Home / Romansa / Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan / 6. Bagaimana Caramu Melayani Suamimu?

Share

6. Bagaimana Caramu Melayani Suamimu?

Author: Vhiaraya
last update Last Updated: 2024-08-09 11:55:48

Theona terlihat gelagapan. Sebenarnya ia merasa senang berada dalam posisi itu. Namun, ia tidak boleh memanfaatkan situasi dan membuat Ikosagon semakin membencinya.

"Te-terimakasih," kata Theona terbata.

"Lain kali kau boleh memanggilku jika mengalami kesulitan. Apalagi tinggi badanmu yang ..." Ikosagon menghentikan kata-katanya dan tersenyum.

"Ternyata kau bisa tersenyum juga. Menurutku, kau lebih tampan jika tersenyum," kata Theona begitu terpana melihat senyum menawan Ikosagon.

Sejak awal, ia tidak pernah melihat Ikosagon tersenyum. Ekspresi wajah pria itu selalu dingin dan terkadang cenderung menakutkan. Apalagi ketika sedang marah dan mengejeknya.

"Aku tersenyum? Jangan mengarang cerita kau, Theo," sangkal Ikosagon.

"Ya, sepertinya aku memang mengarang," kata Theona menahan senyumnya.

"Apa kau tersenyum, Theo?" tanya Ikosagon dingin.

"Ah, tidak-tidak. Aku sangat lapar dan aku mau masak mie instan lagi." Theona beranjak pindah melihat kemarahan di manik mata bulat pria itu.

Ikosagon menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas berat. Kemudian, ia menatap punggung Theona sejenak dan beranjak pergi dari area meja makan.

***

Beberapa jam kemudian, Theona sudah ada di ruang ganti. Ia ingin bersiap-siap tidur dengan pergi ke kamar mandi. Mencuci kaki, tangan, wajah, dan menggosok gigi. Namun ketika ia pergi ke ruang ganti, ia tidak menemukan satu piyama pun di sana melainkan sederet lingerie seksi dengan berbagai warna.

"Bagaimana mungkin aku memakai pakaian ini? Yang ada Osa semakin memandang rendah aku dan mengataiku wanita murahan," batin Theona sambil mendesah pelan.

"Sepertinya besok pagi aku harus membeli piyama dan sekarang aku tidak perlu mengganti baju," putus Theona sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Theona membalikkan tubuhnya dan menabrak sesuatu yang keras. "Aww!" pekik Theona sambil menyentuh keningnya. Kemudian, ia mengangkat kepalanya dan melihat Ikosagon sedang menatapnya dingin.

"Maaf," lirih wanita itu.

"Kenapa kau bengong di situ?" tanya Ikosagon dingin.

"Tidak, tidak kenapa-kenapa." Theona menggeleng cepat, "Aku keluar dulu sudah mengantuk," imbuhnya sambil melangkah cepat.

Wanita itu merengkuh gagang pintu dan menoleh ke belakang. Ia merasa ada yang salah dengan ekspresi wajah Ikosagon. Padahal sebelumnya pria itu terlihat biasa-biasa saja, tapi kenapa sekarang kembali terlihat dingin?

Theona keluar dan duduk di depan meja rias. Ia memakai pelembab wajah sebelum akhirnya duduk di tepi ranjang. Ia masih tidak habis pikir dengan isi lemari gantungnya. Bagaimana bisa ibu mertuanya membelikan banyak sekali lingerie, tetapi tidak membelikannya satu piyama pun?

"Astaga! Kenapa tadi aku tidak memeriksa lemari lain? Kalau sampai semua isi lemari isinya lingerie semua bagaimana?" Theona mulai terlihat frustasi mengingat hal itu.

Tiba-tiba, pintu ruang ganti terbuka. Ia menoleh ke arah sana dan melihat raut wajah Ikosagon semakin tidak enak. Sepertinya pria itu sedang menghadapi masalah. Tatapan mata Theona terus terpaku pada Ikosagon. Bahkan sampai pria itu berbaring di atas tempat tidur.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Ikosagon dingin.

Sejak keluar dari ruang ganti, ia tahu bahwa Theona memperhatikannya. Jadi, ia bertanya karena penasaran.

"Ti-tidak, tidak ada," balas Theona menggeleng cepat.

"Kau mau ke mana?" tanya Ikosagon dengan dahi yang berkerut.

Ia melihat Theona beranjak berdiri bertepatan setelah ia membaringkan tubuhnya. Bukankah sebelumnya ia bilang mengantuk dan ingin pergi tidur?

"Aku mau tidur," sahut Theona.

"Kalau mau tidur kenapa malah berdiri bukannya berbaring?" tanya Ikosagon heran.

"Aku mau tidur di sofa saja," balas Theona menunjuk ke arah sofa.

Melihat raut tidak enak dari Ikosagon membuat Theona ingin menghindar. Ia takut salah langkah jika berbaring di atas tempat tidur tepat di samping pria itu. Jadi, lebih baik menghindar sebelum ia ditendang hingga jatuh tersungkur di lantai seperti sebelumnya.

"Kenapa? Bukankah sebelumnya kau sangat ingin tidur bersamaku?" tanya Ikosagon tersenyum sinis.

"Itu sebelumnya dan sekarang aku sudah tidak berminat," sanggah Theona gugup.

"Apa kau bilang? Cepat berbaring!" geram Ikosagon.

Ia benar-benar sakit telinga mendengar ucapan Theona. Memangnya ia pria jalang yang bisa diminati oleh siapa saja?

"Maaf, Osa, aku ingin tidur di sofa saja," tolak Theona tegas.

"Apa seperti ini cara orang tuamu mengajarimu untuk membantah perintah suamimu?" tanya Ikosagon sinis.

"Kenapa kau bawa-bawa nama orang tuaku?" tanya Theona mengeluh.

"Karena kau anaknya. Mana mungkin seorang anak diajarkan tata krama oleh orang lain," sanggah Ikosagon sambil menyeringai.

Ikosagon tahu ucapannya mampu membuat Theona akan berubah pikiran. Jadi, ia tidak terlalu menekan Theona dengan kata-kata jahatnya. Mungkin dalam hitungan jari wanita itu akan kembali dan berbaring di sampingnya.

"Baiklah, aku akan berbaring di situ," kata Theona lesu.

"Bagus. Mulai malam ini kau akan tidur di sini bersamaku." Ikosagon menatap Theona yang sudah berbaring.

"Hmmm, a-apa?" Theona cukup terkejut mendengar ucapan Ikosagon. Ia sampai beranjak berdiri sangking terkejutnya.

"Aku hanya tidak ingin ketahuan Papi sama Mami saja. Jadi, kau jangan salah paham," bohong Ikosagon.

"Hmmm." Theona menghela nafas kecewa. Ia pikir Ikosagon sudah mau menerimany, tetapi ia salah. Ia lekas berbaring dan tidak lama kemudian ia menggerakkan tubuhnya memunggungi Ikosagon.

"Astaga, Tuhan!" batin Ikosagon dongkol.

Bagaimana bisa ada wanita seperti Theona? Berani membelakanginya sedangkan banyak sekali wanita di luaran sana yang mendambakan tidur satu ranjang dengannya. Namun, sepertinya ia lupa dengan sikap kasar yang ia tunjukkan sebelumnya pada Theona. Atau memang seperti itu tabiatnya yang suka pura-pura lupa.

"Apa seperti ini cara orang tuamu meng--"

Ucapan Ikosagon seketika terhenti di awang-awang karena tiba-tiba Theona berbalik dan meletakkan jari telunjuknya di bibir Ikosagon.

"Jangan bawa-bawa nama orang tuaku. Aku tahu bagaimana cara bersikap dan melayani suamiku," geram Theona sambil menggertakkan giginya.

"Benarkah?" Ikosagon menyeringai mendapat kesempatan berlian.

"Ya," sahut Theona tegas.

"Jadi, bagaimana caramu bersikap pada suamimu?" tanya Ikosagon sambil memajukan tubuhnya. Tidak lupa dengan seringaian dan senyum liciknya.

"Ak-aku me-menawarimu makan dan membuatkanmu makanan," sahut Theona terbata.

"Hmmm, begitukah? Apa membuatkanku mie rebus bisa dikatakan membuatkanku makanan?" tanya Ikosagon tersenyum licik.

Theona menatap Ikosagon ngeri. Ia menyusutkan tubuhnya ke belakang dan menyadari bahwa ia sudah sampai di ujung. Jika tidak berhenti, maka ia akan jatuh terjengkang ke belakang.

"Baiklah, baiklah. Besok pagi aku akan pergi berbelanja bahan makanan dan akan membuatkanmu banyak makanan enak," balas Theona setelah merapikan ekspresi wajahnya yang kacau.

Ikosagon mengulurkan tangannya dan mengusap lembut rambut Theona. "Istri yang baik," pujinya.

Theona tersipu malu dengan wajah yang memerah. Bahkan, pria seperti Ikosagon yang dingin itu bisa tahu alasan wajahnya memerah.

"Kalau masalah kata-katamu tentang melayani suami. Bagaimana caramu melayani suamimu?" tanya Ikosagon penasaran dengan jawaban apa yang akan Theona berikan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   69. Akhir Kisah

    Satu bulan kemudian, Theona merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Berat badannya tiba-tiba naik dan nafsu makannya kian bertambah. Terkadang, ia sampai lupa berapa kali sehari ia makan karena terlalu sering."Sepertinya aku harus diet," celetuk Theona."Untuk apa? Aku suka kau yang lebih berisi seperti ini." Ikosagon semakin mengeratkan pelukannya."Tapi aku tidak suka. Aku terlihat seperti ibu-ibu yang sedang menyusui. Astaga! Apa aku hamil?" Theona terkejut teringat bagaimana kondisi tubuhnya ketika sedang mengandung putra pertamanya."Apa benar kau hamil?" tanya Ikosagon berbinar.Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya Ikosagon saat ini. Kabar baik itu memang belum pasti, tetapi kebahagiaannya langsung membuncah begitu saja."Aku tidak tahu, tapi dulu ketika hamil Alpha nafsu makanku meningkat dan berat badanku pun semakin bertambah," jelas Theona."Ini, sih, sudah jelas kalau kau hamil. Bukankah kita sudah bekerja keras selama ini? Jadi, kita hanya perlu memetik hasilnya," kata Ik

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   68. Serahkan Suamimu Padaku!

    "Tidak-tidak. Kalau Alpha tiba-tiba ke sini mencari kita bagaimana?" tolak Theona khawatir."Itu mudah. Aku akan menelepon Mbak Santi untuk tidak datang ke sini. Bagaimana?" balas Ikosagon membujuk.Theona terlihat sedang berpikir. Raut wajahnya terlihat sangat ragu dan tidak setuju dengan ide suaminya. Bagaimana kalau ayah, ibu tiri, atau Sherly yang masuk ke dalam. Bisa saja pintu dikunci, tapi akan sangat tidak enak rasanya kalau ada yang mengetuk pintu dan memanggilnya."Apa kita perlu menginap satu malam agar kita bisa main-main di kamar ini?" tawar Ikosagon tidak menyerah."Ya sudah sekarang saja, tapi kalau ada yang datang ke sini bagaimana?" kata Theona memutuskan, tetapi masih khawatir."Abaikan saja. Jadi, bisakah kita memulainya sekarang?" tanya Ikosagon yang kemudian diangguki oleh Theona.Sebelum benar-benar melakukannya, Ikosagon melompat turun dan mengunci pintu. Kemudian, ia kembali dan mulai melancarkan aksi membuat kenangan di kamar itu. Melucuti pakaian istrinya hin

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   67. Dasar Mesum!

    Saat ini, Ikosagon sudah berada di rumah ayah mertuanya bersama Theona dan Alphagon. Mereka baru saja sampai dan duduk di sofa. Berhubung Ikosagon ingin membuat kejutan, jadi ia meminta pengasuh yang baru ia sewa untuk mengajak putranya bermain."Apa kau ingin aku membalaskan perbuatan mereka pada Petraeus?" tanya Ikosagon dengan sudut bibir yang dinaikkan sebelah. Tangan kanannya senantiasa bergerak memainkan rambut istrinya yang tergerai cantik."Kenapa kau diam saja? Kau ingin aku melakukan apa pada mereka?" tanya Ikosagon lagi karena tak mendengar jawaban apa pun.Ikosagon sengaja bertanya pada sang istri dengan suara yang cukup keras. Tatapan matanya fokus menatap ayah mertuanya dan Merry bergantian. Mendengar pertanyaan yang Ikosagon lontarkan membuat sepasang suami istri itu menegang. Tidak lama kemudian, tubuh mereka berdua bergetar ketakutan."Kau tidak perlu khawatir karena aku memiliki bukti konkrit. Jadi hanya dengan menyerahkan bukti itu ke polisi, mereka akan langsung m

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   66. Jantung Ini Milik Mendiang Kekasihmu

    Setelah melakukan ritual malam pertama setelah enam tahun berlalu, kini Theona dan Ikosagon bermalas-malasan di atas tempat tidur tanpa berencana untuk membersihkan diri."Sebenarnya, ini luka bekas apa?" tanya Theona sambil mengusap bekas luka di bagian dada kiri Ikosagon.Sejak dulu, Theona begitu penasaran dan sempat bertanya. Namun sayangnya, Ikosagon tidak mau menjawab. Dan pada kesempatan kali ini, di saat hubungannya sudah benar-benar membaik, ia berharap Ikosagon mau mengatakannya."Sebenarnya, ini luka bekas operasi tranplantasi jantung," sahut Ikosagon. Tiba-tiba raut wajahnya berubah tidak enak."Memangnya ada apa dengan jantungmu?" tanya Theona penasaran."Sejak lahir, aku mengalami kelainan jantung dan tiga bulan sebelum kita menikah, aku melakukan tranplantasi," jelas Ikosagon sambil menatap kosong langit-langit kamar."Tapi, sekarang kau sudah baik-baik saja, 'kan?" tanya Theona khawatir."Tentu saja aku baik-baik saja. Apalagi ada kau di sisiku. Hanya saja ..." Ikosag

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   65. Ayo Kita Buat Adik Kembar!

    "Sayang, bangun. Ayo kita pindah ke kamar!" Ikosagon merengek sambil mengecupi telinga istrinya. Berkali-kali ia berusaha membangunkan, tetapi sang istri tak kunjung bangun dan justru terlihat sangat pulas."Yang? Sayang?" rengek Ikosagon.Sambil menguap dan merentangkan kedua tangannya, perlahan Theona membuka mata. "Alpha sudah tidur?" tanyanya pada sang suami."Sudah. Ayo kita ke kamar!" balas Ikosagon bersemangat."Alpha bagaimana?" tanya Theona tidak tega meninggalkan putranya sendirian."Nanti kalau sudah selesai, kita balik lagi ke sini," sahut Ikosagon bersemangat.Theona mengangguk berencana untuk bangun dan turun. Akan tetapi, Ikosagon tidak membiarkannya begitu saja. Pria itu langsung bergerak cepat dengan mengangkat tubuh rampingnya ala pengantin. Kemudian, ia lekas membawa Theona keluar dan menuju kamarnya."Apa kau sudah benar-benar sembuh?" tanya Theona khawatir. Pasalnya, ia merasakan suhu tubuh suaminya yang masih lumayan panas."Iya. Aku hanya butuh waktu berdua deng

  • Mengejar Cinta Istri yang Kusia-siakan   64. Bermain-main di Bawah Selimut

    Theona menatap Ikosagon sendu. Mengingat kisah yang ibu mertuanya ceritakan membuatnya sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa pria seperti Ikosagon bisa menjadi hancur hanya karena kehilangannya?"Kenapa? Apa kau tidak mau memberiku kesempatan?" Ikosagon mengangkat kepalanya menatap Theona serius."Tidak. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki segalanya. Jadi, seandainya sikapmu masih seperti yang dulu. Maaf, aku tidak bisa terus-menerus berada di sampingmu dan terpaksa harus pergi seperti sebelumnya," balas Theona menggebu."Apa kau serius?" tanya Ikosagon tidak percaya."Ya, sangat-sangat serius," sahut Theona mantap.Mendengar jawaban yang Theona lontarkan membuat Ikosagon berlari dan mendekap tubuh istrinya erat. Ia merasa, kebahagiaannya kali ini terasa lebih lengkap."Terimakasih banyak, Sayang, terimakasih. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku janji akan selalu membahagiakanmu," ujar Ikosagon tersenyum bahagia sekaligus lega."Hentikan, Osa! Aku b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status