Siapa sangka, gadis secantik Theona telah dijual oleh keluarganya pada pria tua berusia 65 tahun dan dinikahkan dengan putra tampannya, Ikosagon. Setelah menikah, Theona memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya pada Ikosagon. Namun sayangnya, ia selalu diperlakukan kasar dan dingin karena sang suami memiliki wanita lain di hatinya. Bahkan, Theona selalu diberi obat peluruh janin setiap kali mereka berhubungan badan. Ia juga dilarang hamil jika tidak ingin anaknya dibunuh oleh Ikosagon sendiri. Seperti apa kelanjutan kisah Theona dan Ikosagon? Apa yang akan Theona lakukan jika ia tahu dirinya tengah hamil? Cover by bing and design by me Cerita ini dipublikasikan pada 17 Juli 2024
View More"Lepas! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Theona berontak ketika pengawal ibu tirinya menyeretnya masuk ke rumah.
Rasanya percuma saja meski sudah berusaha keras kabur. Lagi-lagi, Marry mampu menemukannya padahal dia sudah merasa bersembunyi di tempat yang paling aman. "Bawa dia ke kamar. Kalau sampai kalian kelolosan lagi ... nyawa kalian yang akan jadi taruhannya." Marry mengancam anak buahnya dengan manik mata membola. "Baik, Nyonya," balas bodyguard tegas. "Tidak, aku tidak mau! Aku tidak mau dinikahkan dengan pria tua!" teriak Theona masih berusaha melepaskan diri. Theona dibawa ke lantai dua di mana kamarnya berada. Wanita itu dilempar hingga tersungkur di lantai, lalu bergegas meringkuk di dekat tempat tidur. Meskipun tubuhnya sangat basah dan kotor, ia sama sekali tidak berniat untuk membersihkan diri. Lagi pula, hidupnya sudah berakhir. *** Keesokan harinya, Theona dibawa ke rumah mewah bergaya Eropa dengan pilar-pilar besar di beberapa pintu. Ia dibawa masuk ke sebuah kamar dan dirias sedemikian rupa layaknya seorang pengantin. Tiba-tiba, kenop pintu bergerak turun sempurna. Tidak lama kemudian, daun pintu terdorong ke dalam hingga terpampang sosok pria tampan yang terlihat sangat asing di mata Theona. "Ada apa? Kenapa kau seperti melihat hantu?" tanya pria yang diketahui memiliki nama Ikosagon. Tatapan matanya sangat dingin melihat ekspresi terkejut Theona. "Se-seharusnya ak-aku yang tanya. Kenapa kau ada di sini?" Theona balas bertanya dengan nada tergagap. "Tentu saja karena aku pemilik kamar ini," sahut Ikosagon datar. "Tidak mungkin, ini kamar calon suamiku," sergah Theona menggebu. Ikosagon menatap Theona sekilas sambil menunjukkan seringai tipisnya. Pria itu menutup pintu dan berjalan masuk. Ia melepas jasnya dan melemparnya ke sofa, lalu melepas dasi dan bergerak melepaskan kancing teratas. "A-apa ya-yang kau lakukan?" tanya Theona terbata dengan raut ketakutan. "Memangnya apa yang ingin aku lakukan?" Ikosagon tersenyum nakal sengaja ingin membuat Theona ketakutan, "Aku hanya ingin mengganti baju saja," imbuhnya malas. Untuk pertama kalinya pria itu tersenyum pada wanita. Padahal sebelumnya, ia termasuk pria yang sangat irit tersenyum, bahkan hampir tidak pernah. "Ganti baju? Di sini? Di kamar orang lain? Astaga! Mimpi apa aku semalam sampai-sampai bertemu dengan orang tidak tahu malu sepertimu?" Theona menggeleng tidak habis pikir. "Sudah kubilang kalau ini kamarku! Seharusnya kau bisa menebak kenapa aku ada di sini, bodoh!" sanggah Ikosagon geram. Bagaimana bisa ia dipaksa menikah dengan wanita bodoh seperti Theona? Andai tidak diancam akan kehilangan seluruh harta warisan, mungkin saat ini ia sedang bersenang-senang bersama seorang wanita di kamar hotel. "Bodoh kau bilang?!" Theona tidak kalah kesal dibandingkan dengan Ikosagon. "Ya, kau memang bodoh. Kau pikir saja sendiri alasan kenapa aku menyebutmu bodoh." Ikosagon menatap Theona meremehkan, "Mana mungkin aku masuk ke kamar orang lain? Sudah jelas-jelas, sejak dulu ini kamarku. Dasar wanita bodoh!" imbuhnya sambil melirik Theona sinis. Ikosagon melanjutkan aktivitasnya dengan melepas satu per satu kancing kemejanya. Sementara itu, Theona sibuk berpikir berusaha mengartikan ucapan pria itu. "Apa jangan-jangan dia calon suamiku?" Theona mencuri pandang ke arah Ikosagon sekilas, lalu kembali berpikir. "Bukankah calon suamiku pria tua berusia enam puluh lima tahun?" Theona memijit pelipisnya yang terasa sangat pening. "Tidak-tidak. Aku yakin ada yang salah atau mungkin aku dibawa ke kamar yang salah?" "Kenapa kau bengong di situ, bodoh?" tanya Ikosagon kesal. Theona mengangkat pandangan dan menatap ke arah Ikosagon. Namun, ia dikejutkan dengan penampilan pria itu yang hanya mengenakan celana boxer saja. "Aaa! Kau yang bodoh! Dasar pria mesum!" teriak Theona terkejut sambil menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya. "Pria mesum kau bilang?" Ikosagon melangkah mendekat ke arah Theona. Tubuh atletisnya dan seluruh otot-otot yang ada di tubuhnya terlihat sangat menawan. Beraninya wanita itu menyembunyikan wajahnya, sedangkan semua wanita begitu tergila-gila pada tubuhnya. "Tatap aku, bodoh!" seru Ikosagon, menarik tangan Theona agar mau menatap dirinya. Namun sayang, Theona justru semakin menunduk. "Kau berani menundukkan kepalamu, huh?!" bentak Ikosagon geram. "Kenapa tidak berani? Aku tidak akan sudi menatap pria gila mesum sepertimu?" Tanpa sadar, Theona mengangkat kepalanya dan menatap tajam Ikosagon, "Aaaaa!" imbuhnya berteriak sambil menutup matanya erat. Entah apa yang membuatnya begitu bodoh sampai-sampai menatap tubuh menggoda pria itu. Padahal beberapa detik yang lalu ia berkata tidak sudi. "Tatap aku! Tatap suamimu ini, bodoh!" seru Ikosagon emosi. Terlanjur kesal, Ikosagon meremas dagu Theona. "Su-su-suami?" Mendengar kata suami membuat Theona terbelalak. "Suami kau bilang? Ha-ha-ha!" Setelah itu, ia tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa ia percaya memiliki suami yang tampan dan muda, sedangkan ia belum menikah? Kalaupun sudah, pasti suaminya seorang pria tua seperti apa yang ibu tirinya katakan. "Diam!" bentak Ikosagon membuat Theona berhenti tertawa secara mendadak. "Iya, ini aku diam." Theona mengerucutkan bibirnya sambil menatap tajam Ikosagon, "Bisakah kau menjelaskan semuanya padaku? Siapa kau sebenarnya? Katakan alasan kenapa kau ada di kamar calon suamiku dan alasan kau berkata bahwa kau itu suamiku?" pinta wanita itu. "Aku Osa, pemilik kamar ini dan aku memang suamimu karena beberapa menit yang lalu kau sah menjadi istriku," jelas Ikosagon menggebu. Ikosagon benar-benar tidak habis pikir. Kenapa Theona bisa sebodoh itu. Sejak tadi ia sudah memberi tanda, tetapi wanita itu tidak kunjung mengerti. "Tunggu! Siapa nama lengkapmu dan berapa usiamu?" tanya Theona ingin memastikan lebih dulu. "Namaku Ikosagon dan usiaku dua puluh sembilan tahun." Ikosagon menjawab sambil menggertakkan gigi. "Astaga, Tuhan! Kenapa aku dinikahkan dengan wanita bodoh seperti dia? Bagaimana bisa aku diinterogasi seperti ini? Memangnya aku mau melamar pekerjaan apa," batin Ikosagon frustasi. Untuk pertama kalinya Ikosagon diperlakukan seperti itu. Padahal biasanya ia selalu dipuja-puja banyak wanita dan tidak pernah didiamkan dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu. "Kenapa pula dengan jantungku? Bagaimana bisa jantungku berdetak sangat cepat hanya karena wanita bodoh sepertinya?" bisik Ikosagon berkecamuk. "Benar bukan? Kau itu memang bukan calon suamiku karena yang aku tahu calon suamiku bernama Lakeswara dan usianya enam puluh lima tahun," ujar Theona sambil menghempaskan tangan Ikosagon yang sedari tadi meremas dagunya. "Astaga, Tuhan! Lakeswara itu ayahku, bodoh! Dan aku, dipaksa menikah denganmu, Theona bodoh!" balas Ikosagon frustasi. Lebih baik dihadapkan dengan segudang pekerjaan daripada harus menghadapi Theona. Kebodohan wanita itu membuatnya hampir gila. "Jadi, aku tidak akan menikah dengan pria tua?" tanya Theona takut-takut. "Tidak, bodoh! Kau dinikahkan denganku, pria tampan yang banyak digilai banyak wanita dan kau harus bersyukur," balas Ikosagon, tetapi tidak dihiraukan sama sekali oleh Theona. "Tapi, bagaimana bisa kita sudah sah menikah sedangkan aku tidak melakukan apa pun?" tanya Theona bingung. Melihat ekspresi dan sikap yang Theona tunjukkan sejak tadi membuat Ikosagon yakin, kalau sang ayah tidak memberitahukan pada Theona bahwa dirinyalah yang dinikahkan dengan wanita itu. Jadi, bukan karena ketampanan yang membuat wanita itu mau dijodohkan dengannya. "Karena prosesnya dilakukan tanpamu, bodoh," sahut Ikosagon malas sambil menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Theona berusaha mencerna kata-kata Ikosagon, tetapi tidak menemukan jawaban. Bagaimana bisa mereka menikah tanpa ada Theona di sana? "Tentu saja bisa, bodoh!" Tangan Ikosagon terkepal kuat menahan kesal. "Baiklah, terserah kau saja," ujar Theona malas. Kini, Ikosagon berjalan dengan langkah terhuyung. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dan terlihat sangat nyaman. "Apa yang kau lakukan, bodoh?" tanya Ikosagon dingin. Pria itu melihat Theona meraih resleting gaun pengantin dan menariknya ke bawah. Berhubung sulit sekali untuk menurunkannya, jadi wanita itu melepaskan lengan baju bagian kiri terlebih dahulu. "Aku hanya ingin menurunkan resleting saja. Setelah itu, aku mau membersihkan wajah, mengganti baju, dan tidur," jelas Theona secara rinci. "Lakukan itu di kamar mandi atau di ruang ganti saja," ujar Ikosagon memerintah. Melihat punggung mulus Theona membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Rasanya, sesuatu di dalam celana boxernya berontak dan ingin keluar.Satu bulan kemudian, Theona merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Berat badannya tiba-tiba naik dan nafsu makannya kian bertambah. Terkadang, ia sampai lupa berapa kali sehari ia makan karena terlalu sering."Sepertinya aku harus diet," celetuk Theona."Untuk apa? Aku suka kau yang lebih berisi seperti ini." Ikosagon semakin mengeratkan pelukannya."Tapi aku tidak suka. Aku terlihat seperti ibu-ibu yang sedang menyusui. Astaga! Apa aku hamil?" Theona terkejut teringat bagaimana kondisi tubuhnya ketika sedang mengandung putra pertamanya."Apa benar kau hamil?" tanya Ikosagon berbinar.Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya Ikosagon saat ini. Kabar baik itu memang belum pasti, tetapi kebahagiaannya langsung membuncah begitu saja."Aku tidak tahu, tapi dulu ketika hamil Alpha nafsu makanku meningkat dan berat badanku pun semakin bertambah," jelas Theona."Ini, sih, sudah jelas kalau kau hamil. Bukankah kita sudah bekerja keras selama ini? Jadi, kita hanya perlu memetik hasilnya," kata Ik
"Tidak-tidak. Kalau Alpha tiba-tiba ke sini mencari kita bagaimana?" tolak Theona khawatir."Itu mudah. Aku akan menelepon Mbak Santi untuk tidak datang ke sini. Bagaimana?" balas Ikosagon membujuk.Theona terlihat sedang berpikir. Raut wajahnya terlihat sangat ragu dan tidak setuju dengan ide suaminya. Bagaimana kalau ayah, ibu tiri, atau Sherly yang masuk ke dalam. Bisa saja pintu dikunci, tapi akan sangat tidak enak rasanya kalau ada yang mengetuk pintu dan memanggilnya."Apa kita perlu menginap satu malam agar kita bisa main-main di kamar ini?" tawar Ikosagon tidak menyerah."Ya sudah sekarang saja, tapi kalau ada yang datang ke sini bagaimana?" kata Theona memutuskan, tetapi masih khawatir."Abaikan saja. Jadi, bisakah kita memulainya sekarang?" tanya Ikosagon yang kemudian diangguki oleh Theona.Sebelum benar-benar melakukannya, Ikosagon melompat turun dan mengunci pintu. Kemudian, ia kembali dan mulai melancarkan aksi membuat kenangan di kamar itu. Melucuti pakaian istrinya hin
Saat ini, Ikosagon sudah berada di rumah ayah mertuanya bersama Theona dan Alphagon. Mereka baru saja sampai dan duduk di sofa. Berhubung Ikosagon ingin membuat kejutan, jadi ia meminta pengasuh yang baru ia sewa untuk mengajak putranya bermain."Apa kau ingin aku membalaskan perbuatan mereka pada Petraeus?" tanya Ikosagon dengan sudut bibir yang dinaikkan sebelah. Tangan kanannya senantiasa bergerak memainkan rambut istrinya yang tergerai cantik."Kenapa kau diam saja? Kau ingin aku melakukan apa pada mereka?" tanya Ikosagon lagi karena tak mendengar jawaban apa pun.Ikosagon sengaja bertanya pada sang istri dengan suara yang cukup keras. Tatapan matanya fokus menatap ayah mertuanya dan Merry bergantian. Mendengar pertanyaan yang Ikosagon lontarkan membuat sepasang suami istri itu menegang. Tidak lama kemudian, tubuh mereka berdua bergetar ketakutan."Kau tidak perlu khawatir karena aku memiliki bukti konkrit. Jadi hanya dengan menyerahkan bukti itu ke polisi, mereka akan langsung m
Setelah melakukan ritual malam pertama setelah enam tahun berlalu, kini Theona dan Ikosagon bermalas-malasan di atas tempat tidur tanpa berencana untuk membersihkan diri."Sebenarnya, ini luka bekas apa?" tanya Theona sambil mengusap bekas luka di bagian dada kiri Ikosagon.Sejak dulu, Theona begitu penasaran dan sempat bertanya. Namun sayangnya, Ikosagon tidak mau menjawab. Dan pada kesempatan kali ini, di saat hubungannya sudah benar-benar membaik, ia berharap Ikosagon mau mengatakannya."Sebenarnya, ini luka bekas operasi tranplantasi jantung," sahut Ikosagon. Tiba-tiba raut wajahnya berubah tidak enak."Memangnya ada apa dengan jantungmu?" tanya Theona penasaran."Sejak lahir, aku mengalami kelainan jantung dan tiga bulan sebelum kita menikah, aku melakukan tranplantasi," jelas Ikosagon sambil menatap kosong langit-langit kamar."Tapi, sekarang kau sudah baik-baik saja, 'kan?" tanya Theona khawatir."Tentu saja aku baik-baik saja. Apalagi ada kau di sisiku. Hanya saja ..." Ikosag
"Sayang, bangun. Ayo kita pindah ke kamar!" Ikosagon merengek sambil mengecupi telinga istrinya. Berkali-kali ia berusaha membangunkan, tetapi sang istri tak kunjung bangun dan justru terlihat sangat pulas."Yang? Sayang?" rengek Ikosagon.Sambil menguap dan merentangkan kedua tangannya, perlahan Theona membuka mata. "Alpha sudah tidur?" tanyanya pada sang suami."Sudah. Ayo kita ke kamar!" balas Ikosagon bersemangat."Alpha bagaimana?" tanya Theona tidak tega meninggalkan putranya sendirian."Nanti kalau sudah selesai, kita balik lagi ke sini," sahut Ikosagon bersemangat.Theona mengangguk berencana untuk bangun dan turun. Akan tetapi, Ikosagon tidak membiarkannya begitu saja. Pria itu langsung bergerak cepat dengan mengangkat tubuh rampingnya ala pengantin. Kemudian, ia lekas membawa Theona keluar dan menuju kamarnya."Apa kau sudah benar-benar sembuh?" tanya Theona khawatir. Pasalnya, ia merasakan suhu tubuh suaminya yang masih lumayan panas."Iya. Aku hanya butuh waktu berdua deng
Theona menatap Ikosagon sendu. Mengingat kisah yang ibu mertuanya ceritakan membuatnya sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa pria seperti Ikosagon bisa menjadi hancur hanya karena kehilangannya?"Kenapa? Apa kau tidak mau memberiku kesempatan?" Ikosagon mengangkat kepalanya menatap Theona serius."Tidak. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki segalanya. Jadi, seandainya sikapmu masih seperti yang dulu. Maaf, aku tidak bisa terus-menerus berada di sampingmu dan terpaksa harus pergi seperti sebelumnya," balas Theona menggebu."Apa kau serius?" tanya Ikosagon tidak percaya."Ya, sangat-sangat serius," sahut Theona mantap.Mendengar jawaban yang Theona lontarkan membuat Ikosagon berlari dan mendekap tubuh istrinya erat. Ia merasa, kebahagiaannya kali ini terasa lebih lengkap."Terimakasih banyak, Sayang, terimakasih. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku janji akan selalu membahagiakanmu," ujar Ikosagon tersenyum bahagia sekaligus lega."Hentikan, Osa! Aku b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments