Share

Chapter 2

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2022-06-25 20:22:21

Sarah menatap nanar bangunan di hadapannya yang sudah menaunginya sejak ia kecil hingga dewasa, beberapa hari yang lalu ia masih ratu di rumah ini tapi sekarang ada wanita lain yang menggantikan posisinya dari hasil mencuri. Wanita itu kini tengah bersantai ria di kursi taman dengan berbagai makanan tersedia di hadapannya, raut wajahnya menunjukkan betapa bahagianya ia saat ini setelah mendapatkan semuanya.

Sarah melenggang masuk ke dalam rumah dengan arogan, belum genap seminggu ia pergi dari rumah tapi ternyata sudah banyak barang di rumah ini yang berganti dan berubah posisinya. Bahkan fotonya saja sudah tidak ada lagi di rumah ini, Mario benar-benar membuangnya dan menghilangkan jejak pemilik asli rumah ini.

"Nyonya Sarah!" pekik Yuyun, asisten rumah tangga Sarah.

Yuyun berlari menghampiri Sarah dan menghambur ke dalam pelukannya, Yuyun sudah bekerja untuk Sarah selama hampir delapan tahun. Yuyun sangat kehilangan sosok Sarah, nyonya baru di rumah ini begitu angkuh dan sombong padahal ia hanya seorang pelakor. Baru saja diceritakan sang nyonya pelakor itu akhirnya datang juga, mungkin telinganya panas karena sedang dibicarakan.

"Sarah, mau apa kamu kesini?!" tanyanya sengit seakan tidak suka dengan kedatangan Sarah.

"Ini rumahku, kenapa aku tidak boleh datang ke rumahku sendiri?"

Thalita tertawa sinis, "Rumahmu? tempat ini bukan lagi rumahmu Sarah. Apa kurang jelas dokumen yang Mario berikan padamu malam itu?"

"Itu tidak sah dan aku ditipu, aku tidak pernah merasa menyetujui apapun apalagi menandatangani sebuah dokumen."

"Terserah kamu Sarah, yang jelas semuanya sudah tercatat di kantor notaris dan sah secara hukum."

Sarah tidak menyangka kalau Mario benar-benar niat menipu dirinya, Sarah merutuki kebodohannya dan menyesali semuanya karena di masa lalu ia begitu mempercayai Mario. Sarah keluar dari rumah dengan langkah yang besar, tujuannya saat ini adalah kantor miliknya yang sudah diambil alih oleh Mario.

Sesampainya Sarah disana ia tidak di sambut dengan baik oleh para mantan pegawainya, padahal dulu mereka begitu menghormati Sarah bahkan sampai rela menjilatnya demi mendapatkan posisi sebagai orang kepercayaannya. Sarah sudah tidak bisa bersabar lagi, dengan gerakan lincahnya ia berhasil menerobos masuk ke dalam dan menghindari kejaran para penjaga keamanan.

"Minggir, saya mau lewat!"

Sarah mendorong pegawai yang mencoba menghalangi pintu ruangan Mario, hingga wanita itu tersungkur menabrak tong sampah kecil di sebelahnya. Sarah membuka knop pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, lalu membantingnya kencang hingga dua insan yang sedang memadu asmara di atas meja terkejut bukan main. Baju mereka sudah tidak lengkap, bahkan wanita itu sedang duduk di ata meja dengan posisi yang menantang.

"B-bu Sarah!" ucapnya tergagap lalu turun dari meja dan membetulkan pakaiannya.

"Ohh jadi gini ya kelakuan kamu di kantor?" Sarah menyilangkan kedua tangannya di depan.

"Mau apa kamu kesini Sarah?! kamu sudah tidak memiliki hak apapun untuk berada disini!" Mario mencoba mendorong Sarah keluar karena beberapa karyawan lain mulai penasaran dengan keributan yang terjadi di ruangannya.

"Ini perusahaanku! warisan kedua orang tuaku! aku berhak ada disini Mario!"

Mario tertawa sinis, "Ya itu dulu, sekarang perusahaan ini milikku Sarah!"

"Wah, sudah maling tidak tau diri lagi." sindir Sarah.

"Kau!" Mario melayangkan tangannya ke arah Sarah, namun Sarah segera memutar video yang ada di ponselnya ke hadapan Mario.

Senyum kemenangan muncul di wajah Sarah, sedangkan Mario kini sudah pucat pasi namun akhirnya Mario bisa mengendalikan raut ketakutan itu dari wajahnya. Tadinya Sarah ingin membongkar kejahatan penipuan Mario dengan sebuah bukti rekaman untuk mengembalikan lagi perusahaannya, tapi yang ia dapatkan malah bukti perselingkuhan Mario dengan sekretarisnya yang tidak lain adalah orang kepercayaan Sarah.

"Kenapa panik? takut kalau istri keduamu tercinta di rumah tau kelakuanmu yang sebenarnya?" Sarah mencoba mengintimidasi Mario lewat tatapannya.

Mario tersenyum namun seketika senyumnya berubah menjadi tawa yang sulit Sarah mengerti, "Silahkan beritahukan video itu pada Thalita, aku tidak perduli. Lagipula sekarang aku sudah punya wanita yang lebih bisa di andalkan saat ini daripada kalian berdua,"

Mario merangkul Irina di depan mata Sarah, wanita itu kini sudah merasa di atas awan dan menatap Sarah dengan tatapan meremehkan. Tanpa rasa malu, mereka berciuman di depan Sarah seperti pasangan kekasih yang tengah di mabuk asmara.

"Apa kamu tau Sarah, berkat kerja keras Irina akhirnya aku bisa sampai di puncak kejayaan ini."

Sarah tertegun dengan kedua mata terbuka lebar, sekarang akhirnya ia paham bagaimana Mario bisa mendapatkan perusahaannya. Ternyata semua ini ada campur tangan Irina, orang kepercayaannya yang tidak pernah ia curigai sama sekali.

"Oh, jadi ini balasannya ya kalau memberi makan anjing liar tanpa sebuah kewaspadaan. Aku digigit habis sampai ke tulang oleh anjing yang aku tolong saat dia sedang menuju kesekaratan," ujar Sarah seraya menatap nyalang Irina.

Irina nampak kesal karena dirinya di sandingkan dengan seekor anjing oleh Sarah, tapi ia tidak mau membuang tenaganya untuk bertengkar dengan Sarah.

"Terserah ibu mau menyebut saya apa saya tidak perduli, yang jelas sekarang saya sudah mendapatkan semua yang saya inginkan dan ibu hanyalah seoonggok barang bekas yang tidak berguna." Irina mendorong bahu Sarah hingga ia terdorong ke belakang.

Sarah tertawa dalam kepedihan, semuanya berkomplot untuk mengkhianatinya. Irina, Wanita malam yang ia tolong saat membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya justru malah mengkhianatinya. Hanya karena bujuk rayu pria bajingan seperti Mario, Irina rela mengkhianati Sarah.

Dengan langkah gontai Sarah keluar dari ruangan Mario, semua miliknya hilang hanya karena ia terlalu baik dan mempercayai orang lain dengan mudahnya.

"Apa salahku tuhan, mengapa semua orang mengkhianatiku?" Sarah menangis terisak di pinggir trotoar.

"Tidak, aku tidak boleh menangis lagi. Aku harus kuat dan membuat semua orang yang sudah mengkhianatiku merasakan penderitaan yang lebih menyakitkan!" Sarah mengepalkan kedua telapak tangannya erat.

Ya, Sarah harus mencapai puncak rantai makanan jika ingin menginjak manusia seperti mereka. Barra, lelaki itu satu-satunya harapan Sarah untuk membawa dirinya ke atas puncak. Sarah bangkit dan menghapus air matanya secara kasar, Sarah sudah tidak sabar untuk melihat mereka semua menderita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 96 (end)

    Pagi hari, Barra pergi lebih dulu ke Amethyst sebelum sarah terbangun. Barra sengaja pergi lebih dulu karena ia tidak ingin melihat Sarah dijemput oleh Julian, namun sebelum pergi Barra sudah menyiapkan sarapan khusus untuk Sarah.Sarah terbangun dengan keheningan yang menyambutnya di pagi hari, semua pelayan sibuk membersihkan rumah dan taman sedangkan penjaga rumah sibuk berjaga didepan. Sarah menyalakan ponselnya yang sejak semalam ia nonaktifkan, puluhan chat dari Julian membombardir ponselnya juga panggilan tidak terjawab. "Aku sudah bangun Julian, maaf aku lelah sekali jadi telat bangun pagi."Jawab Sarah menjelaskan kepada Julian mengapa ia bangun terlambat, namun Julian tetap berbicara omong-kosong terus menerus. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang." Sarah memutuskan panggilan teleponnya, lalu bergegas mandi dan berdandan sebelum Julian datang. Lima belas menit kemudian Julian datang dengan sebuket bunga mawar untuk Sarah, Sarah masih berada di kamarnya dan mungkin baru aka

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 95

    Sarah merenung menatap ke langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan dua pria yang sangat mengharapkannya. Sarah belum bisa memutuskan untuk memilih siapa, karena ia juga tidak tau bagaimana perasaannya untuk kedua pria itu. Sarah sebenarnya punya rencana lain setelah pernikahan Claudia nanti, tapi jika seperti ini adanya mungkin Sarah akan lebih memilih untuk menjalankan rencananya sekarang.Sarah mengambil ponselnya, lalu menghubungi mereka dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe terkenal di kota ini. Mereka langsung bergerak cepat ke tempat yang Sarah sebutkan, tidak lupa juga membawa bunga untuk diberikan kepada Sarah."Loh, kenapa si pirang ada disini?!" tunjuk Barra di wajah Julian. "Sarah, kenapa dia datang juga? aku kira hanya kita berdua yang akan bertemu disini." "Aku sengaja meminta kalian datang kesini karena ada satu hal yang harus aku bicarakan dengan kalian," Barra dan Julian serentak mengambil kursi yang berhadapan langsung dengan Sarah, sekarang yang mereka ri

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 94

    Sarah menatap sengit ke arah dua pria dewasa yang bertingkah kekanakan di depannya, mereka selalu membuat ulah sepanjang acara lamaran Claudia. Sampai akhirnya mereka bertengkar dan memecahkan patung es yang ada di tempat meja minuman, alasannya pun sepele hanya karena mereka berebut mengambilkan minum untuk Sarah. "Jadi kalian mau terus bertengkar seperti ini?"" tanya Sarah. "Bukan aku yang memulai pertengkaran Sarah, tapi si pirang ini yang memulai duluan!" "Hei bro, anda yang selalu menghalangi saya saat saya ingin mendekati Sarah." "Iya jelas aku melarangmu mendekati Sarah karena dia itu masih istriku, kamu harus pahami itu!" "Oh tapi seingatku kamu sudah menggugat cerai Sarah, jadi kamu sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu Sarah.""Stop! aku pusing mendengar pertengkaran kalian, jika kalian pikir aku akan memilih kalian kalian salah besar. Aku hanya ingin sendiri, tidak denganmu Barra atau denganmu Julian." bentak Sarah yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya. Sara

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 93

    Hari lamaran Gabriel dan Claudia pun tiba, semua dekorasi impian Claudia sudah seratus persen rampung. Kini tinggal saatnya mereka menunggu keluarga dari pihak Gabriel datang, tidak banyak yang mereka undang untuk acara lamaran ini. Hanya kerabat, kolega dan teman dekat saja yang di undang. Claudia nampak cantik dengan gaun rancangan Arista, wajah cantiknya hanya di make up sederhana karena Claudia tidak menyukai make up yang terlalu tebal. Setelah Claudia, kini gantian Sarah yang didandani, mereka nampak mirip meskipun bukan saudara kandung. Barra menunggu para wanita kesayangannya keluar dari ruang tempat mereka berdandan, setiap kali ada yang keluar ia langsung berdiri tegap untuk menyambutnya. Tapi sayang yang keluar sejak tadi bukan wanita yang ia tunggu, entah apa yang mereka lakukan di dalam sampai berjam-jam. Barra sangat penasaran, tapi ia tidak diperbolehkan masuk untuk melihat aktifitas mereka. Pintu kamar terbuka perlahan, Claudia keluar dengan diiringi oleh Arista dan

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 92

    "Mau apa kamu datang kesini?" tanya Barra sengit. "Ada yang harus aku lakukan," senyumnya lalu masuk menghampiri Claudia dan memberikan bunga untuknya. Claudia agak bingung saat menerima bunga dari Julian, tapi setelah Sarah menjelaskannya Claudia baru bisa menerima bunga itu dan bersikap ramah terhadapnya. Belum sempat Sarah menerima bunga miliknya, tiba-tiba bunga tersebut malah direbut oleh Barra dan dibuang ke tempat sampah. "Jangan pernah memberikan bunga murahan kepada istriku, dia alergi terhadap barang murahan." Julian tertawa pelan, "Istrimu? apa aku tidak salah dengar? ah tapi kamu ada benarnya juga, Sarah memang alergi terhdap barang murahan." Julian menatap Barra dengan tatapan merendahkan, membuat Barra semakin emosi dibuatnya. Sebelum terjadi keributan yang semakin parah, Sarah segera membawa Julian pergi dari rumah Arista. Lagipula semakin cepat ia pergi, semakin cepat ia kembali lagi ke rumah ini dan bisa beristirahat lebih awal agar bisa mempersiapkan diri untuk a

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 91

    Setelah beberapa hari dirawat keadaan Barra kini sudah lebih membaik dan diperbolehkan pulang juga kembali beraktifitas seperti biasa, hanya saja ia harus tetap meminum obat dari dokter kejiwaan karena efek dari obat yang Sheila berikan masih sering ia rasakan. Kepulangan Barra bertepatan dengan hari persiapan lamaran Claudia besok, meskipun acara lamaran tersebut hanya di adakan di rumah Arista namun Arista tetap membuat acara tersebut semeriah mungkin. Apalagi ini kali pertama ia merasakan salah satu anaknya di lamar seseorang, saat Barra menikah kemarin ia bahkan tidak berkontribusi apapun karena saat itu hubunganya dengan Sarah belum baik. Arista ingin sekali menebus kesalahannya tapi semua tidak mungkin lagi bisa ia tebus, karena sebentar lagi Sarah mungkin akan menjadi mantan menantunya. Claudia membantu Arista menyiapkan apapun yang dibutuhkan besok, terutama gaun untuknya dan beberapa gaun untuk kerabat juga yang paling spesial untuk Sarah. Arista menatap putrinya penuh ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status