saja tanpa meminta persetujuan Alvaro. Dia terbawa kebiasaan ketika bersama dengan Marcel.Tidak masalah, kan? Toh Alvaro tidak ada melarangnya, tuh!Pria itu masih mengikutinya dengan santai, tanpa satu pun kata yang terucap dari bibir seksinya. Berarti pria itu tidak keberatan dengan belanjaan Bianca, benar tidak?Namun, yang membuat wajah
*Happy Reading*"Pak! Kok tega banget sih? Saya gak bawa duit, nih! kan tadi bapak yang buru-buru ngajak belanja!" seru Bianca dengan lantang, takut benar-benar ditinggalkan Alvaro.Demi apa? Ternyata pria itu benar-benar raja tega! Beraninya dia mempermainkan Bianca seperti ini. Ugh ... tidak bisa dibiarkan!Sayangnya, Alvaro mengabaikan teriakan itu, membuat Bianca makin gusar, dan harus segera memutar otak pintarnya agar tidak malu sendirian.Okeh! Baiklah kalau itu maumu, Gustavo--eh salah, Alvaro! Lihat saja apa yang akan Bianca lakukan untuk membalas perlakukan licikmu?!"Sayang? Ayolah!" Bianca mengubah seruannya menjadi rengekan manja, seraya menarik lengan Alvaro dengan segera."Iya, iya, aku ngaku salah, deh. Emang ngidam ngidam aku tuh nyebelin hari ini, maunya dorong troli belanja sendiri. Kamu pasti khawatir, kan? Tapi jangan merajuk gini dong, Beb. Nggak malu apa sama anak yang ada di kandungan?" Bianca menambahkan dengan lugas
*Happy Reading*Alvaro segera mengikuti Bianca ke kamar, berniat untuk minta maaf. Tapi wanita itu membanting pintu di depannya. Membuat Alvaro menelan saliva kelat karenanya.Ingin memaksa masuk, tapi rasanya sungkan. Akhirnya tangannya yang hendak mengetuk, hanya terhenti di udara. Lalu pria itu pun memutuskan untuk memberi waktu bagi Bianca.Setelah wanita itu agak tenang, dia janji akan minta maaf.Sekali lagi Alvaro menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat, dengan perasaan yang tiba-tiba gelisah. Kemudian dia pun menuju ke ruang tamu. Untuk menenangkan diri juga.Entah kenapa? Hatinya benar-benar tidak nyaman melihat kesedihan yang membayangi wajah Bianca tadi. Alvaro merasa jadi orang jahat hari ini.Ah, mulutnya memang kadang tidak bisa di Rem.Menghela napas berat sekali lagi, Alvaro melirik ke arah pintu, tepatnya ke arah barang belanjaan, yang masih teronggok di dekat pintu. Akhirnya pria itu pun memutuskan untuk mera