Share

4. Tidur Di Sini Bersamaku

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2024-07-17 21:25:58

Theona terpaku beberapa saat. Ia memicingkan mata melihat wajah Ikosagon yang kian mendekat. Apalagi dengan manik mata yang terpejam sempurna. Namun entah mengapa, ia ikut memejamkan mata. Perlahan ia merasakan sesuatu yang lembut dan lembab mendarat di bibirnya.

"Apa kau sedang berpura-pura tidak pernah berciuman?" tanya Ikosagon mengejek. Ciuman yang terasa kaku itu membuatnya kesal.

Mendengar pertanyaan itu, jantung Theona seolah ingin meledak. Ia pikir, Ikosagon mau menyentuhnya karena sudah mau menerimanya. Namun nyataannya, pria itu hanya ingin menuduh dan merendahkannya saja.

"Kenapa kau selalu berpikir negatif tentangku, Osa? Sumpah aku belum pernah berciuman seperti itu. Aku hanya pernah berciuman sekedar menempelkan bibir saja." Dengan kecewa, Theona berusaha menjelaskan.

"Cih! Mana mungkin wanita yang sering bermain-main di luar dengan pria, tapi belum pernah berciuman. Kalau mau membual masuk akal sedikit. Kau pikir aku anak kecil yang bisa dibodoh-bodohi?" sanggah Ikosagon sinis.

"Sudah kubilang kalau aku tidak seperti yang kau pikirkan. Selaput daraku robek karena aku diperkosa."

Air mukanya sudah memerah dan bulir-bulir bening menumpuk di pelupuk mata dan hampir tumpah ruah membanjiri wajah. Beruntung, Theona berhasil menahannya kuat-kuat.

"Terserah kau mau mengelak seperti apa. Pokoknya sampai dunia kiamat sekalipun aku tidak akan pernah percaya," balas Ikosagon malas.

Pria itu berbalik dan masuk ke dalam kamar. Sementara itu, Theona hanya bisa menangis sesenggukan menatap punggung suaminya yang perlahan menghilang di balik pintu. Tubuhnya terasa berat dan meluruh begitu saja hingga duduk terjerambah di lantai.

"Kenapa harus sesakit ini?" Theona meremas dadanya kuat-kuat diiringi bulir bening yang terus mengalir membasahi pipinya.

Theona baru sadar telah menjadi wanita lemah semenjak mengenal Ikosagon. Sudah dua kali ia menangis karena ucapan pria itu. Ia lekas menghapus air matanya dan berusaha menguatkan dirinya sendiri.

"Baiklah, selamat datang hidup baru," lirih Theona beranjak berdiri sambil mengulas senyum. Mau tidak mau, ia tetap harus menyambut kehidupan barunya.

"Ingat! Kita tetap satu kamar," ujar Ikosagon tiba-tiba.

Entah sejak kapan pria itu berdiri di depan pintu, bahkan Theona sendiri tidak sadar pintu telah dibuka. Mungkin karena ia terlalu fokus pada luka hatinya.

"Ah, iya." Theona terlihat terkejut dan bangkit berdiri.

Ikosagon mengernyitkan dahinya melihat raut wajah Theona yang bersinar. Padahal sebelumnya terlihat sedih dan basah akan air mata.

"Kenapa ekspresi wajahnya cepat sekali berubah?" batin Ikosagon sambil menggelengkan kepala

Pria itu kembali masuk kamar diikuti oleh Theona. Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan memalingkan wajahnya, menatap Theona yang tengah duduk di sofa.

"Mulai malam ini kau tidak perlu tidur di sofa lagi," kata Ikosagon.

"Kalau bukan di sofa, lalu aku tidur di mana?" tanya Theona sambil mengerutkan keningnya. Tidur di tempat tidur tidak diizinkan dan tidur di sofa pun tidak diperbolehkan. Lalu, ia harus tidur di mana?

"Tidur di sini bersamaku." Ikosagon menepuk-nepuk kasur sebelah dan melanjutkan kata-katanya, "Tapi jangan salah paham dulu. Aku mengizinkanmu tidur bersamaku di sini bukan karena aku menyukaimu. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintaimu. Di hatiku cuma ada satu nama yang akan selalu memenuhi hatiku," imbuhnya menjelaskan.

Awalnya, manik mata Theona berbinar. Sudut bibirnya perlahan naik ke atas. Jantungnya berdegup kencang merasakan kebahagiaan. Namun, mendengar Ikosagon berkata bahwa ia mencintai wanita lain membuat semangatnya kembali runtuh. Hidupnya serasa hancur dalam sekejap mata.

"Kenapa? Apa kau kecewa?" tanya Ikosagon melihat Theona hanya melamun.

"Ti-tidak. Aku sama sekali tidak kecewa," sahut Theona menyangkal.

"Baguslah kalau kau tidak kecewa. Lagi pula, meskipun kau kecewa sekalipun aku tetap tidak peduli," ujar Ikosagon malas.

"Aku berjanji, aku akan merebut hatimu, membuatmu mencintaiku, dan membuatmu melupakannya," tekad Theona dalam hati.

Wanita cantik itu hanya perlu bersabar dan berusaha keras agar Ikosagon mau melihatnya. Bahkan batu yang sangat keras jika terus-menerus diterpa air hujan akan hancur. Begitu juga dengan hati Ikosagon. Ia yakin seiring berjalannya waktu sang suami akan berubah mencintainya.

"Kau mau ke mana?" tanya Ikosagon melihat Theona beranjak berdiri. Padahal wanita itu baru saja duduk.

"Aku lapar. Apa kau tidak lapar?" sahut Theona balik bertanya.

"Lapar, tapi di rumah ini tidak ada bahan makanan apa pun," balas Ikosagon sambil menyentuh perutnya yang sedikit keroncongan.

Semua barang-barang memang sudah dipindahkan sebelum mereka datang ke rumah itu. Namun, hanya bahan makanan saja yang tidak ada di sana. Theona sama sekali tidak terpikirkan akan hal itu karena proses pindah yang tiba-tiba.

"Kalau mie instan ada tidak?" tanya Theona ragu.

Satu menit yang lalu ia berpikir untuk memesan makanan siap antar. Namun, akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan ia tidak berpikir sanggup menahannya.

"Aku tidak tahu, tapi kau coba periksa saja. Barangkali saja penjaga rumah menyimpannya," balas Ikosagon.

"Baiklah, tapi kalau ada kau mau tidak? Kalau mau, biar aku buatkan sekalian," ujar Theona menawarkan.

Meskipun ia tidak yakin Ikosagon mau, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagi pula, meskipun konglomerat seperti Ikosagon tidak terlihat pernah memakan mie instan. Namun, dalam keadaan lapar seperti ini tidak memungkinkan untuk tidak menolak.

"Bo-leh," sahut Ikosagon mengangguk ragu.

"Oke, aku coba cek dulu." Theona melangkah keluar dan tidak sadar bahwa Ikosagon juga ikut berjalan di belakangnya, "Astaga! Aaa!"

Theona terkejut dengan kehadiran Ikosagon yang tiba-tiba. Tubuh wanita itu menjadi tidak seimbang sehingga terjatuh ke belakang. Namun, belum sempat menikmati lantai berundak itu, Ikosagon sudah menangkapnya.

Perlahan, Theona membuka mata dan melihat Ikosagon sedang menatapnya lekat. Ia bahkan bisa mendengar detak jantungnya dengan detak jantung pria itu saling bersahutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   69. Akhir Kisah

    Satu bulan kemudian, Theona merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Berat badannya tiba-tiba naik dan nafsu makannya kian bertambah. Terkadang, ia sampai lupa berapa kali sehari ia makan karena terlalu sering."Sepertinya aku harus diet," celetuk Theona."Untuk apa? Aku suka kau yang lebih berisi seperti ini." Ikosagon semakin mengeratkan pelukannya."Tapi aku tidak suka. Aku terlihat seperti ibu-ibu yang sedang menyusui. Astaga! Apa aku hamil?" Theona terkejut teringat bagaimana kondisi tubuhnya ketika sedang mengandung putra pertamanya."Apa benar kau hamil?" tanya Ikosagon berbinar.Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya Ikosagon saat ini. Kabar baik itu memang belum pasti, tetapi kebahagiaannya langsung membuncah begitu saja."Aku tidak tahu, tapi dulu ketika hamil Alpha nafsu makanku meningkat dan berat badanku pun semakin bertambah," jelas Theona."Ini, sih, sudah jelas kalau kau hamil. Bukankah kita sudah bekerja keras selama ini? Jadi, kita hanya perlu memetik hasilnya," kata Ik

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   68. Serahkan Suamimu Padaku!

    "Tidak-tidak. Kalau Alpha tiba-tiba ke sini mencari kita bagaimana?" tolak Theona khawatir."Itu mudah. Aku akan menelepon Mbak Santi untuk tidak datang ke sini. Bagaimana?" balas Ikosagon membujuk.Theona terlihat sedang berpikir. Raut wajahnya terlihat sangat ragu dan tidak setuju dengan ide suaminya. Bagaimana kalau ayah, ibu tiri, atau Sherly yang masuk ke dalam. Bisa saja pintu dikunci, tapi akan sangat tidak enak rasanya kalau ada yang mengetuk pintu dan memanggilnya."Apa kita perlu menginap satu malam agar kita bisa main-main di kamar ini?" tawar Ikosagon tidak menyerah."Ya sudah sekarang saja, tapi kalau ada yang datang ke sini bagaimana?" kata Theona memutuskan, tetapi masih khawatir."Abaikan saja. Jadi, bisakah kita memulainya sekarang?" tanya Ikosagon yang kemudian diangguki oleh Theona.Sebelum benar-benar melakukannya, Ikosagon melompat turun dan mengunci pintu. Kemudian, ia kembali dan mulai melancarkan aksi membuat kenangan di kamar itu. Melucuti pakaian istrinya hin

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   67. Dasar Mesum!

    Saat ini, Ikosagon sudah berada di rumah ayah mertuanya bersama Theona dan Alphagon. Mereka baru saja sampai dan duduk di sofa. Berhubung Ikosagon ingin membuat kejutan, jadi ia meminta pengasuh yang baru ia sewa untuk mengajak putranya bermain."Apa kau ingin aku membalaskan perbuatan mereka pada Petraeus?" tanya Ikosagon dengan sudut bibir yang dinaikkan sebelah. Tangan kanannya senantiasa bergerak memainkan rambut istrinya yang tergerai cantik."Kenapa kau diam saja? Kau ingin aku melakukan apa pada mereka?" tanya Ikosagon lagi karena tak mendengar jawaban apa pun.Ikosagon sengaja bertanya pada sang istri dengan suara yang cukup keras. Tatapan matanya fokus menatap ayah mertuanya dan Merry bergantian. Mendengar pertanyaan yang Ikosagon lontarkan membuat sepasang suami istri itu menegang. Tidak lama kemudian, tubuh mereka berdua bergetar ketakutan."Kau tidak perlu khawatir karena aku memiliki bukti konkrit. Jadi hanya dengan menyerahkan bukti itu ke polisi, mereka akan langsung m

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   66. Jantung Ini Milik Mendiang Kekasihmu

    Setelah melakukan ritual malam pertama setelah enam tahun berlalu, kini Theona dan Ikosagon bermalas-malasan di atas tempat tidur tanpa berencana untuk membersihkan diri."Sebenarnya, ini luka bekas apa?" tanya Theona sambil mengusap bekas luka di bagian dada kiri Ikosagon.Sejak dulu, Theona begitu penasaran dan sempat bertanya. Namun sayangnya, Ikosagon tidak mau menjawab. Dan pada kesempatan kali ini, di saat hubungannya sudah benar-benar membaik, ia berharap Ikosagon mau mengatakannya."Sebenarnya, ini luka bekas operasi tranplantasi jantung," sahut Ikosagon. Tiba-tiba raut wajahnya berubah tidak enak."Memangnya ada apa dengan jantungmu?" tanya Theona penasaran."Sejak lahir, aku mengalami kelainan jantung dan tiga bulan sebelum kita menikah, aku melakukan tranplantasi," jelas Ikosagon sambil menatap kosong langit-langit kamar."Tapi, sekarang kau sudah baik-baik saja, 'kan?" tanya Theona khawatir."Tentu saja aku baik-baik saja. Apalagi ada kau di sisiku. Hanya saja ..." Ikosag

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   65. Ayo Kita Buat Adik Kembar!

    "Sayang, bangun. Ayo kita pindah ke kamar!" Ikosagon merengek sambil mengecupi telinga istrinya. Berkali-kali ia berusaha membangunkan, tetapi sang istri tak kunjung bangun dan justru terlihat sangat pulas."Yang? Sayang?" rengek Ikosagon.Sambil menguap dan merentangkan kedua tangannya, perlahan Theona membuka mata. "Alpha sudah tidur?" tanyanya pada sang suami."Sudah. Ayo kita ke kamar!" balas Ikosagon bersemangat."Alpha bagaimana?" tanya Theona tidak tega meninggalkan putranya sendirian."Nanti kalau sudah selesai, kita balik lagi ke sini," sahut Ikosagon bersemangat.Theona mengangguk berencana untuk bangun dan turun. Akan tetapi, Ikosagon tidak membiarkannya begitu saja. Pria itu langsung bergerak cepat dengan mengangkat tubuh rampingnya ala pengantin. Kemudian, ia lekas membawa Theona keluar dan menuju kamarnya."Apa kau sudah benar-benar sembuh?" tanya Theona khawatir. Pasalnya, ia merasakan suhu tubuh suaminya yang masih lumayan panas."Iya. Aku hanya butuh waktu berdua deng

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   64. Bermain-main di Bawah Selimut

    Theona menatap Ikosagon sendu. Mengingat kisah yang ibu mertuanya ceritakan membuatnya sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa pria seperti Ikosagon bisa menjadi hancur hanya karena kehilangannya?"Kenapa? Apa kau tidak mau memberiku kesempatan?" Ikosagon mengangkat kepalanya menatap Theona serius."Tidak. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki segalanya. Jadi, seandainya sikapmu masih seperti yang dulu. Maaf, aku tidak bisa terus-menerus berada di sampingmu dan terpaksa harus pergi seperti sebelumnya," balas Theona menggebu."Apa kau serius?" tanya Ikosagon tidak percaya."Ya, sangat-sangat serius," sahut Theona mantap.Mendengar jawaban yang Theona lontarkan membuat Ikosagon berlari dan mendekap tubuh istrinya erat. Ia merasa, kebahagiaannya kali ini terasa lebih lengkap."Terimakasih banyak, Sayang, terimakasih. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku janji akan selalu membahagiakanmu," ujar Ikosagon tersenyum bahagia sekaligus lega."Hentikan, Osa! Aku b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status