Share

Chapter 3

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2022-08-27 22:31:13

Sarah terdiam tanpa ekspresi di meja bar dengan segelas alkohol di tangannya, ini sudah gelas keempat yang ia minum dan sekarang kepalanya terasa sedikit pening padahal satu jam lagi ia akan naik ke atas stage.

Barra, sudah hampir satu minggu pria itu tidak datang ke tempat ini padahal Sarah sedang sangat membutuhkannya. Setiap malam yang ia temui hanyalah para pria hidung belang yang tidak ada gunanya, Sarah mulai muak dengan semuanya dan merasa putus asa dengan rencananya untuk memikat Barra.

Gelas keenam, Sarah akhirnya mulai kehilangan kesadarannya namun ia terus berusaha sekuat tenaga untuk tetap profesional menari di atas stage. Sarah kini sudah menjadi primadona di klub ini, berkatnya klub ini sekarang semakin ramai pengunjung dan banyak pria dari kalangan atas yang berdatangan ke tempat ini karena penasaran dengan kecantikan Sarah. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang berhasil tidur dengan Sarah meskipun sudah menawarkan uang yang cukup besar, Sarah tidak mau tidur dengan sembarang pria karena yang ia inginkan hanyalah Barra.

Sarah menari di atas stage dan membuat tarian yang menghebohkan seluruh pengunjung pria, mereka bersorak melihat ekspresi nakal Sarah yang sedang dalam pengaruh minuman. Sarah turun dari stage hendak menghampiri salah satu pelanggan untuk ia hibur, tapi sayangnya malam ini tidak ada satupun pria yang berhasil menarik perhatiannya. Sarah berbalik dengan raut wajah kecewa, namun langkahnya harus terhenti karena sepatu hak tinggi yang ia kenakan tersandung kaki pengunjung lain. Sebuah tangan kekar menarik tangan Sarah dan membawa Sarah ke dalam pelukannya, aroma parfumnya menguar ke dalam hidung Sarah yang secara naluriah mengenali siapa pria di dekapannya kini. Wangi lemon sisilia yang bercampur dengan wangi anggur dan cemara, tidak salah lagi wangi parfum ini adalah milik Barra.

Sarah mendongakkan wajah untuk melihat sosok tampan di hadapannya, "Tuan Barra?"

Barra tersenyum menatap wajah cantik Sarah yang kemerahan karena mabuk, "Kamu mabuk, tapi tetap mengenaliku."

"Bagaimana bisa aku melupakan wajah tampanmu jika di dalam mimpi saja wajahmu juga menghantuiku," Sarah tersenyum genit.

Bara terkekeh pelan, lalu melepaskan pegangannya di pinggang Sarah. "Selesaikan tarianmu, aku akan menunggu di tempat biasa."

Sarah yang tadinya merasa sudah kehilangan harapan dan putus asa, akhirnya mulai mendapatkan semangatnya lagi setelah melihat kehadiran Barra. Tarian selesai, tanpa melepas kostumnya Sarah segera naik ke lantai atas dibantu oleh Helena.

"Good luck Sarah! kayaknya tuan Barra juga tergila-gila sama kamu," Helena menyentil dagu lancip Sarah.

"Ya aku juga berharap seperti itu, Hel. Bye," Sarah membuka pintu kamar Barra yang tidak dikunci.

Seperti dugaannya, Barra kini sudah menunggunya dengan tenang di atas ranjang. Wajah tampan yang hampir satu minggu ini menghilang kini ada di hadapannya lagi, Sarah maju mendekatinya dan bersandar di dada bidangnya.

"Aku sangat merindukanmu," Barra merangkul pinggul Sarah dan merubah posisi Sarah menjadi di atasnya.

"Oh ya? kalau kamu merindukanku kenapa baru datang setelah menghilang hampir satu minggu?"

"Aku baru saja kembali dari luar negri untuk perjalanan bisnis, honey." Barra menyentuh dagu Sarah dan mencium bibirnya.

"Kamu tidak berbuat nakal kan selama aku pergi?" tanya Barra seraya menaikkan satu alisnya.

"Tenang saja, aku cuma nakal sama kamu tuan Barra."

"Oke, kalau gitu mari kita buktikan." Barra merengkuh Sarah ke dalam pelukannya dan memulai permainan yang selama hampir satu minggu ini ia nantikan.

Selama berada di Thailand, Barra selalu teringat akan sosok Sarah sehingga ia tidak tertarik dengan para wanita disana padahal Gabriel sudah menyediakan beberapa wanita untuk menemani tidurnya.

Pukul tiga dini hari, Sarah terbaring lemas di atas ranjang dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya. Barra kini sudah tertidur pulas setelah pengeluaran terakhirnya di ronde ke tiga, wajah tampan itu kini ada di sebelah Sarah dan tengah mendengkur pelan. Wajah dengan ras campuran, hidung mancung dan bentuk rahang yang tegas dihiasi brewok tipis membuat pesona Barra begitu luar biasa. Pria ini jauh lebih tampan dari Mario, bahkan sepertinya Mario tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Barra.

Sarah mengeratkan pelukannya di tubuh Barra, lalu memejamkan matanya untuk menyusul Barra ke alam mimpi. Namun baru beberapa detik ia memejamkan mata, ponsel Barra berdering dan menampilkan nama seorang wanita di layarnya.

"Luna?" gumam Sarah.

Siapa Luna? pacar Barra? istri Barra? atau wanita simpanan Barra yang lainnya? isi pikiran Sarah kini tengah di penuhi pertanyaan tentang siapa Luna. Sarah nampak gelisah karena ponsel Barra terus menerus berdering dan menampilkan nama yang sama, jika hanya pacar tidak mungkin ia akan menghubungi Barra sampai berkali-kali.

Sarah nampak ragu untuk mengangkat panggilan dari Luna, karena tidak ingin berbuat hal yang salah akhirnya ia malah membangunkan Barra dengan alasan ponsel Barra terus berdering dan membuatnya tidak bisa tidur.

Barra mengambil ponsel itu dari tangan Sarah, setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel Barra malah mendecih kesal dan mereject panggilan dari Luna lalu menyerahkan lagi ponsel miliknya ke Sarah.

"Kamu jawab saja kalau dia menghubungiku lagi," Barra kembali memejamkan matanya, pria ini sepertinya sangat kelelahan.

Seperti dugaan Barra, Luna memang menghubunginya lagi dan kini Sarah yang gugup setengah mati karena tidak tau harus berkata apa nanti setelah menjawab panggilan dari Luna. Sarah menarik nafas panjang, lalu menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan dari Luna.

"Halo Barra? Barra kamu dimana? kenapa setelah sampai di Indonesia kamu tidak langsung pulang kerumah? tante Arista mencari-cari kamu Barra," nada suaranya nampak terdengar cemas.

"Ha-halo, maaf Barranya sedang tidur." sahut Sarah membuat Luna syok di ujung telepon.

"Siapa kamu?! kenapa ponsel Barra ada di kamu?!" bentaknya membuat telinga Sarah sakit.

Sarah memutus panggilan telepon dari Luna, Sarah enggan menjawab pertanyaannya karena ia harus tau dulu ada hubungan apa di antara Barra dan Luna. Kalau ternyata Barra sudah dimiliki wanita lain, maka pupuslah harapannya untuk menjadi pendamping Barra.

Sarah menghembuskan nafasnya pelan, lalu memejamkan kedua matanya sampai akhirnya ia terlelap di sisi Barra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 96 (end)

    Pagi hari, Barra pergi lebih dulu ke Amethyst sebelum sarah terbangun. Barra sengaja pergi lebih dulu karena ia tidak ingin melihat Sarah dijemput oleh Julian, namun sebelum pergi Barra sudah menyiapkan sarapan khusus untuk Sarah.Sarah terbangun dengan keheningan yang menyambutnya di pagi hari, semua pelayan sibuk membersihkan rumah dan taman sedangkan penjaga rumah sibuk berjaga didepan. Sarah menyalakan ponselnya yang sejak semalam ia nonaktifkan, puluhan chat dari Julian membombardir ponselnya juga panggilan tidak terjawab. "Aku sudah bangun Julian, maaf aku lelah sekali jadi telat bangun pagi."Jawab Sarah menjelaskan kepada Julian mengapa ia bangun terlambat, namun Julian tetap berbicara omong-kosong terus menerus. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang." Sarah memutuskan panggilan teleponnya, lalu bergegas mandi dan berdandan sebelum Julian datang. Lima belas menit kemudian Julian datang dengan sebuket bunga mawar untuk Sarah, Sarah masih berada di kamarnya dan mungkin baru aka

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 95

    Sarah merenung menatap ke langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan dua pria yang sangat mengharapkannya. Sarah belum bisa memutuskan untuk memilih siapa, karena ia juga tidak tau bagaimana perasaannya untuk kedua pria itu. Sarah sebenarnya punya rencana lain setelah pernikahan Claudia nanti, tapi jika seperti ini adanya mungkin Sarah akan lebih memilih untuk menjalankan rencananya sekarang.Sarah mengambil ponselnya, lalu menghubungi mereka dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe terkenal di kota ini. Mereka langsung bergerak cepat ke tempat yang Sarah sebutkan, tidak lupa juga membawa bunga untuk diberikan kepada Sarah."Loh, kenapa si pirang ada disini?!" tunjuk Barra di wajah Julian. "Sarah, kenapa dia datang juga? aku kira hanya kita berdua yang akan bertemu disini." "Aku sengaja meminta kalian datang kesini karena ada satu hal yang harus aku bicarakan dengan kalian," Barra dan Julian serentak mengambil kursi yang berhadapan langsung dengan Sarah, sekarang yang mereka ri

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 94

    Sarah menatap sengit ke arah dua pria dewasa yang bertingkah kekanakan di depannya, mereka selalu membuat ulah sepanjang acara lamaran Claudia. Sampai akhirnya mereka bertengkar dan memecahkan patung es yang ada di tempat meja minuman, alasannya pun sepele hanya karena mereka berebut mengambilkan minum untuk Sarah. "Jadi kalian mau terus bertengkar seperti ini?"" tanya Sarah. "Bukan aku yang memulai pertengkaran Sarah, tapi si pirang ini yang memulai duluan!" "Hei bro, anda yang selalu menghalangi saya saat saya ingin mendekati Sarah." "Iya jelas aku melarangmu mendekati Sarah karena dia itu masih istriku, kamu harus pahami itu!" "Oh tapi seingatku kamu sudah menggugat cerai Sarah, jadi kamu sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu Sarah.""Stop! aku pusing mendengar pertengkaran kalian, jika kalian pikir aku akan memilih kalian kalian salah besar. Aku hanya ingin sendiri, tidak denganmu Barra atau denganmu Julian." bentak Sarah yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya. Sara

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 93

    Hari lamaran Gabriel dan Claudia pun tiba, semua dekorasi impian Claudia sudah seratus persen rampung. Kini tinggal saatnya mereka menunggu keluarga dari pihak Gabriel datang, tidak banyak yang mereka undang untuk acara lamaran ini. Hanya kerabat, kolega dan teman dekat saja yang di undang. Claudia nampak cantik dengan gaun rancangan Arista, wajah cantiknya hanya di make up sederhana karena Claudia tidak menyukai make up yang terlalu tebal. Setelah Claudia, kini gantian Sarah yang didandani, mereka nampak mirip meskipun bukan saudara kandung. Barra menunggu para wanita kesayangannya keluar dari ruang tempat mereka berdandan, setiap kali ada yang keluar ia langsung berdiri tegap untuk menyambutnya. Tapi sayang yang keluar sejak tadi bukan wanita yang ia tunggu, entah apa yang mereka lakukan di dalam sampai berjam-jam. Barra sangat penasaran, tapi ia tidak diperbolehkan masuk untuk melihat aktifitas mereka. Pintu kamar terbuka perlahan, Claudia keluar dengan diiringi oleh Arista dan

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 92

    "Mau apa kamu datang kesini?" tanya Barra sengit. "Ada yang harus aku lakukan," senyumnya lalu masuk menghampiri Claudia dan memberikan bunga untuknya. Claudia agak bingung saat menerima bunga dari Julian, tapi setelah Sarah menjelaskannya Claudia baru bisa menerima bunga itu dan bersikap ramah terhadapnya. Belum sempat Sarah menerima bunga miliknya, tiba-tiba bunga tersebut malah direbut oleh Barra dan dibuang ke tempat sampah. "Jangan pernah memberikan bunga murahan kepada istriku, dia alergi terhadap barang murahan." Julian tertawa pelan, "Istrimu? apa aku tidak salah dengar? ah tapi kamu ada benarnya juga, Sarah memang alergi terhdap barang murahan." Julian menatap Barra dengan tatapan merendahkan, membuat Barra semakin emosi dibuatnya. Sebelum terjadi keributan yang semakin parah, Sarah segera membawa Julian pergi dari rumah Arista. Lagipula semakin cepat ia pergi, semakin cepat ia kembali lagi ke rumah ini dan bisa beristirahat lebih awal agar bisa mempersiapkan diri untuk a

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 91

    Setelah beberapa hari dirawat keadaan Barra kini sudah lebih membaik dan diperbolehkan pulang juga kembali beraktifitas seperti biasa, hanya saja ia harus tetap meminum obat dari dokter kejiwaan karena efek dari obat yang Sheila berikan masih sering ia rasakan. Kepulangan Barra bertepatan dengan hari persiapan lamaran Claudia besok, meskipun acara lamaran tersebut hanya di adakan di rumah Arista namun Arista tetap membuat acara tersebut semeriah mungkin. Apalagi ini kali pertama ia merasakan salah satu anaknya di lamar seseorang, saat Barra menikah kemarin ia bahkan tidak berkontribusi apapun karena saat itu hubunganya dengan Sarah belum baik. Arista ingin sekali menebus kesalahannya tapi semua tidak mungkin lagi bisa ia tebus, karena sebentar lagi Sarah mungkin akan menjadi mantan menantunya. Claudia membantu Arista menyiapkan apapun yang dibutuhkan besok, terutama gaun untuknya dan beberapa gaun untuk kerabat juga yang paling spesial untuk Sarah. Arista menatap putrinya penuh ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status