Pagi-pagi sekali Rosea sudah terbangun, wanita itu menghabiskan waktunya untuk melakukan olahraga di pagi sebelum memulai aktivitasnya yang lain.
Rosea menekan layar treadmill mempercepat langkahnya menjadi berlari.
Suara ceburan terdengar di sebelah tembok pagar rumah Rosea. Jarak rumahnya dengan rumah tetangga sebelah hanya terpisah oleh dua buah pagar yang saling berdampingan, karena itu Rosea bisa mendengar suara berisik pesta semalam.
Jika mengingat kejadian pesta semalam, Rosea kini tersenyum geli mengingat bagaimana pesta yang meriah berakhir dengan kedatangan polisi, setengah jam setelah itu tetangganya memanggil banyak tukang bersih-bersih untuk merapikan rumahnya di pagi buta.
Suara ceburan air terdengar lagi menandakan tetangga Rosea tengah berenang.
Setelah lama Rosea bergerak, dia memutuskan turun dari treadmill untuk minum dan mengusap peluh keringat yang membasahi wajahnya.
“Hallo tetangga.”
“Uhuk” Rosea tersedak kaget melihat kehadiran Atlanta yang kini muncul tiba-tiba di balik tembok rumahnya. “Ada apa?” tanya Rosea sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan.
Atlanta tersenyum menawan, bola matanya yang kekuningan seperti emas itu terlihat terang, rambutnya yang basah meninggalkan banyak tetesan air yang membasahi wajah tampannya.
Rosea menyipitkan matanya, dia merasa terngganggu karena sejak semalam Atlanta terus-terusan tersenyum kepadanya.
“Apa senyum-senyum?” decih Rosea terganggu.
Tiba-tiba Atlanta memanjat naik tembok, melewati pagar rumahnya sambil bertelanjang dada dan masih mengenakan celana renang dengan tubuh yang basah kuyup.
“Apa yang kamu lakukan?” teriak Rosea panik.
“Apa?” Tanya balik Atlanta yang kini melompat memasukan pekarangan rumah Rosea.
“Mau apa kamu masuk?” teriak Rosea ketakutan, Rosea khawatir jika tetangganya akan balas dendam padanya.
Dengan tenang Atlanta melangkah mendekat, pria itu berdiri di hadapan Rosea dalam jarak yang cukup dekat sampai-sampai Rosea bisa melihat tanda merah di dada Atlanta bekas ciuman.
Rosea menarik napasnya dengan kesulitan, konsentrasinya buyar karena tidak dapat menghindar untuk mengagumi kesempurnaan fisik yang di miliki Atlanta.
Tangan kokoh Atlanta terulur mengajak bersalaman. “Kita belum berkenalan.”
Rosea terdiam dalam keterpukauannya untuk beberapa saat, dengan cepat tangannya menyambut tangan Atlanta dan menggenggamnya dengan kuat.
“Aku Atlanta, siapa namamu?”
“Rosea. Panggil Sea,” jawab Rosea terbata, dengan sangat cepat dia kembali melepaskan diri dari genggaman Atlanta.
Atlanta terdiam sejenak melihat Rosea dengan seksama, kondisinya semalam sedikit mabuk membuat dia tidak melihat wajah Rosea dengan benar. Samar kening Atlanta mengerut, pria itu teringat sesuatu yang sudah cukup lama terlupakan.
“Kamu pernah ke Botswana?” tanya Atlanta tiba-tiba.
“Ada urusannya dengan kamu?”
Atlanta menggeleng terlihat ragu untuk bertanya lebih karena takut salah orang.
“Mau apa kamu ke sini?”
“Untuk pesta semalam.” Atlanta bersedekap dengan dengan mata yang sedikit menyipit menatap penuh perhitungan. “Perlu kamu tahu, aku akan selalu mengadakan pesta sekitar satu atau dua bulan sekali di rumah. Ke depannya ku harap kamu terbiasa dengan pesta di rumahku.”
Kepala Rosea mendongkak membalasa tatapan Atlanta. “Kamu bisa mengadakan pesta selama itu tidak berisik,” jawabnya dengan enteng.
“Tidak ada pesta yang tidak berisik. Jika tidak berisik, itu bukan pesta namanya, namun smedi,” protes Atlanta dengan serius.
“Jika kamu tetap membuat pesta yang berisik. Jangan membuat pesta.”
“Itu hakku.”
“Jika kamu membicarakan masalah hak. Aku akan melaporkannya lagi seperti semalam. Aku memiliki hak untuk melapor jika terganggu,” debat Rosea tidak mau kalah.
“Apa yang kamu katakan itu berlebihan. Hidup jangan terlalu serius,” Atlanta sedikit menyindir.
Rosea langsung bertolak pinggang terlihat tidak terima, dia pindah dan membuat rumah pribadi karena ingin hidup tenang dan bebas. Jika Rosea harus mendengarkan banyak pesta yang sangat berisik mengganggunya, itu sama saja seperti masih tinggal bersama orang tuanya.
“Dengar ya. Secara hukum, siapapun bisa melaporkan tetangganya yang menyebalkan. Kamu harus tahu ya, aku bisa menuntut kamu berdasarkan pada pasal 593 KUH pidana, kamu bisa di kurung bila membuat gaduh dan riuh sehingga ketentraman tetangga kamu menjadi terganggu,” ancam Rosea tidak main-main
Atlanta mengusap wajahnya yang basah karena tetesan air dari rambutnya yang basah, bibirnya yang penuh dan sedikit basah itu sedikit terbuka saat membuang napasnya dengan gusar.
“Kamu bicara seperti itu untuk mengancam aku?” tanya Atlanta dengan suara merendah.
Bola mata Rosea memutar, “Aku tidak mengancam, hanya mengingatkan.”
Bibir Atlanta menekan, menahan perkataan yang hanya menimbulkan perdebatan panjang. Sekali lagi Atlanta mengusap wajahnya, “Baiklah, kita lihat saja nanti. Sampai jumpa.”
Dalam satu gerakan Atlanta membalikan tubuhnya dan segera pergi memanjat tembok dengan mudah, kepergian pria itu tidak lepas dari perhatian Rosea yang kini terlihat penasaran apakah tetangganganya membencinya atau tidak.
Tapi, kenapa Atlanta menanyakan Botswana?
Rosea pernah ke sana untuk membeli berlian tiga tahun yang lalu bersama kekasihnya.
To Be Continued..
Terik panas matahari siang itu terasa sedikit lebih menyengat dari biasanya, Prince duduk di bangku tempat pertemuannya dengan Rosea hari kemarin. Tangan Prince memeluk sebuah kotak makanan berisi macaron merah muda yang dia sengaja siapkan untuk Rosea.Kepala Prince bergerak ke sana kemari menunggu kedatangan Rosea yang belum dia lihat kehadirannya sejak tadi.“Prince” Adam datang untuk menjemput Prince. “Waktunya pulang.”“Sebentar Adam.”“Kenapa?”“Aku menunggu kenalanku.”Kening Adam mengerut, siapa kenalan Prince? Tidak seperti biasanya Prince memiliki perhatian kepada orang lain. Batin Adam bertanya-tanya. “Sudah waktunya pulang, satu jam lagi kamu ada les bahasa Prancis. Sekarang, ayah kamu ingin mengajak makan siang bersama,” Adam mengingatkan.Prince tertunduk sedih mendengarnya, dengan terpaksa dia segera beranjak dan pergi mengikuti Adam yang menuntunya pergi masuk ke dalam mobil.Adam segera menutup pintu dan berlari pergi menyusul masuk, pria paruh baya itu segera melaju
Rosea memeluk kotak makanan yang di berikan oleh Prince, ada sepercik kesenangan yang menyentuh hatinya memikirkan Prince dengan tulus menyiapkan makanan berwarna merah muda untuknya.“Aku akan mengembalikan kotak makananmu lagi nanti. Aku akan membalasnya, kamu suka makanan apa?” tanya Rosea.Mata Prince berbinar senang, “Aku suka makanan laut dan kue keju. Jadi, mulai besok kita akan saling bergantian memberikan makanan?” tanyanya dengan polos. Prince berpikir saling membalas makanan layaknya surat menyurat.Prince tidak tahu jika Rosea akan membalas kebaikan Prince hanya sebagai formalitas saja. Perhatian Rosea beralih ke sisi, melihat Adam yang keluar dari mobil.Rosea menatap jam di tangannya dan menyadari bahwa dia sudah lebih dari tiga menit bicara dengan Prince.Rosea segera berdiri, “Om” sapa Rosea dengan canggung. “Maaf saya tidak bermaksud mengganggu perjalanan Anda dengan putera Anda,” tambah Rosea lagi langsung menjelaskan.Adam memasang wajah datar tidak bersahabat. “S
Rosea menarik napasnya dalam-dalam, wanita itu terlihat kaget melihat sosok pria yang sudah dipanggil ‘ayah’ oleh Prince. Wajah Rosea memerah karena terpesona, namun di detik selanjutnya wajahnya berubah pucat seakan seluruh darah di tubuhnya membeku ketika tidak sengaja pandangan mata mereka bertubrukan. Mendadak saja rasa percaya percaya diri dan keberanian Rosea hilang di bawah tatapan tajam milik Leonardo yang secara terang-terangan penuh penilaian. Bibir Rosea mengatup rapat, lidahnya terasa kelu tidak memiliki keberanian untuk menyapanya lebih dulu. Ada atmosfer yang begitu kuat Rosea rasakan ketika dia berhadapan dengan Leoardo. Sebuah perasaan terintimidasi, takut dan tertekan langsung Rosea rasakan dalam waktu bersamaan. “Ayah, ini temanku. Sea ini ayahku yang tadi kamu tanyakan,” Prince manarik tangan Rosea agar semakin mendekati ayahnya. Prince ingin Rosea memperkenalkan dirinya sendiri seperti saat Prince memperkenalkan diri di depan kelas. Rosea tertunduk malu kare
Perjalanan pulang ke rumah Rosea membutuhkan waktu setengah jam, tapi entah mengapa Rosea merasa waktu kali ini berjalan terasa sangat lambat. Beberapa kali Rosea melihat ke jalanan, dia sudah tidak sabar untuk segera sampai rumah. Dari sudut matanya, Rosea diam-diam melihat Prince dan Leonardo yang kini tengah duduk di sampingnya. Kedua laki-laki itu duduk dengan posisi yang sama, satu kaki terangkat menumpang satu kaki lainnya, tubuh mereka berada dalam posisi tegak sempurna seperti seorang tuan muda yang sering kali Rosea lihat hanya di dunia komik saja. Tanpa sengaja pandangan Rosea bertubrukan dengan Leonardo melalui spion tengah mobil, tatapan mereka saling mengunci. Rosea langsung tersenyum masam karena lagi-lagi Leonardo menatap dirinya dengan penuh penilaian. Rosea tidak tahu apa yang sebenarnya ada di kepala Leonardo, apa yang di pikirkan pria itu tentang dirinya, tatapannya yang penuh penilaian sedikit menginjak harga diri Rosea yang sejak awal tidak pernah memiliki n
Rosea berdiri di depan cermin besar, wanita itu memutar tubuhnya memperhatikan penampilannya dari segala sisi. Malam ini Rosea mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah muda yang ketat dengan tinggi sejengkal di atas pahanya, rambutnya di biarkan terurai, wajahnya terpoles makeup dengan lipstick yang merah.Rosea membungkuk mengenakan sepatu heels tinggi yang masih bisa dia gunakan untuk menari.Malam ini Rosea ingin pergi berpesta mencari hiburan melepas penatnya bersama temannya.Dalam beberapa langkah Rosea mundur dan kembali memperhatikan penampilannya malam ini yang terlihat cukup berani dan cantik.Bibir merah Rosea menyunggingkan senyuman puas karena kini dia sudah percaya diri dengan penampilannya yang telihat kuat dan lebih menonjolkan sisi seksi juga dewasa di dalam dirinya.Dengan anggun Roesa membalikan tubuhnya dan mengambil tasnya, wanita itu melenggang pergi keluar dari kamarnya dan pergi menuruni tangga.Langkah Rosea terhenti begitu dia teringat sebuah kue yang ibun
Karina mengedarkan pandangannya melihat ke sekitar mencari-cari seseorang yang bisa dia ajak bersenang-senang. “Kamu sudah menemukan cowok yang cocok?”“Santailah Rin, kita baru duduk lima belas menit di sini,” jawab Rosea dalam bisikan.“Lebih cepat lebih bagus Sea, jika tidak cocok kamu bisa menggantinya dengan cepat.”Rosea tertawa dan berkata, “Astaga Rin, pria bukan sandal di mall yang bisa kamu lihat dan di pilih lalu di coba.”Bibir Karina mengerucut, wanita itu bersedekap menyilangkan tangannya. “Jangan naif Sea, sandal juga harus di pilih dengan baik agar pas di kaki. Apalagi pria, harus di pilih lebih teliti agar pas di hati. Malam ini pokoknya aku ingin pria yang kuat.”“Kamu bawa pengaman kan?”“Tentu aja Sea, itu wajib,” seru Karina dengan penuh semangat.Rosea kembali tertawa dan meneguk minumannya, pandangannya mengedar melihat ke sekitar mulai menyadari bahwa para pengunjung semakin banyak.“Aku harus merapikan penampilanku dulu di toilet sebelum menari, jangan ke mana
“Ada apa?” tanya Rosea dengan waspada. Atlanta menunjukan jarinya ke arah mata Rosea. “Ada sesuatu di sudut mata kamu.”Mata Rosea terbelalak kaget, wajahnya langsung merah malu karena sudut matanya terdapat kotoran mata. Bibir Rosea menekan kuat dan tangannya bergerak cepat mengusap sudut matanya beberapa kali. Rosea berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Atlanta yang masih terus memperhatikannya.Atlanta semakin mencondongkan tubuhnya membuat wajah mereka berdekatan, Atlanta menangkap tangan Rosea dan menurunkannya, di usapnya sudut bawah mata Rosea dan meniupnya, membuat Rosea langsung memejamkan matanya.Dua bulu mata lentik panjang wanita itu terbang entah ke mana.“Dua bulu mata kamu jatuh.”Rosea membuka matanya dan bertemu dengan sepasang mata Atlanta yang kini tengah menatap lekat dirinya. Rosea tidak tahu arti dari tatapan pria itu, namun diamnya Atlanta dan tatapannya yang dalam berhasil membuat Rosea gugup. “Sea, kamu tidak butuh mascara di bulu mata yang secantik
Rosea tersenyum kaku dan mengangguk canggung, sangat berbeda dengan Karina yang langsung menatap Leonardo dengan mata berbinar senang.“Leo!” panggil Karina dengan akrab.“Karina,” Leonardo melihat Karina dan Rosea bergantian.Karina mendekat, tanpa ragu dia melompat memeluk Leonardo sejenak, “Apa kabar?” tanya Karina seraya menguraikan pelukannya.Leonardo tersenyum samar dan sesekali melihat ke arah Rosea yang kini mematung bingung melihat kedekatan sahabatnya dengan Leonardo.“Aku sangat baik, kamu sendiri bagaimana?”“Tentu saja baik! Ngomong-ngomong, kamu kenal Sea?” Karina menunjuk Rosea seketika dan menarik sahabatnya itu untuk berdiri di sampingnya.“Ya, kurang lebih begitu,” jawab Leonardo hati-hati.“Astaga Sea!” Karina terpekik senang. “Kenapa tidak bilang kamu kenal Leo? Leo ini rekan kerja papahku. Leo, Sea ini sahabatku,” cerita Karina semakin berantusias.Rosea tersenyum memaksaan, wanita itu tidak tahu harus berkata apa, yang jelas dia ingin segera pergi daripada harus