Share

Chapter 2

Sarah menatap nanar bangunan di hadapannya yang sudah menaunginya sejak ia kecil hingga dewasa, beberapa hari yang lalu ia masih ratu di rumah ini tapi sekarang ada wanita lain yang menggantikan posisinya dari hasil mencuri. Wanita itu kini tengah bersantai ria di kursi taman dengan berbagai makanan tersedia di hadapannya, raut wajahnya menunjukkan betapa bahagianya ia saat ini setelah mendapatkan semuanya.

Sarah melenggang masuk ke dalam rumah dengan arogan, belum genap seminggu ia pergi dari rumah tapi ternyata sudah banyak barang di rumah ini yang berganti dan berubah posisinya. Bahkan fotonya saja sudah tidak ada lagi di rumah ini, Mario benar-benar membuangnya dan menghilangkan jejak pemilik asli rumah ini.

"Nyonya Sarah!" pekik Yuyun, asisten rumah tangga Sarah.

Yuyun berlari menghampiri Sarah dan menghambur ke dalam pelukannya, Yuyun sudah bekerja untuk Sarah selama hampir delapan tahun. Yuyun sangat kehilangan sosok Sarah, nyonya baru di rumah ini begitu angkuh dan sombong padahal ia hanya seorang pelakor. Baru saja diceritakan sang nyonya pelakor itu akhirnya datang juga, mungkin telinganya panas karena sedang dibicarakan.

"Sarah, mau apa kamu kesini?!" tanyanya sengit seakan tidak suka dengan kedatangan Sarah.

"Ini rumahku, kenapa aku tidak boleh datang ke rumahku sendiri?"

Thalita tertawa sinis, "Rumahmu? tempat ini bukan lagi rumahmu Sarah. Apa kurang jelas dokumen yang Mario berikan padamu malam itu?"

"Itu tidak sah dan aku ditipu, aku tidak pernah merasa menyetujui apapun apalagi menandatangani sebuah dokumen."

"Terserah kamu Sarah, yang jelas semuanya sudah tercatat di kantor notaris dan sah secara hukum."

Sarah tidak menyangka kalau Mario benar-benar niat menipu dirinya, Sarah merutuki kebodohannya dan menyesali semuanya karena di masa lalu ia begitu mempercayai Mario. Sarah keluar dari rumah dengan langkah yang besar, tujuannya saat ini adalah kantor miliknya yang sudah diambil alih oleh Mario.

Sesampainya Sarah disana ia tidak di sambut dengan baik oleh para mantan pegawainya, padahal dulu mereka begitu menghormati Sarah bahkan sampai rela menjilatnya demi mendapatkan posisi sebagai orang kepercayaannya. Sarah sudah tidak bisa bersabar lagi, dengan gerakan lincahnya ia berhasil menerobos masuk ke dalam dan menghindari kejaran para penjaga keamanan.

"Minggir, saya mau lewat!"

Sarah mendorong pegawai yang mencoba menghalangi pintu ruangan Mario, hingga wanita itu tersungkur menabrak tong sampah kecil di sebelahnya. Sarah membuka knop pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, lalu membantingnya kencang hingga dua insan yang sedang memadu asmara di atas meja terkejut bukan main. Baju mereka sudah tidak lengkap, bahkan wanita itu sedang duduk di ata meja dengan posisi yang menantang.

"B-bu Sarah!" ucapnya tergagap lalu turun dari meja dan membetulkan pakaiannya.

"Ohh jadi gini ya kelakuan kamu di kantor?" Sarah menyilangkan kedua tangannya di depan.

"Mau apa kamu kesini Sarah?! kamu sudah tidak memiliki hak apapun untuk berada disini!" Mario mencoba mendorong Sarah keluar karena beberapa karyawan lain mulai penasaran dengan keributan yang terjadi di ruangannya.

"Ini perusahaanku! warisan kedua orang tuaku! aku berhak ada disini Mario!"

Mario tertawa sinis, "Ya itu dulu, sekarang perusahaan ini milikku Sarah!"

"Wah, sudah maling tidak tau diri lagi." sindir Sarah.

"Kau!" Mario melayangkan tangannya ke arah Sarah, namun Sarah segera memutar video yang ada di ponselnya ke hadapan Mario.

Senyum kemenangan muncul di wajah Sarah, sedangkan Mario kini sudah pucat pasi namun akhirnya Mario bisa mengendalikan raut ketakutan itu dari wajahnya. Tadinya Sarah ingin membongkar kejahatan penipuan Mario dengan sebuah bukti rekaman untuk mengembalikan lagi perusahaannya, tapi yang ia dapatkan malah bukti perselingkuhan Mario dengan sekretarisnya yang tidak lain adalah orang kepercayaan Sarah.

"Kenapa panik? takut kalau istri keduamu tercinta di rumah tau kelakuanmu yang sebenarnya?" Sarah mencoba mengintimidasi Mario lewat tatapannya.

Mario tersenyum namun seketika senyumnya berubah menjadi tawa yang sulit Sarah mengerti, "Silahkan beritahukan video itu pada Thalita, aku tidak perduli. Lagipula sekarang aku sudah punya wanita yang lebih bisa di andalkan saat ini daripada kalian berdua,"

Mario merangkul Irina di depan mata Sarah, wanita itu kini sudah merasa di atas awan dan menatap Sarah dengan tatapan meremehkan. Tanpa rasa malu, mereka berciuman di depan Sarah seperti pasangan kekasih yang tengah di mabuk asmara.

"Apa kamu tau Sarah, berkat kerja keras Irina akhirnya aku bisa sampai di puncak kejayaan ini."

Sarah tertegun dengan kedua mata terbuka lebar, sekarang akhirnya ia paham bagaimana Mario bisa mendapatkan perusahaannya. Ternyata semua ini ada campur tangan Irina, orang kepercayaannya yang tidak pernah ia curigai sama sekali.

"Oh, jadi ini balasannya ya kalau memberi makan anjing liar tanpa sebuah kewaspadaan. Aku digigit habis sampai ke tulang oleh anjing yang aku tolong saat dia sedang menuju kesekaratan," ujar Sarah seraya menatap nyalang Irina.

Irina nampak kesal karena dirinya di sandingkan dengan seekor anjing oleh Sarah, tapi ia tidak mau membuang tenaganya untuk bertengkar dengan Sarah.

"Terserah ibu mau menyebut saya apa saya tidak perduli, yang jelas sekarang saya sudah mendapatkan semua yang saya inginkan dan ibu hanyalah seoonggok barang bekas yang tidak berguna." Irina mendorong bahu Sarah hingga ia terdorong ke belakang.

Sarah tertawa dalam kepedihan, semuanya berkomplot untuk mengkhianatinya. Irina, Wanita malam yang ia tolong saat membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya justru malah mengkhianatinya. Hanya karena bujuk rayu pria bajingan seperti Mario, Irina rela mengkhianati Sarah.

Dengan langkah gontai Sarah keluar dari ruangan Mario, semua miliknya hilang hanya karena ia terlalu baik dan mempercayai orang lain dengan mudahnya.

"Apa salahku tuhan, mengapa semua orang mengkhianatiku?" Sarah menangis terisak di pinggir trotoar.

"Tidak, aku tidak boleh menangis lagi. Aku harus kuat dan membuat semua orang yang sudah mengkhianatiku merasakan penderitaan yang lebih menyakitkan!" Sarah mengepalkan kedua telapak tangannya erat.

Ya, Sarah harus mencapai puncak rantai makanan jika ingin menginjak manusia seperti mereka. Barra, lelaki itu satu-satunya harapan Sarah untuk membawa dirinya ke atas puncak. Sarah bangkit dan menghapus air matanya secara kasar, Sarah sudah tidak sabar untuk melihat mereka semua menderita.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status