Share

Ch. 3 Teramat Sakit

"Awasi terus, bisa hubungi aku kalau ada apa-apa."

Amanda segera menyeka air mata, ia sontak berdiri begitu langkah kaki dan obrolan itu terdengar setelah pintu ruangan terbuka. Di sana, sosok itu berdiri. Dengan wajah lelah dan bingung yang makin membuat hati Amanda teriris pedih.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Nung." papa mertua Amanda menoleh, menatap Amanda dengan tatapan iba. "Yuk kita pulang, Nda."

"Baik, Pa!" Amanda memaksakan diri tersenyum, "Terima kasih banyak Dokter atas bantuannya."

Lelaki berkacamata itu tersenyum, kepalanya terangguk pelan.

"Sudah merupakan tugas saya, Nda. Kamu yang sabar ya."

Kembali rasanya Amanda ingin menangis. Namun ia tahan kuat-kuat air mata. Amanda hanya tersenyum simpul, matanya melirik lelaki yang bahkan wajahnya masih datar dan begitu asing.

"Kalau begitu kami pamit dulu, Nung. Sekali lagi terima kasih banyak." kembali sang papa mertua bersuara, satu persatu menyalami Dokter Hanung.

Aldo langsung melangkah pergi tanpa sepatah kata. Melewati Amanda begitu saja tanpa melirik Amanda sama sekali! Sebuah hal yang tidak pernah dilakukan Aldo selama ini. Amanda ingat betul, bagaimana hangat dan ramahnya Aldo ketika mereka bertemu untuk pertama kali dulu. Ketika kemudian mereka resmi berpacaran, menikah hingga akhirnya terpisah. Aldo belum pernah seperti ini dan ini sangat menyakiti Amanda.

Amanda menahan napas sejenak, menghela napas panjang lalu menghirup udara banyak-banyak. Sementara di sisi lain Papa Aldo langsung mengejar langkah itu. Meninggalkan Amanda dan Redita bersama Dokter Hanung.

Dengan sedikit tergesa, Amanda menyalami Dokter Hanung, ia tentu saja hendak mengejar langkah sang suami.

"Sekali lagi te--"

"Nda," potong Dokter Hanung lirih, "Jangan terlalu dipaksakan, ya? Saya takut Aldo malah akan kehilangan memorinya secara permanen. Biarkan ingatannya sendiri yang datang memeluknya kembali."

Amanda tertegun, niatnya mengejar langkah Aldo ia urungkan. Kini ia menatap Dokter Hanung tanpa kedip dengan hati hampa. Separah itu 'kecelakaan' yang suaminya alami?

"Dok ... akan berapa lama Bang Aldo seperti ini?" tanya Amanda lemas.

Dokter Hanung tidak menjawab, ia malah melemparkan pandangan ke arah mama mertua Amanda, membuat Amanda menoleh dan menatap mama mertuanya dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak ada yang tahu betapa lama, Nda. Tidak ada yang bisa memastikan," Redita meraih tangan Amanda, meremas tangan itu dengan begitu lembut.

Lidah dan bibir Amanda mendadak kelu. Otaknya blank. Ia tidak bisa memikirkan apapun lagi, termasuk pertanyaan-pertanyaan perihal kondisi sang suami kepada dokter yang merawat suaminya.

Fakta-fakta yang dia temukan setelah sosok suaminya muncul di hadapan Amanda seolah menampar Amanda dengan sangat keras. Begitu sakit dan menyesakkan.

"Terus beri dia perhatian, Nda. Bantu ingatkan sedikit-sedikit kisah yang pernah kalian rajut bersama. Tapi sekali lagi ...." Dokter Hanung tidak melanjutkan kalimatnya, "Sekali lagi tolong jangan terlalu dipaksa, Nda. Semua demi kebaikan Aldo dan tentunya kamu sendiri."

Tes.

Air mata Amanda kembali menitik. Redita mencengkeram kuat bahu Amanda, berusaha memberi support dan kekuatan untuk menantunya yang tengah hamil itu.

"Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi saya, Nda. Saya permisi dulu. Hati-hati di jalan."

"Baik, terima kasih banyak Dokter Hanung." Redita yang menjawab, karena Amanda sendiri mendadak kehilangan kemampuan bersuara.

Remasan hangat nan lembut itu masih dia rasakan, Amanda lantas tersentak ketika suara itu begitu lembut membuyarkan lamunannya atas nasib buruk yang terjadi pada Aldo.

"Ada Mama sama Papa yang bakalan bantu kamu, Nda!" tegas Redita tulus. "Fokus pada kehamilan kamu, ya? Jangan sampai calon cucu Mama kenapa-kenapa."

Amanda menoleh, menyeka bulir air mata yang spontan menitik ketika menatap wajah mama mertuanya.

"Terima kasih banyak, Ma. Tapi jujur ... Amanda pengen Bang Al cepet ingat. Balik lagi ingat sama Manda, Ma."

Redita mengangguk, dibelainya puncak kepala sang menantu dengan penuh kasih sayang.

"Mama ngerti. Kita semua juga pengennya begitu. Tapi tentu kamu ingat, bukan, bahwa semuanya perlu proses?"

Dengan berat Amanda mengangguk pelan. Mama mertuanya benar, semua perlu proses. Dan yang Aldo alami ini cukup serius. Amanda kembali mengangkat wajah, menatap Redita dengan saksama.

"Ma ... Mama mau bantu Redita, nggak?"

Wajah ayu di depannya itu nampak mengerutkan kening ketika mendengar pertanyaan itu. Kembali seulas senyum tergambar di sana. Tangan itu meraih tangan Amanda, meremas tangannya dengan lembut.

"Tentu mau. Katakan, kamu ingin Mama bantu apa, Nda?"

"Manda pengen Mama nanti ...."

***

"Ini benar kamarku?"

Aldo tertegun begitu masuk ke dalam kamarnya. Kamarnya yang sudah dia tempati sejak kecil itu sudah berubah banyak. Ada penambahan beberapa perabot yang 'cewek' banget lengkap dengan segala macam benda yang Aldo sendiri tidak ingat pernah membelinya.

"Foto apa itu?" Aldo terusik dengan foto-foto yang menempel di salah satu bagian dinding.

Kaki Aldo terayun mendekati dinding itu. Matanya membulat sempurna melihat siapa yang ada di foto itu. Dalam gambar itu, ada dirinya dan wanita tadi ... ya wanita hamil yang mengaku sebagai istrinya!

"Nggak! Ini nggak mungkin! Kapan aku nikah?" Kepala Aldo tertunduk, matanya terpejam seraya mencoba mengingat betul-betul, apakah benar dia ini sudah menikah?

Sekuat apapun Aldo mengingat, yang ada dalam ingatannya hanyalah lembar kosong putih. Tidak ada apapun yang dia dapatkan, termasuk momen yang tergambar dalam foto.

Kreekk.

Suara pintu membuat Aldo membuka mata, menoleh ke arah pintu dan tertegun mendapati wanita hamil itu muncul masih dengan buket bunga di tangan.

"Bang ...."

Suara itu begitu lembut dan lirih, tampak wanita itu ragu dan canggung. Hingga kemudian dia melangkah mendekati Aldo yang masih berdiri di depan tembok.

"Manda bawa ini buat Abang. Mohon diterima, ya?" ujarnya sambil menyerahkan buket bunga pada Aldo.

"Terima kasih," Aldo meraih buket itu, merasa tidak enak dan kasihan melihat wanita di hadapannya ini.

"Abang lagi lihat foto nikahan kita?" tanya suara itu dengan nada riang, "Abang ingat, dulu Abang yang pilih semua foto yang akan ditempel di sini?"

Aldo kembali memalingkan wajah ke tembok. Matanya menyapu satu demi satu foto yang tergantung di sana. Benar di dalam foto itu adalah mereka. Tapi kapan foto diambil? Kenapa Aldo sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi apapun dalam memori otaknya?

"Maaf, aku sama sekali tidak ingat," desis Aldo lirih.

Jujur dia sedikit tidak nyaman dengan kehadiran wanita ini di sisinya. Apakah benar Amanda ini istrinya? Kenapa tidak ada getar perasaan apapun di dalam hati Aldo.

"Tidak apa, Bang. Manda percaya, Abang akan segera ingat lagi." Amanda tersenyum getir, Aldo bisa lihat ada sorot kecewa dan luka di mata itu.

Pandangan Aldo tertuju pada perut Amanda yang menyembul, ia mengangkat wajah kembali menatap wajah Amanda yang terlihat menahan tangis.

"Kita nikah bulan apa?"

Sebuah pertanyaan datar dan dingin yang terdengar begitu indah di telinga Amanda. Tidak peduli suara itu begitu dingin, bagi Amanda, itu pertanyaan yang cukup membahagiakan. Itu artinya Aldo ingin mencoba mengingat kembali semua kisah mereka, bukan?

"Kita nikah bulan April, Bang."

Amanda begitu semangat menjawab, setelah ini hal apa lagi yang hendak Aldo tanyakan?

"Kamu hamil berapa bulan?" sebuah pertanyaan yang spontan meluncur keluar dari mulut Aldo. Kenapa mendadak Aldo ragu?

Wajah Amanda makin sumringah, ia menarik tangan Aldo dan menempelkan tangan itu di perut membuncitnya.

"Udah jalan lima, Bang. Lihat di da--"

"Tunggu!" potong Aldo cepat, ia menarik tangannya dari perut Amanda. Kening Aldo nampak berkerut dengan ekspresi terkejut.

Senyum Amanda lenyap, kembali dia merasa begitu sakit dengan ekspresi dan sikap sang suami terhadapnya. Amanda masih mencoba menenangkan diri ketika pertanyaan itu mengejutkannya dengan luar biasa.

"Itu benar anakku?"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Anita Ratna
Ya ga nanya gt jg dong Do. Btw namanya sama kayak Amanda yg dulu suka dr. Amanda ya
goodnovel comment avatar
Reni Asmiati
ya ampun aldo teganya dikau..yg sabar manda
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
Ya Ampun kasihan Amanda thoor......... Aldo kok ya masih meragukan Amanda dn anak yg d kandungnya padahal kn dy sudah lihat bukti foto pernikahan mereka??? semoga ingatan Aldo segera kembali..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status