Prince berkedip, bibir mungilnya segera bersuara. “Ayah, nanti, aku dan Adam akan menginap di rumah paman Macron, boleh kan?” Tanya Prince dengan nada suara senangnya. Sekilas Leonardo melihat Adam yang kini masih menikmati minumannya. Adam adalah satu-satunya orang yang selalu pergi, menemani Prince dan Leonardo bepergian. “Bolehkan Ayah?” tanya Prince lagi. Leonardo kembali melihat Prince. “Kenapa langsung ke rumah paman Macron? Kita akan menemui paman Macron setelah ayah selesai bekerja. Kamu kan mau ke taman hiburan dulu di temani Adam.” “Aku ingin membeli oleh-oleh untuk Sea bersama paman Macron. Aku harus membelinya sebelum lupa. Aku sudah berjanji kepada Sea. Boleh kan Ayah?” tanya Prince lagi yang menuntut jawaban. “Oke, nanti kamu akan pergi dengan Adam. Ayah akan menyusul setelah pekerjaan selesai.” “Terima kasih Ayah.” Leonardo mengangguk samar dan tersenyum. “Adam.” Leonardo segera berdiri mengisyaratkan Adam mengikutinya. Leonardo ingin berbicara dengan Adam di t
“Kakek,” panggil Rosea melihat kehadiran Michael yang kini duduk di bangku depan gerbang rumah Rosea sambil memegang segelas kopi. Michael tersenyum simpul melihat Rosea yang kini ikut duduk di sisinya usai memasukan mobil ke garasi. “Kamu sibuk?” Rosea menggeleng dan tersenyum, wanita itu tertunduk terlihat malu untuk bersuara apalagi menatap mata Michael. Rosea merasa khawatir jika penilaian Michael kepada dirinya berubah setelah kejadian di hari itu. Rosea sangat menghormati Michael, sedih baginya bila hubungan baik mereka hancur karena kesalah pahaman. Rosea harus meluruskan apa yang telah terjadi. “Kakek. Mengenai kejadian pagi kemarin” Rosea menarik napasnya dalam-dalam dengan tangan yang semakin kuat mengerat. Michael tersenyum “Sudah Sea, kamu dan Atlanta sudah dewasa, tidak perlu menjelaskan apapun karena itu urusan kalian berdua.” Wajah Rosea sedikit terangkat dan dia memberanikan diri menatap mata Michael, “Sebenarnya saya dan Atlanta tidak begitu dekat. Namun, juj
Rosea berlari melewati teras menyusul seseorang yang datang mengendarai sebuah Rolls Royce. Mobil itu masuk melewati gerbang rumahnya yang terbuka lebar.Rosea langsung tersenyum lebar. Seseorang yang sering memakai mobil mewah seperti itu tidak lain tidak bukan adalah mobil ibu Karina, Kamala.Kamala keluar dari mobilnya, wanita paruh baya yang cantik dan elegant itu langsung mengukir senyuman lebarnya begitu melihat Rosea.“Sea, sayang,” sapa Kamala dengan suara yang lembut dan tatapan hangat.“Tante Kamala.”Kamala langsung memeluk Rosea sejenak, sikapnya sangat lembut dan dan baik. Tidak jarang, Kamala lebih sering memberikan nasihat bisnis kepada Rosea di bandingkan kepada Karina anaknya sendiri.Rosea dan keluarga Karina sudah cukup dekat, apalagi Rosea yang suka berbisnis sangat cocok dengan orang tua Karina.“Sea. Apakah Frans ke sini? Sejak satu minggu yang lalu dia tidak pulang. Dia sama sekali tidak dapat di hubungi,” cerita Kamala tampak bingung dan sedih.Kamala datang k
Pagi yang cerah kota di Paris menyapa Leonardo, pria itu keluar dari hotel tempatnya menginap seorang diri karena Prince langsung pergi dan menginap di rumah saudara Leonardo yang menetap di Paris.Leonardo berdiri di depan gedung hotel, kepalanya menengadah melihat langit yang cerah dan bersih.Sejak hari pertama datang, dia sudah mulai bekerja dan bertemu dengan beberapa orang penting. Bahkan sepanjang malam Leonardo tidak keluar dari kamar hotelnya karena sibuk bekerja.Tidak berapa lama Tia datang, begitu bertemu mereka sedikit berbicara lagi membahas sesuatu yang akan mereka kerjakan.Usai berbicara, Tia langsung mengarahkan Leonardo untuk pergi masuk mobil yang akan mengantar kepergian mereka menuju tempat pertemuan.Dua hari ke depan Leonardo akan sangat sibuk tanpa jeda. Tujuan utamanya dia ada di Paris hanya akan bekerja dan bekerja di temani Tia, sekretaris keduanya. Sementara Yeri, assistant pribadi Leonardo akan menangani pekerjaannya yang berada di Indonesia untuk sement
“Tapi aku datang di luar jam kerjamu Leo. Aku tidak mengganggumu,” bela Flora terdengar mengiba.Leonardo bersedekap, dagunya sedikit terangkat dan menatap Flora penuh cemoohan. “Aku tidak suka kamu muncul di kehidupan pribadiku Flora. Bahkan meski di luar jam pekerjaan. Aku menemui kamu ketika membutuhkan seks dan kamu mendapatkan bayarannya dari apa yang kamu berikan. Sisanya, kita bebas melakukan apapun. Aku dengan kehidupan pribadiku, dan kamu silahkan dengan kehidupan pribadimu. Kamu paham kan?”Flora tercekat kaget karena Leonardo masih bisa berekspresi sedingin itu kepadanya dengan ucapan yang terdengar kejam untuk Flora yang kini sudah jatuh cinta kepadanya.Leonardo benar-benar sangat keras kepadanya, dia benar-benar menganggap Flora sebagai teman seksnya saja. Leonardo benar-benar tidak membiarkan Flora mendekat selangkah saja untuk bisa dekat dengan kehidupan pria itu.Leonardo hanya manis saat di ranjang dan membuat Flora terbuai hingga melupakan kebenaran bahwa apa yang m
“Ada apa dengan Prince? Siapa Sea?.” Itulah pertanyaan yang pertama kali Leonardo dengar dari mulut Macron ketika Leonardo datang. Leonardo segera duduk di sisi pagar kawat untuk meredakan rasa pegalnya. Adam membawa semua bawa barang Leonardo ke dalam rumah. Tidak berapa lama Adam kembali datang, dia menyajikan dua cangkir kopi dan segera pergi lagi. Rasa lelah Leonardo sedikit berkurang hari ini, Leonardo sudah bisa bersantai dan menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Pandangan Leonardo mengedar, melihat hijau kebun yang terawat indah memanjakan mata, rumah Macron sangat sederhana, tidak besar tidak juga kecil. Macron adalah anak dari adik ibu Leonardo, bisa di katakan mereka adalah saudara yang dekat. “Leo. Kamu tidak mau mengatakan apapun?” Tanya Macron lagi memperhatikan Leonardo yang hanya diam tidak bersuara. “Memangnya kamu ingin tahu?” tanya balik Leonardo. “Tentu saja! Ini menyangkut keponakanku yang menjadi berubah drastis, dan setiap waktu dia membicarakan seseo
“Kita akan menonton konser di Singapore malam ini, besok kita kembali pulang,” jawab Atlanta dengan enteng. “APA?!” Rosea berteriak terkejut, dengan mudahnya Atlanta mengajaknya pergi menonton konser ke luar negeri seperti mengajak pergi jalan-jalan ke pasar malam. Rosea pikir mereka akan menonton konser band local, bukan pergi keluar negeri seperti ini, meski hanya ke Singapore, tapi ini sangat mengagetkannya. Ini sangat mendadak untuk Rosea. Mana bisa tiba-tiba Rosea pergi begitu saja. “Aku tidak bisa. Bagaimana bisa kamu tidak mengatakannya terlebih dahulu kepadaku? Aku pikir kita akan menonton di sini.” “Kenapa kamu terlihat kaget?” Tanya Atlanta yang memasang ekspresi polos tanpa dosanya. Pupil mata Rosea semakin lebar. Rosea sering deg-degan kadang sangat senang bukan main ketika berencana pergi dari satu kota ke kota lain. Kini apa yang di lakukan Atlanta? Secara mendadak dia akan membawa Rosea ke Singapore seperti pergi dari gang rumah ke gang rumah yang lain. “Tentu
Prince mematung, begitu pula dengan Macron yang hendak minum menjadi tidak jadi. Semua orang di buat mematung bingung dengan reaksi berlebihan Leonardo. Adam menelan salivanya dengan kesulitan. Pria itu bergerak kikuk karena tiba-tiba saja Leonardo seperti marah kepadanya. “Saya baru mendapatkan kabarnya setengah jam yang lalu, Pak.” “Kita bicara,” titah Leonardo yang segera pergi, Adampun terburu-buru membersihkan gelasnya dan menyimpannya di rak. Pria itu segera pergi menyusul kepergian Leonardo. Prince yang kini masih berdiri di atas bangku, kembali masih mencuci piringnya sambil sesekali melihat Macron. “Paman, ada apa dengan Ayah?” Tanya Prince tidak mengerti apapun yang sedang terjadi. “Paman juga tidak tahu Prince. Mungkin, ayah kamu sedang pubertas kedua,” jawab Macron dengan asumsi yang ada di kepalanya. Prince berjinjit, meletakan piring di rak pengering, anak itu melompat turun dan melihat Macron lagi. “Apa itu pubertas?” “Jatuh cinta.” Prince semakin tidak mengerti