Share

Chapter 4

Author: Author newbie
last update Huling Na-update: 2022-09-05 16:04:18

Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya saat telinganya mendengar suara dua orang pria berbincang di dalam kamar, Sarah mengenali suara yang satunya tapi yang satunya lagi terdengar asing di telinga Sarah. Sarah membuka kelopak matanya yang masih terasa berat, berusaha memulihkan kesadarannya untuk melihat siapa pria yang tengah berbincang dengan Barra.

"Sepertinya putri tidur sudah bangun, kalau gitu saya permisi dulu tuan." Gabriel melangkah keluar dan selintas tersenyum kepada Sarah.

"Tuan Barra, siapa pria tadi?" tanya Sarah.

"Dia Gabriel, asisten pribadiku."

Sarah tersadar akan suatu hal sampai kedua matanya terbuka lebar, lalu dengan cepat menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Aneh, tubuhnya kini sudah terbalut kimono tidur padahal seingatnya tadi malam ia tidur tanpa mengenakan pakaian terlebih dahulu.

"Ada apa? kenapa kamu begitu panik?"

"Siapa yang memakaikan kimono ini di tubuhku, tuan Barra?" Sarah balik bertanya.

"Tentu saja aku, memangnya siapa lagi. Kemarilah, aku sudah menyiapkan makanan untuk kita berdua,"

Sarah bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Barra yang sudah lebih dulu duduk di meja makan, dari jendela ini Sarah dapat melihat hiruk pikuk kesibukan ibukota di siang hari. Sarah menyantap hidangan itu secara perlahan, perutnya masih terasa tidak nyaman karena pengaruh alkohol yang ia minum semalam.

"Apa semalam kamu menjawab panggilan telepon dari Luna?" tanya Barra tiba-tiba.

"Ya, tapi aku hanya mengatakan kalau kamu sedang tidur."

"Kenapa kamu tidak mengatakan hal lain yang lebih berguna?"

Sarah mengernyitkan keningnya, ia tidak paham maksud ucapan Barra. "Hal lain yang lebih berguna? maksud tuan Barra apa?"

"Lupakan saja, silahkan lanjutkan makanmu. Aku ingin mandi," Barra meninggalkan Sarah sendirian di meja makan.

Setengah jam kemudian pria itu keluar dari kamar mandi dengan penampilan sempurnanya, nampaknya ia akan segera pergi dari tempat ini.

"Kamu mau kemana?" tanya Sarah.

Barra mengalihkan perhatiannya pada Sarah dan tertawa kecil, "Nada bicaramu seperti seorang istri yang ingin tau kegiatan suaminya di luar rumah, Sarah."

"Maaf, aku hanya belum ingin berpisah darimu tuan."

Barra menghampiri Sarah dan menatap manik hazelnya, "Aku akan datang lagi kesini, setelah semua urusanku selesai."

"Kapan?"

"Entahlah," Barra mengedikkan bahunya.

Sarah menghela nafas kecewa, kalau mereka saja jarang bertemu bagaimana bisa Sarah menaklukkan hati Barra dengan cepat.

"Kamu begitu sedih ya aku tinggal pergi, tenanglah aku akan kembali lagi secepat mungkin untukmu." Barra mengecup bibir Sarah lalu beralih ke keningnya.

*****

Di sebuah rumah mewah, dua wanita beda generasi itu kini tengah menyesap secangkir teh sambil melihat siaran televisi kesukaan sang nyonya besar. Luna sebenarnya sudah sangat jenuh berada di tempat ini, kalau bukan karena menunggu kedatangan Barra ia pasti sudah pergi sejak dua jam yang lalu.

"Maaf tante, kira-kira jam berapa ya Barra akan pulang?" tanya Luna.

Arista tertawa seraya menepuk punggung tangan Luna, "Kelihatannya kamu sudah sangat tidak sabaran untuk melihat wajah calon suamimu, Luna."

"Tentu, berpisah dengannya selama hampir satu minggu membuat hatiku meradang karena rindu tante." sahut Luna dengan wajah memelas.

Pucuk di cinta ulam pun tiba, Barra akhirnya datang setelah Luna hampir mati karena bosan menunggu kedatangannya. Luna segera berlari kecil menghampiri pujaan hatinya, lalu memeluknya erat seakan-akan mereka sudah tidak bertemu selama satu abad.

"Lepas, Luna." Barra mendorong Luna secara paksa untuk melepas pelukannya.

"Aku rindu padamu Barra, apa kamu tidak merindukan aku?" tanyanya membuat Barra jengah.

Barra tertawa sinis dan menggelengkan kepalanya, tanpa menghiraukan Luna lagi ia segera duduk di hadapan Arista dan meminta dibuatkan secangkir kopi kesukaannya pada pelayan rumah. Luna ikut duduk di sebelahnya dan terus menggelayuti lengannya, Barra benar-benar jengkel pada wanita ini. Jika saja ia bisa menendang Luna, sudah pasti saat ini juga ia akan menendang Luna sejauh mungkin dari hadapannya.

"Ibu senang melihat kemesraan kalian,"

Barra mendengus kesal saat mendengar ucapan Arista, "Kemesraan apanya, wanita ini yang selalu menempel padaku seperti benalu. Sulit sekali dilepaskan,"

"Barra, kamu jahat banget." bola mata Luna berkaca-kaca, kalau sudah begini andalannya hanya air mata agar Arista membelanya.

"Barra! bersikaplah lebih sopan pada Luna, dia ini calon istrimu." sentak Arista.

"Calon istri? aku bahkan tidak tertarik untuk menikah jadi bagaimana bisa dia menjadi calon istriku," Barra menatap Luna sinis.

"Barra! kamu benar-benar ingin melihat ibu mati lebih cepat ya!"

"Aku lelah, silahkan kalian lanjutkan mengobrolnya." Barra pergi menuju ke kamar lamanya yang sudah hampir tiga tahun tidak ia tinggali.

Kamar ini masih tetap rapih dan terawat meskipun Barra sudah jarang sekali menempatinya, ia hanya akan tidur disini kalau bukan Arista yang memaksanya pulang ke rumah. Barra melepaskan satu persatu pakaiannya, tanpa ia sadari kini Luna sudah menyelinap masuk ke dalam kamarnya dan memeluknya erat dari belakang.

"Barra,"

"Luna! mau apa kamu masuk ke kamarku?" Barra mencoba melepas pelukan Luna yang begitu erat sampai kuku panjangnya menancap di dada Barra.

"Aku rindu kamu Barra, bukannya aku sudah bilang ya tadi."

"Jangan berbicara omong kosong Luna, cepat keluar dari kamarku!"

"Tidak! aku tidak mau!"

Barra sudah benar-benar kehilangan kesabarannya, ia segera melepas pelukan Luna secara kasar hingga pergelangan Luna terasa sakit dibuatnya. Barra menyeret Luna ke arah pintu dan hendak menghempaskannya keluar, namun ternyata pintu itu sudah terkunci dan kuncinya entah berada di mana.

"Kamu sedang mencari apa Barra?" tanya Luna dengan nada mengejek.

"Luna, berikan kunci kamar ini." ucapnya penuh penekanan, Barra berusaha mati-matian menahan emosinya hingga urat di kepalanya menonjol.

"Ambil sendiri kalau kamu mau, kuncinya aku simpan di dalam sini." ucap Luna seraya menunjuk area intimnya.

"Kamu menantangku Luna?" Barra menunjukkan ekspresi kemarahannya di depan Luna, tapi Luna sama sekali tidak merasa takut padanya.

"Ayo ambil, apa kamu mau aku yang ambilin kuncinya? oke biar aku yang ambil ya," Luna melucuti pakaiannya satu persatu dan hanya menyisakan lingerie yang menutup area intim di bawahnya.

"Maaf Barra, sepertinya aku agak kesulitan membuka yang ini." ucap Luna dengan nada bicara yang dibuat manja.

Meskipun Barra melihat Luna tidak memakai apapun di tubuhnya, namun ia tetap tidak tergoda sama sekali padanya. Luna maju satu langkah mendekati Barra dan mulai menyentuh dada bidangnya, berharap Barra akan tergoda dengan kemolekan tubuhnya.

"Luna, jangan berbuat hal yang memalukan seperti ini." Barra mengalihkan pandangannya, bukan karena ia tergoda dengan tubuh Luna melainkan ia muak menatap wanita tidak tahu malu ini.

"Ayolah Barra, mulai hari ini aku akan menyerahkan diriku sepenuhnya untukmu. Aku tidak akan sok jual mahal lagi,"

Luna benar-benar wanita yang keras kepala, karena bicara saja tidak cukup untuk mengusirnya jadi Barra akan mengambil tindakan ekstrim untuk mengusirnya. Barra mendorong Luna menjauh darinya, lalu mengambil sebilah katana yang tergantung di tembok kamarnya. Sekarang Barra akhirnya tau kegunaan benda ini, wajah Luna langsung berubah pucat pasi saat melihat bara mengeluarkan benda tajam itu dari tempat penyimpanannya.

"O-oke! aku akan keluar Barra! biarkan aku memakai pakaianku dulu!"

Dengan tangan gemetar, Luna memakai pakaiannya lagi dan mengeluarkan kunci itu dari celana dalamnya. Barra tersenyum lebar saat sosok Luna akhirnya lenyap dari pandangan matanya, wanita itu memang tidak bisa jika di peringatkan secara baik-baik.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 96 (end)

    Pagi hari, Barra pergi lebih dulu ke Amethyst sebelum sarah terbangun. Barra sengaja pergi lebih dulu karena ia tidak ingin melihat Sarah dijemput oleh Julian, namun sebelum pergi Barra sudah menyiapkan sarapan khusus untuk Sarah.Sarah terbangun dengan keheningan yang menyambutnya di pagi hari, semua pelayan sibuk membersihkan rumah dan taman sedangkan penjaga rumah sibuk berjaga didepan. Sarah menyalakan ponselnya yang sejak semalam ia nonaktifkan, puluhan chat dari Julian membombardir ponselnya juga panggilan tidak terjawab. "Aku sudah bangun Julian, maaf aku lelah sekali jadi telat bangun pagi."Jawab Sarah menjelaskan kepada Julian mengapa ia bangun terlambat, namun Julian tetap berbicara omong-kosong terus menerus. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang." Sarah memutuskan panggilan teleponnya, lalu bergegas mandi dan berdandan sebelum Julian datang. Lima belas menit kemudian Julian datang dengan sebuket bunga mawar untuk Sarah, Sarah masih berada di kamarnya dan mungkin baru aka

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 95

    Sarah merenung menatap ke langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan dua pria yang sangat mengharapkannya. Sarah belum bisa memutuskan untuk memilih siapa, karena ia juga tidak tau bagaimana perasaannya untuk kedua pria itu. Sarah sebenarnya punya rencana lain setelah pernikahan Claudia nanti, tapi jika seperti ini adanya mungkin Sarah akan lebih memilih untuk menjalankan rencananya sekarang.Sarah mengambil ponselnya, lalu menghubungi mereka dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe terkenal di kota ini. Mereka langsung bergerak cepat ke tempat yang Sarah sebutkan, tidak lupa juga membawa bunga untuk diberikan kepada Sarah."Loh, kenapa si pirang ada disini?!" tunjuk Barra di wajah Julian. "Sarah, kenapa dia datang juga? aku kira hanya kita berdua yang akan bertemu disini." "Aku sengaja meminta kalian datang kesini karena ada satu hal yang harus aku bicarakan dengan kalian," Barra dan Julian serentak mengambil kursi yang berhadapan langsung dengan Sarah, sekarang yang mereka ri

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 94

    Sarah menatap sengit ke arah dua pria dewasa yang bertingkah kekanakan di depannya, mereka selalu membuat ulah sepanjang acara lamaran Claudia. Sampai akhirnya mereka bertengkar dan memecahkan patung es yang ada di tempat meja minuman, alasannya pun sepele hanya karena mereka berebut mengambilkan minum untuk Sarah. "Jadi kalian mau terus bertengkar seperti ini?"" tanya Sarah. "Bukan aku yang memulai pertengkaran Sarah, tapi si pirang ini yang memulai duluan!" "Hei bro, anda yang selalu menghalangi saya saat saya ingin mendekati Sarah." "Iya jelas aku melarangmu mendekati Sarah karena dia itu masih istriku, kamu harus pahami itu!" "Oh tapi seingatku kamu sudah menggugat cerai Sarah, jadi kamu sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu Sarah.""Stop! aku pusing mendengar pertengkaran kalian, jika kalian pikir aku akan memilih kalian kalian salah besar. Aku hanya ingin sendiri, tidak denganmu Barra atau denganmu Julian." bentak Sarah yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya. Sara

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 93

    Hari lamaran Gabriel dan Claudia pun tiba, semua dekorasi impian Claudia sudah seratus persen rampung. Kini tinggal saatnya mereka menunggu keluarga dari pihak Gabriel datang, tidak banyak yang mereka undang untuk acara lamaran ini. Hanya kerabat, kolega dan teman dekat saja yang di undang. Claudia nampak cantik dengan gaun rancangan Arista, wajah cantiknya hanya di make up sederhana karena Claudia tidak menyukai make up yang terlalu tebal. Setelah Claudia, kini gantian Sarah yang didandani, mereka nampak mirip meskipun bukan saudara kandung. Barra menunggu para wanita kesayangannya keluar dari ruang tempat mereka berdandan, setiap kali ada yang keluar ia langsung berdiri tegap untuk menyambutnya. Tapi sayang yang keluar sejak tadi bukan wanita yang ia tunggu, entah apa yang mereka lakukan di dalam sampai berjam-jam. Barra sangat penasaran, tapi ia tidak diperbolehkan masuk untuk melihat aktifitas mereka. Pintu kamar terbuka perlahan, Claudia keluar dengan diiringi oleh Arista dan

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 92

    "Mau apa kamu datang kesini?" tanya Barra sengit. "Ada yang harus aku lakukan," senyumnya lalu masuk menghampiri Claudia dan memberikan bunga untuknya. Claudia agak bingung saat menerima bunga dari Julian, tapi setelah Sarah menjelaskannya Claudia baru bisa menerima bunga itu dan bersikap ramah terhadapnya. Belum sempat Sarah menerima bunga miliknya, tiba-tiba bunga tersebut malah direbut oleh Barra dan dibuang ke tempat sampah. "Jangan pernah memberikan bunga murahan kepada istriku, dia alergi terhadap barang murahan." Julian tertawa pelan, "Istrimu? apa aku tidak salah dengar? ah tapi kamu ada benarnya juga, Sarah memang alergi terhdap barang murahan." Julian menatap Barra dengan tatapan merendahkan, membuat Barra semakin emosi dibuatnya. Sebelum terjadi keributan yang semakin parah, Sarah segera membawa Julian pergi dari rumah Arista. Lagipula semakin cepat ia pergi, semakin cepat ia kembali lagi ke rumah ini dan bisa beristirahat lebih awal agar bisa mempersiapkan diri untuk a

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 91

    Setelah beberapa hari dirawat keadaan Barra kini sudah lebih membaik dan diperbolehkan pulang juga kembali beraktifitas seperti biasa, hanya saja ia harus tetap meminum obat dari dokter kejiwaan karena efek dari obat yang Sheila berikan masih sering ia rasakan. Kepulangan Barra bertepatan dengan hari persiapan lamaran Claudia besok, meskipun acara lamaran tersebut hanya di adakan di rumah Arista namun Arista tetap membuat acara tersebut semeriah mungkin. Apalagi ini kali pertama ia merasakan salah satu anaknya di lamar seseorang, saat Barra menikah kemarin ia bahkan tidak berkontribusi apapun karena saat itu hubunganya dengan Sarah belum baik. Arista ingin sekali menebus kesalahannya tapi semua tidak mungkin lagi bisa ia tebus, karena sebentar lagi Sarah mungkin akan menjadi mantan menantunya. Claudia membantu Arista menyiapkan apapun yang dibutuhkan besok, terutama gaun untuknya dan beberapa gaun untuk kerabat juga yang paling spesial untuk Sarah. Arista menatap putrinya penuh ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status