Dengan segera Ayla menyelesaikan transaksinya tanpa mengambil uang dari mesin ATM tersebut. Setelah itu Ayla keluar dari ruang ATM dengan begitu banyak pertanyaan. Wajahnya masih terlihat memucat akibat shock dengan apa yang baru saja di lihatnya di layar kaca mesin ATM.
Dengan berjalan terburu-buru Ayla menuju ke restoran tempatnya bekerja. 'Kenapa ada begitu banyak uang di dalam tabunganku? Itu uang darimana?' batin Ayla bertanya-tanya. 'Aku harus ke Bank sekarang juga, pasti ada yang salah dengan rekening tabunganku,'
Sesampainya di restoran Ayla segera menuju ke ruang ganti baju karyawan, mengambil jaket dan tasnya untuk segera pergi lagi. Karena perasaan panik Ayla lupa untuk berpamitan pada teman atau pun Abram.
'Semoga ini bukan adalah besar, perasaanku jadi tidak tenang seperti ini,' batin Ayla.
Bagaimana kalau uang itu punya orang yang salah kirim, lalu nyasar ke rekeningnya? Pasti orang yang mengirimkan uang tersebut akan sangat kehilangan sekali, begitulah yang ada di benak Ayla saat ini.
Sesampainya di kosan Ayla segera mengambil buku tabungan dan juga identitas diri untuk di bawa ke Bank. Berjaga-jaga siapa tahu itu akan di butuhkan nantinya.
Setelah segala sesuatu sudah di bawanya, Ayla segera berangkat ke Bank terdekat untuk mempertanyakan perihal nominal uang yang ada di rekeningnya.
Perasaan resah dan juga gelisah tergambar jelas di wajah Ayla saat ini. Mungkin sebagian orang akan senang tiba-tiba ada begitu banyak uang di saldo rekeningnya, tapi bagi Ayla itu sangat menakutkan. Terlebih lagi Ayla merasa itu bukan miliknya.
Kini tiba nomor antrian Ayla, dengan segera Ayla maju ke meja customer servis. "Maaf Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya customer servis yang sedang bertugas.
"Begini mbak, saya ingin tahu siapa yang mengirimkan uang ke nomor rekening saya, apa bisa mbak? Soalnya ada uang masuk ke rekening saya yang jumlahnya di atas 300 juta," jelas Ayla pada customer servis tersebut. "Dan saya tidak tahu itu uang dari siapa?"
"Baiklah Ibu akan kami bantu keluhan ibu, ini dengan Ibu siapa?"
"Nama saya Ayla, Mbak," jawab Ayla.
"Baik Ibu Ayla, bisa tunjukkan buku tabungan dan juga identitas diri yang masih berlaku?"
Dengan segera Ayla mengambil buku tabungan dan juga identitas dirinya. "Ini Mbak," ucap Ayla sambil memberikan apa yang tadi di minta customer servis.
"Tunggu sebentar ya Ibu Ayla, saya akan mengecek data-data Ibu terlebih dahulu."
"Iya mbak."
Ayla dengan sabar menunggu informasi apa yang akan di dapatnya. Petugas customer service mulai sibuk menggerakkan jari-jemarinya mengetik huruf dan angka di atas keyboard.
Wajah sang petugas customer service terlihat ramah dan tenang. Mungkin karena sudah terbiasa menangani masalah seperti ini. Tapi berbeda dengan Ayla yang masih terlihat gelisah menunggu hasilnya.
Sambil mengerjakan pekerjaannya, sang customer servis juga mengajak Ayla bicara, walaupun itu cuma sekedar basa-basi saja.
Kurang lebih hampir setengah jam menunggu, Ayla pun mendapatkan apa yang dia mau. Petugas customer servis juga menjelaskan asal muasal uang yang ada di tabungan Ayla.
"Ja-jadi ini bukan uang orang yang salah transfer ya Mbak?" Tanya Ayla yang masih gugup.
Dengan senyum ramah petugas tersebut menjawab. "Bukan Bu, uang itu masuk bertahap ke rekening Ibu Ayla, bahkan itu terjadi di setiap bulan selama 6 bulan terakhir. Dan dapat saya pastikan itu bukan uang nyasar seperti dugaan Ibu Ayla."
Ayla terlihat masih shock dan seakan tak percaya dengan penjelasan dari customer servis tersebut. "Terus siapa nama pengirimnya Mbak?"
"Sepertinya ini dari perusahaan tempat ibu bekerja, karena ini langsung dari nama perusahaan Bu, bukan nama perorangan." Jelas customer service dengan ramah.
Ayla sejenak berpikir, bukankah gajinya selama ini selalu cash. Terus perusahaan mana yang mengirimkan uang segitu banyak untuknya. Kalau di pikir-pikir gaji Ayla tidak mungkin sebanyak itu walaupun selama 6 bulan terakhir bekerja dia kumpulkan.
"Oh begitu ya mbak? Nama perusahaannya apa mbak?" Tanya Ayla semakin penasaran.
"N.H group Bu,"
Mendengar jawaban sang customer service, Ayla semakin bertambah shock. Bagaimana bisa perusahan yang baru tadi malam di bahas sang adik, kini malah mengirimkan uang padanya selama 6 bulan ini.
Ada apa sebenarnya dengan semua ini? Apa hubungan perusahaan itu dengannya? Sehingga dengan sangat baik memberikan uang sebanyak itu pada Ayla. Jasa apa yang telah di berikan Ayla pada perusahaan itu?
Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepala Ayla, akhirnya Ayla memutuskan untuk tidak lagi menanyakan apapun lagi pada sang customer service. Ayla berpamitan pulang dan keluar dari Bank tersebut dengan penuh tanda tanya.
'Apa aku ikut saja dengan Ferdy? aku akan cari tahu kenapa perusahaan itu mengirimkan uang begitu banyak ke rekeningku. Padahal aku tak pernah bekerja di sana sebelumnya.' batin Ayla.
Ayla menaiki angkot menuju ke tempat kosnya. Baru juga turun dari angkot Ayla kembali di kejutkan akan kehadiran Abram yang sudah duduk di depan kosannya.
"Ka-kak Abram," cicit Ayla.
"Akhirnya kamu datang juga, Ay," ucap Abram yang langsung menghampiri Ayla yang kini sedang berjalan menuju kosannya. "Kamu darimana saja? Kenapa di telpon tidak di angkat?"
"Hah,.. kakak menelponku?" Bukannya menjawab Ayla malah balik bertanya.
Tuukk!!
"Auw... Sakit kak."
Abram menyentil kening Ayla pelan, "Kalau di tanya itu di jawab, bukan balik bertanya Ayla."
Ayla yang cemberut mengelus keningnya sambil berjalan menuju ke arah pintu kosannya. "Tadi Ayla ke Bank kak, ada sedikit masalah dengan rekening Ayla, maaf kalau tadi Ayla lupa berpamitan."
Jawab Ayla sambil membuka pintu tempat kosnya. Dengan di iringi Abram dari belakangnya. "Masalah apa?" Tanya Abram yang mulai terlihat khawatir.
'Tidak mungkin aku cerita ke kak Abram,' batin Ayla.
"Hanya pencocokan data saja, tadi aku salah masukkan PIN ATM kak, jadi kena blokir. Makanya harus ke Bank untuk membuka blokir PINnya,"
Abram seakan paham dengan ucapan Ayla. "Lain kali kalau ada apa-apa bilang, jangan main ngilang gitu aja, Ay."
"Maaf kak, kakak mau minum apa?" Tanya Ayla setelah keduanya kini sudah ada di dalam ruang tamu sederhana yang menjadi tempat tinggal Ayla dan juga Ferdy.
"Apa saja, Ay," jawab Abram yang sudah duduk di kursi ruang tamu.
"Tunggu sebentar kak," jawab Ayla. Kemudian Ayla beranjak ke dapur untuk membuatkan minuman dingin.
Abram melihat-lihat sekeliling ruangan yang menurutnya sangat sempit. 'Setelah kamu resmi bercerai dengan lelaki brengsek itu, aku akan segera membawamu untuk jadi istriku, Ay.' batin Abram.
Setelah selesai membuatkan minuman, Ayla membawa dua gelas minuman dingin untuk di berikan pada Abram. Mereka pun ngobrol sejenak, sampai akhirnya Abram mengajaknya makan siang keluar.
Dan setelah pergi makan siang, Abram membawa Ayla untuk kembali ke restoran tempatnya bekerja untuk melanjutkan pekerjaan Ayla yang tertunda beberapa saat.
Bersambung....
Setelah Wibbi menjelaskan semua yang terjadi, dan kenapa toko perhiasan milik Maria kini menjadi atas nama Ayla. Membuat Ayla mengerti, bagaimana penderitaan suaminya selama ini. Surya dan istrinya selalu berusaha mengambil semua yang menjadi hak milik Wibbi, dan sudah selayaknya Wibbi mengambil kembali apa yang telah di rampas oleh keluarga Surya selama ini. Termasuk toko perhiasan yang ada di Surabaya. Ayla tidak tahu apakah pantas jika mengatakan bahwa apa yang di lakukan oleh suaminya selama ini akibat dari perbuatan Surya dan keluarganya? Karena Surya dan keluarganya membuat sosok Wibbi menjadi seperti saat ini. Ia tidak akan mengampuni siapapun yang telah membuat sumber kebahagiaannya di usik. Kematian kedua orangtua Wibbi sebagai bukti, bahwa uang dapat merubah seseorang menjadi gelap mata dan menghalalkan segala cara. Termasuk menghilangkan nyawa sekalipun, dan itulah yang Surya lakukan. Kini Wibbi dan Ayla bisa hidup lebih tenang tanpa ad
Setelah pesta ulang tahun pernikahan pertama yang di adakan di Surabaya. Wibbi dan Ayla berencana untuk tinggal beberapa hari lagi di kota pahlawan tersebut. Wibbi memilih tinggal di sebuah hotel berbintang yang ada di kota itu, anggap saja ini liburan sekaligus bulan madu untuk mereka. Walau sebenarnya Wibbi telah merencanakan untuk mengajak Ayla berbulan madu ke Paris dalam waktu dekat. Ayla perlahan membuka matanya saat tercium aroma harum khas makanan kota Surabaya, yaitu lontong balap. "Ayo bangun sayang, sarapan dulu. Setelah ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Wibbi duduk di sisi ranjang di samping Ayla. Tangannya terulur untuk menyingkirkan anak rambut di wajah dan pipi Ayla. "Kemana mas?" tanya Ayla dengan suara parau karena bangun tidur. "Nanti kamu akan tahu." ucap Wibbi lalu kemudian mengecup kening Ayla. "Hem, baiklah. Aku akan mandi dulu sebelum sarapan." jawab Ayla. Ayla pun membuka selimut yang menutupi
Sebuah restoran yang ada di kota Surabaya mendadak hari ini terlihat sangat ramai, tidak seperti biasanya. Bahkan dari pagi hari hingga sore menjelang malam tidak ada hentinya tamu datang silih berganti. Beberapa wartawan dari media cetak maupun elektronik juga terlihat di sekitar lokasi. Ada apakah dengan restoran tersebut? Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan pebisnis terkenal di seluruh pelosok negeri, bukan hanya di dalam Indonesia saja namanya menjadi bahan perbincangan. Pebisnis muda itu juga menjadi salah satu orang yang sangat berpengaruh di seluruh Asia. Siapa lagi kalau bukan Wibbi Nugraha. Tidak heran selama acara berlangsung begitu banyak tamu penting dari kalangan pejabat, artis, bahkan pengusaha yang datang silih berganti untuk memenuhi undangan dan memberikan selamat. Dan kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh para wartawan untuk memburu berita terbaru. Awalnya Ayla tidak menyangka jika pesta ulang tahun pernikahan
"Come on, Baby. Jangan marah-marah lagi. Aku melakukannya untukmu, sayang. Aku bisa menjelaskan semuanya." ucap Wibbi yang mengekori langkah kaki Ayla yang berjalan menuju ke kamar yang ada di rumah lamanya."Berapa banyak lagi kebohongan yang mas lakukan? Aku yakin ini bukan satu-satunya yang tidak aku ketahui." ucap Ayla dengan wajah kesalnya."Percayalah, aku tidak ada niat untuk membohongimu, sayang. Kamu tahu betul bagaimana kondisi kita dulu, mana mungkin aku dengan terang-terangan mengatakannya." ucap Wibbi berusaha membujuk Ayla yang masih di kuasai emosi.Ayla berhenti sebentar dan berbalik badan melihat Wibbi yang masih terus mengikutinya. "Alasan. Semua pasti sudah mas rencanakan, iya kan?" ucap Ayla dengan tatapan mata tajamnya."Percayalah, aku melakukannya karena tidak mau ada orang lain yang bisa memberimu lebih dari apa yang bisa aku lakukan untukmu, sayang." ucap Wibbi yang berusaha mendekati Ayla. Meyakinkan istri
Setelah selesai dengan urusannya, kini Abram memilih untuk keluar dari ruangan Wibbi. Apalagi jumpa pers telah usai, sehingga tidak ada lagi yang harus ia lakukan di tempat itu. Perasaan lega karena kini semua masalah telah teratasi membuat Abram memilih menuju ke kantornya. "Maaf, maaf Pak." ucap seorang gadis muda yang tidak sengaja menabrak Abram karena sedang terburu-buru. "Tidak apa-apa, lain kali hati-hati." ucap Abram ramah dan membantu gadis itu mengumpulkan beberapa berkas yang jatuh berserakan. "Ini." ucap Abram memberikan berkas yang sudah terkumpul di tangannya kepada gadis itu. Namun gadis itu menatap Abram tak berkedip. "Gantengnya, mirip oppa-oppa Korea." gumam gadis itu tanpa sadar. Ia mengagumi ketampanan Abram. Mendengar itu Abram mengerutkan keningnya, ia menoleh ke kiri dan kanannya untuk melihat siapa yang sedang di maksud gadis di depannya itu. "Hey, kenapa malah melamun? Ini berkas kamu." ucap Abr
Di sebuah ruangan CEO yang ada di Surya Jaya Properti terlihat dua lelaki sedang duduk saling berhadapan. Suasana canggung diantara mereka sangat jelas terlihat. Mereka berdua sama-sama tidak tahu harus mulai dari mana pembicaraan yang cocok untuk keduanya. Suasana ruangan sangat hening seperti tak berpenghuni, hanya detak jam di dinding seolah menandakan jika masih ada tanda-tanda kehidupan dalam ruangan itu. Kedua lelaki itu seperti larut dalam pikirannya masing-masing, setelah kejadian di ruang rapat tadi membuat Surya tidak dapat berkutik. Kini baik Wibbi dan juga Abram berada di dalam ruang CEO setelah rapat menegangkan itu selesai. Sedangkan Ferdy memilih untuk melihat-lihat area kantor Surya Jaya Properti. Sekaligus ia ingin memberikan waktu untuk Wibbi dan Abram saling bicara. "Aku tidak tahu bagaimana cara menyampaikan terimakasih padamu. Tapi aku sangat senang kamu bisa membantuku untuk menyelesaikan semuanya." ucap Wibbi memecah keheningan.