Sarah merenung menatap ke langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan dua pria yang sangat mengharapkannya. Sarah belum bisa memutuskan untuk memilih siapa, karena ia juga tidak tau bagaimana perasaannya untuk kedua pria itu. Sarah sebenarnya punya rencana lain setelah pernikahan Claudia nanti, tapi jika seperti ini adanya mungkin Sarah akan lebih memilih untuk menjalankan rencananya sekarang.Sarah mengambil ponselnya, lalu menghubungi mereka dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe terkenal di kota ini. Mereka langsung bergerak cepat ke tempat yang Sarah sebutkan, tidak lupa juga membawa bunga untuk diberikan kepada Sarah."Loh, kenapa si pirang ada disini?!" tunjuk Barra di wajah Julian. "Sarah, kenapa dia datang juga? aku kira hanya kita berdua yang akan bertemu disini." "Aku sengaja meminta kalian datang kesini karena ada satu hal yang harus aku bicarakan dengan kalian," Barra dan Julian serentak mengambil kursi yang berhadapan langsung dengan Sarah, sekarang yang mereka ri
Pagi hari, Barra pergi lebih dulu ke Amethyst sebelum sarah terbangun. Barra sengaja pergi lebih dulu karena ia tidak ingin melihat Sarah dijemput oleh Julian, namun sebelum pergi Barra sudah menyiapkan sarapan khusus untuk Sarah.Sarah terbangun dengan keheningan yang menyambutnya di pagi hari, semua pelayan sibuk membersihkan rumah dan taman sedangkan penjaga rumah sibuk berjaga didepan. Sarah menyalakan ponselnya yang sejak semalam ia nonaktifkan, puluhan chat dari Julian membombardir ponselnya juga panggilan tidak terjawab. "Aku sudah bangun Julian, maaf aku lelah sekali jadi telat bangun pagi."Jawab Sarah menjelaskan kepada Julian mengapa ia bangun terlambat, namun Julian tetap berbicara omong-kosong terus menerus. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang." Sarah memutuskan panggilan teleponnya, lalu bergegas mandi dan berdandan sebelum Julian datang. Lima belas menit kemudian Julian datang dengan sebuket bunga mawar untuk Sarah, Sarah masih berada di kamarnya dan mungkin baru aka
Sepuluh orang wanita berjalan di atas stage dengan pakaian seksi, perlahan musik mengalun mengiringi tarian mereka lalu disusul tiga orang wanita yang meliuk-liuk di tiang menonjolkan sisi sensual tubuhnya. Helena yang berada di tengah-tengah, menari meliuk-liukkan tubuhnya dan sesekali meremas area sensitif di dadanya. Helena melepas lingerienya satu persatu secara perlahan dengan gerakan yang memikat, para pria langsung bersorak saat Helena menampilkan gerakan yang membuat birahi mereka sampai di puncaknya. Helena turun satu tingkat dari stage, lalu mengambil minuman yang ada di meja pelanggan paling depan. Helena menegak minuman itu namun tidak menelannya, ia mengeluarkan lagi minuman itu lewat mulutnya dan mengalirkannya lagi hingga membasahi area dadanya. Pria yang ada di hadapannya menelan ludah dengan susah payah saat melihat penampilan Helena di depan matanya, setelah berhasil membuat turn on pria itu Helena kembali lagi ke atas panggung dan menari bersama grupnya. Musik ber
Sarah menatap nanar bangunan di hadapannya yang sudah menaunginya sejak ia kecil hingga dewasa, beberapa hari yang lalu ia masih ratu di rumah ini tapi sekarang ada wanita lain yang menggantikan posisinya dari hasil mencuri. Wanita itu kini tengah bersantai ria di kursi taman dengan berbagai makanan tersedia di hadapannya, raut wajahnya menunjukkan betapa bahagianya ia saat ini setelah mendapatkan semuanya. Sarah melenggang masuk ke dalam rumah dengan arogan, belum genap seminggu ia pergi dari rumah tapi ternyata sudah banyak barang di rumah ini yang berganti dan berubah posisinya. Bahkan fotonya saja sudah tidak ada lagi di rumah ini, Mario benar-benar membuangnya dan menghilangkan jejak pemilik asli rumah ini. "Nyonya Sarah!" pekik Yuyun, asisten rumah tangga Sarah. Yuyun berlari menghampiri Sarah dan menghambur ke dalam pelukannya, Yuyun sudah bekerja untuk Sarah selama hampir delapan tahun. Yuyun sangat kehilangan sosok Sarah, nyonya baru di rumah ini begitu angkuh dan sombong
Sarah terdiam tanpa ekspresi di meja bar dengan segelas alkohol di tangannya, ini sudah gelas keempat yang ia minum dan sekarang kepalanya terasa sedikit pening padahal satu jam lagi ia akan naik ke atas stage. Barra, sudah hampir satu minggu pria itu tidak datang ke tempat ini padahal Sarah sedang sangat membutuhkannya. Setiap malam yang ia temui hanyalah para pria hidung belang yang tidak ada gunanya, Sarah mulai muak dengan semuanya dan merasa putus asa dengan rencananya untuk memikat Barra. Gelas keenam, Sarah akhirnya mulai kehilangan kesadarannya namun ia terus berusaha sekuat tenaga untuk tetap profesional menari di atas stage. Sarah kini sudah menjadi primadona di klub ini, berkatnya klub ini sekarang semakin ramai pengunjung dan banyak pria dari kalangan atas yang berdatangan ke tempat ini karena penasaran dengan kecantikan Sarah. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang berhasil tidur dengan Sarah meskipun sudah menawarkan uang yang cukup besar, Sarah tidak mau tidur dengan
Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya saat telinganya mendengar suara dua orang pria berbincang di dalam kamar, Sarah mengenali suara yang satunya tapi yang satunya lagi terdengar asing di telinga Sarah. Sarah membuka kelopak matanya yang masih terasa berat, berusaha memulihkan kesadarannya untuk melihat siapa pria yang tengah berbincang dengan Barra. "Sepertinya putri tidur sudah bangun, kalau gitu saya permisi dulu tuan." Gabriel melangkah keluar dan selintas tersenyum kepada Sarah."Tuan Barra, siapa pria tadi?" tanya Sarah. "Dia Gabriel, asisten pribadiku." Sarah tersadar akan suatu hal sampai kedua matanya terbuka lebar, lalu dengan cepat menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Aneh, tubuhnya kini sudah terbalut kimono tidur padahal seingatnya tadi malam ia tidur tanpa mengenakan pakaian terlebih dahulu. "Ada apa? kenapa kamu begitu panik?" "Siapa yang memakaikan kimono ini di tubuhku, tuan Barra?" Sarah balik bertanya. "Tentu saja aku, memangnya siapa lagi. Kemarilah, a
"Saya tidak mau tau, pokoknya malam ini saya ingin tidur dengan Sarah!" teriak Irvan, membuat keributan di dalam klub. Olivia sudah tidak bisa bersabar lagi menghadapi Irvan, ia segera memanggil penjaga keamanan untuk mengusirnya dari tempat ini. Irvan meronta-ronta saat diseret keluar dan terus mengucapkan kata-kata yang membuat Olivia geram, tapi Olivia tidak mau membuang tenaganya untuk meladeni ucapan Irvan. Dulu Irvan merupakan tamu VIP di klubnya dan juga orang yang berjasa dalam meramaikan klubnya, tapi semenjak bisnis orang tuanya menuju ambang kebangkrutan ia tidak lagi di anggap sebagai tamu VIP. Setiap datang ke klub yang ia lakukan hanya membuat onar dan berhutang, dan inilah saatnya bagi Olivia untuk melarang Irvan datang lagi ke tempat ini karena pria itu selalu membuat kerugian di setiap kedatangannya. "Silahkan tampil lagi Sarah, Irvan sudah tidak ada lagi disini." Olivia mengelus pelan bahu Sarah. Tadi saat di pertengahan pertunjukan tarian, Irvan yang sudah mabuk
*Flashback*Barra nampak gelisah di balik mejanya karena pikirannya terus memikirkan Sarah, entah apa yang sudah Sarah lakukan padanya hingga membuatnya selalu teringat akan sosok cantiknya. Setelah meeting selesai, Barra segera keluar dari ruang meeting dan kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan pekerjaan agar bisa cepat bertemu dengan Sarah. Berlama-lama jauh darinya membuat hati Barra tersiksa menahan rasa rindu, juga tubuhnya yang kini hanya menginginkan sosok Sarah saja karena Barra sudah tidak tertarik lagi pada wanita lain. Arista nampak tersenyum sumringah saat memasuki ruang kerja Barra bersama Luna, wanita paruh baya itu membawa sebuah kotak perhiasan ekslusif di tangan kanannya untuk ia tunjukkan kepada Barra. Luna pun demikian, rona bahagia dan senyum manis tidak kunjung pergi dari wajahnya karena hari ini Arista akan memberitahukan kepada Barra tanggal pernikahan mereka yang sudah di tetapkan oleh orang tua Luna. Arista masuk ke ruangan Barra tanpa permisi, membuat Ba