Share

Bentakan Zayn

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 18:35:54

"QIANA!"

Qiana tersentak, tubuhnya gemetar. Suara bentakan itu seperti palu godam yang menghantam hatinya. Ia menatap Zayn beberapa detik, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya bergetar, berkaca-kaca. Tapi ia tak ingin menangis di hadapan pria yang sejak tadi bersikap seolah tak peduli.

Tanpa sepatah kata pun, Qiana berbalik. Langkah kakinya cepat, tapi masih tenang. Ia membuka pintu kamarnya dan...

BRAAAK!

—menutupnya sedikit lebih keras dari biasanya.

Zayn berdiri terpaku di dapur. Napasnya berat, pikirannya kusut. Ia tahu dia salah. Sangat salah. Tapi egonya... seperti tak memberi ruang untuk mengakui itu sekarang. Bentakan tadi adalah bentuk kekesalan yang tak ia sadari, dan justru ia arahkan pada orang yang salah—pada istrinya sendiri. Istri yang sudah jelas-jelas berusaha keras untuk menyenangkan hatinya.

Di dalam kamar, Qiana duduk di tepi ranjang. Kedua tangannya mengusap pipinya yang kini basah oleh air mata. Tangisnya bukan teriakan. Bukan isak ya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
KKK
sabar kak sabar,, baru permulaan.. kita lihat kedepannya gimana
goodnovel comment avatar
Priskila Hendi
Makanya Qiana, ga usah menggantungkan kebahagiaan sama manusia atau pasangan, laki-laki itu kalau ga diambil laki-laki lain, diambil perempuan lain ya diambil Tuhan. Mending U mikirin gimana cara bahagiain diri sendiri, ada atau tanpa ada pasangan
goodnovel comment avatar
Priskila Hendi
Tapi ini kan cerita si istri mengejar cinta suami dinginnya ya. Kalau kata aku ga usah mimpi Qiana, suamimu bukan dingin, tapi emang cintanya buat perempuan lain. Jangan buat Qiana mengemis sampai kehilangan harga dirinya ya Thor karena ngejar² cinta Zayn yg jelas² buat Diandra
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Momen Pagi Hari

    Cahaya matahari menyelinap pelan lewat celah tirai ruang tengah, menyapa apartemen kecil mereka dengan hangat. Aroma roti panggang dan keju meleleh memenuhi udara.Qiana berdiri di dapur, tampak segar dan rapi dengan outfit kasual: celana jeans, vest rajut, dan kemeja putih yang dilipat lengan sampai siku. Rambutnya tergerai lembut, dihiasi bando warna pink gemas. Bibirnya menggumamkan lagu sambil sibuk mengoles saus di atas roti, lalu menumpuk irisan daging asap dan sayuran segar.Ia tampak sangat on point pagi ini. Bahkan alisnya tersikat rapi, blush-on tipis di pipi, dan—yang paling mencolok—senyuman kecil di wajahnya. Bukan karena semuanya sudah baik-baik saja, tapi karena dia sedang bersemangat sepertinya.KleeekSuara pintu kamar terbuka, disusul langkah pelan.Zayn muncul dengan pakaian santainya. Yup, dia sepertinya tidak ada tanda-tanda buat masuk shift pagi hari ini.Langkahnya sedikit melambat saat melihat Qiana di dapur.Rapi. Cantik. Dan... wangi.“Pagi,” sapa Zayn sambil

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Eh? Ada Apa Nih?

    "Kamu sudah makan?"Pertanyaan Zayn itu membuat langkah Qiana terhenti.“Aku masak sup ayam,” gumam Zayn pelan. Suaranya nyaris tak terdengar. “Aku nggak tau kamu suka atau nggak. Tapi ini juga sebagai permintaan maaf karena sudah membentakmu kemarin."Qiana membeku.Zayn menunduk sebentar. “Aku... minta maaf.”Ia mengangkat wajahnya lagi, menatap Qiana lurus-lurus. Tak ada senyum basa-basi, hanya tatapan jujur dari seseorang yang selama ini menolak bicara.“Aku kelewatan.” Napasnya berat.Qiana sempat terdiam sejenak. Hatinya seperti diaduk—antara lega karena akhirnya Zayn meminta maaf, dan bingung harus bereaksi seperti apa. Tapi ia tahu, menyimpan dendam hanya akan memperparah jarak di antara mereka. Perlahan, ia mengangguk.“Aku udah maafin kamu,” ucap Qiana pelan, tapi cukup jelas.Zayn tampak sedikit terkejut, lalu mengangguk satu kali. Tak ada senyum, tapi sorot matanya melunak, seolah beban di dadanya sedikit berkurang.“Kita makan bareng, ya?” ajaknya, masih dengan nada hati

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Aku Akan Bantu Kamu!

    Melihat reaksi Qiana, adik kandung Zayn itu buru-buru meralat ucapannya. "Eh— jangan sedih dulu. Kamu bukannya gak sepadan sama Kak Zayn. Kalian cocok kok. Cuman...""Aku tau kok." Qiana mencoba tersenyum. Meskipun dibandingkan itu rasanya sangat tidak enak dan menyakitkan. "Terus gimana?"Rheana menelan ludah pelan, jemarinya tanpa sadar memainkan sedotan di dalam gelas milkshake-nya. Matanya tampak menerawang, seolah sedang menimbang-nimbang seberapa banyak yang bisa ia ceritakan.“Aku juga nggak tahu pasti kenapa Papa sama Mama nggak setuju,” gumam Rheana akhirnya. “Abis itu Papa nyaranin buat jodohin kalian. Udah, itu aja yang aku tau."Qiana mengerutkan dahi. “Mereka pacaran berapa lama?"Rheana mengangguk pelan. “Lama. Hampir lima tahun. Dan aku yakin... Kak Zayn tuh beneran sayang sama dia. Sampai sekarang pun... aku nggak yakin dia udah benar-benar move on.”Qiana menahan napas. Dada bagian kirinya terasa berat. Ternyata dugaan yang semalam dia pikirkan itu benar.“Kamu bilang

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Bentakan Zayn

    "QIANA!"Qiana tersentak, tubuhnya gemetar. Suara bentakan itu seperti palu godam yang menghantam hatinya. Ia menatap Zayn beberapa detik, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya bergetar, berkaca-kaca. Tapi ia tak ingin menangis di hadapan pria yang sejak tadi bersikap seolah tak peduli.Tanpa sepatah kata pun, Qiana berbalik. Langkah kakinya cepat, tapi masih tenang. Ia membuka pintu kamarnya dan...BRAAAK!—menutupnya sedikit lebih keras dari biasanya.Zayn berdiri terpaku di dapur. Napasnya berat, pikirannya kusut. Ia tahu dia salah. Sangat salah. Tapi egonya... seperti tak memberi ruang untuk mengakui itu sekarang. Bentakan tadi adalah bentuk kekesalan yang tak ia sadari, dan justru ia arahkan pada orang yang salah—pada istrinya sendiri. Istri yang sudah jelas-jelas berusaha keras untuk menyenangkan hatinya.Di dalam kamar, Qiana duduk di tepi ranjang. Kedua tangannya mengusap pipinya yang kini basah oleh air mata. Tangisnya bukan teriakan. Bukan isak ya

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Bertengkar Lagi?!

    "Suster itu kenapa sinis banget ya padaku? Kenal aja enggak, tapi dia keliatan kayak punya dendam sama aku." Qiana menyipitkan matanya. "Atau mungkin cuma perasaanku saja?""Aah, udahlah. Aku gak kenal juga ama dia. Mungkin dia iri ama kecantikanku," desah Qiana sambil mengedip genit penuh rasa percaya diri."Mending aku beres-beres ajalah."Tak mau terus-menerus hanyut dalam kecurigaan dan overthinking, Qiana akhirnya bangkit dari sofa. Ia memutuskan menyibukkan diri: mencuci piring, menyapu lantai, lalu merapikan baju-baju kotor yang menumpuk di keranjang.Namun, meski tangannya sibuk, hatinya tetap bergemuruh.Jam di dinding menunjukkan pukul 19.58 saat akhirnya Qiana selesai mandi dan mengganti baju. Ia mengenakan piyama panjang warna krem dengan corak bunga kecil, rambutnya dibiarkan tergerai basah, dan wajahnya tanpa riasan. Ia baru akan ke dapur untuk membuat teh hangat saat terdengar suara BIP kecil dari key card pintu apartemen mereka."Itu pasti kak Zayn. Uuh, Mas kutubku ak

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Kamu Masih Mencintaiku

    Zayn masih terdiam. Wajahnya menegang, sorot matanya kosong namun dalam. Ciuman singkat itu terasa seperti tamparan keras di tengah segala pertahanan yang baru saja ia bangun dengan susah payah. Nafasnya masih belum stabil. Tapi kali ini ia tidak bisa lagi hanya diam.Dengan perlahan, Zayn berdiri dari kursinya. Tatapannya kembali bertemu dengan mata Diandra, tapi kali ini jauh lebih tegas.“Cukup, Diandra!" Suaranya rendah namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah. “Jangan terus menerus memaksaku untuk mengakui sesuatu yang bahkan sudah tidak ada.”Diandra mengerutkan alisnya, bibirnya menegang. “Zayn, kamu pikir kamu bisa terus menyangkal? Aku tahu kamu belum sepenuhnya lepas dari aku. Bahkan sekarang… kamu gak mendorong aku untuk menjauh. Kamu juga gak menolak ciuman ku kan?"Zayn mengepalkan tangannya. “Aku hanya— terkejut."“Kalau kamu sungguh sudah tidak ada rasa, kamu pasti refleks nolak!” Diandra membalas dengan cepat, emosinya mulai naik. “Kamu bisa bilang apa pun, ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status