Share

Ch. 4 Lebih Sakit

last update Last Updated: 2023-03-08 01:24:21

"Itu benar anakku?"

Hening.

Dunia Amanda seolah runtuh begitu kalimat itu menyapanya dengan sorot mata ragu. Wajah itu masih sama asingnya dengan yang dia lihat, dingin menyapa dan mencengkeram kuat hati Amanda dengan begitu luar biasa.

Ia seperti dihantam dengan begitu keras. Tidak terlihat lagi sorot kebahagiaan sedikitpun di mata Amanda. Setitik kebahagiaan yang tadi hinggap di mata dan wajah Amanda, kini benar-benar lenyap!

"Per-pertanyaan macam apa itu, Bang?" Amanda sedikit tergagap, air matanya mengambang. Tangisnya siap pecah, namun masih dia tahan sekuat tenaga.

Aldo menghela napas, "Bagaimana bisa kamu hamil lima bulan? Katamu ki--"

"Papa, mama dan dua kakak kamu dokter, Bang! Tanyakan ke mereka kenapa bisa usia kandungan aku menyentuh angka lima sekarang." potong Amanda getir. Jadi Aldo meragukan janin dalam kandungan Amanda?

"Tidak salah ka--"

"Aku berani bersumpah bahwa aku hanya tidur denganmu! Aku tidak pernah tidur dengan lelaki lain." Kembali Amanda memotong, dadanya terasa sesak.

Aldo menengadahkan kepala, menghirup udara banyak-banyak lalu kembali menatap Amanda yang setengah main menahan tangisnya supaya tidak pecah.

"Ok, baik."

Kembali Amanda tersentak dengan begitu luar biasa. Aldo bahkan sama sekali tidak meminta maaf sudah menyinggung dan menyakiti perasaannya dengan pertanyaan gila barusan? Ah! Jangankan memeluk Amanda dan menenangkan diri Amanda, meminta maaf saja tidak Aldo lakukan!

"Istirahatlah, sudah malam."

Aldo melewati Amanda berjalan menuju pintu, membuat Amanda sontak menoleh dan menatap sosok itu dari tempatnya berdiri.

"Kamu mau kemana, Bang?" sisa kesabaran Amanda hampir habis!

"Tidur. Aku mau tidur di kamar tamu." Aldo membalikkan badan, menatap Amanda dengan tatapan datar lalu kembali melangkah tanpa sepatah kata.

Sepeninggal sosok itu, tangis Amanda pecah. Ia menjatuhkan tubuh ke tepi ranjang. Rasanya ia sudah tidak sanggup lagi menopang semua rasa sakit yang menghujam hatinya secara bertubi-tubi hari ini.

"Nggak! Kamu nggak boleh nangis, Nda!" Ujar Amanda pada dirinya sendiri. "Suami kamu melakukan itu semua bukan karena dia udah nggak cinta! Tapi karena dia ... dia ...."

Tangis Amanda kembali pecah. Ia bahkan tidak sanggup lagi menyelesaikan kalimat penyemangat untuk dirinya sendiri. Jujur dalam hatinya pun bertanya-tanya, setelah semua kejadian ini, apakah benar Aldo akan kembali mencintai Amanda seperti dulu lagi ketika ia sudah mendapatkan semua memorinya? Atau malah ....

"Nggak, Nda ... jangan punya pikiran kayak gitu, kumohon, Nda!" Rintih Amanda pilu, dadanya terasa begitu sesak.

"Ini cuma badai, Nda ... dan kamu tentu percaya, setelah semua badai ini berlalu, dunia akan kembali baik-baik saja."

Amanda menyeka jejak air mata di wajah. Pandangan Amanda beralih pada perut, ia tersenyum dengan air mata menitik, mengelus puncak perut itu sambil mengigit kuat-kuat bibirnya.

Ia hampir berhasil menahan tangis, ketika mendadak pertanyaan itu muncul di dalam kepalanya. Isaknya kembali pecah, ia tergugu sambil menutup wajah dengan ke dua tangan.

"Tapi mau sampai kapan? Sampai kapan dia akan seperti itu dan apakah ... apakah harus anakku nantinya lahir dengan ayah yang sama sekali tidak mengenali bahkan tidak menganggapnya ada?"

***

"Kenapa aku tidak ingat satupun tentang perempuan itu?"

Aldo menjatuhkan diri di atas sofa ruang tamu. Tubuhnya ia sandarkan di sana dengan kepala menengadah ke atas. Otaknya terus berusaha membuka lembaran-lembaran memori yang dia miliki. Berusaha mencari keberadaan wanita hamil itu dalam pikirannya. Namun sekali lagi, hasilnya nihil! Aldo sama sekali tidak menemukan seberkas kenangan kecil tentang wanita itu, tentang kisah cinta mereka.

"Nikah bulan April dan dia sudah hamil lima bulan?" Aldo kembali teringat obrolan mereka, "Bagaimana bisa?"

Kini ia sibuk menghitung jarak antara pernikahan mereka (yang katanya terjadi di bulan April) dengan usia kandungan wanita itu. Rasanya tidak mungkin! Bagaimana bisa? Atau jangan-jangan, dulu benar Aldo menikahinya dan dia sudah dalam keadaan hamil?

"Kuncinya ada di ingatan aku!" Aldo memejamkan mata, menghirup udara banyak-banyak guna menenangkan diri dan hatinya.

"Tapi bagaimana caranya mengembalikan ingatan aku yang hilang?"

Foto-foto yang terpajang di kamar sama sekali belum bisa meyakinkan Aldo. Terlebih usia kandungan Amanda yang makin membuat Aldo ragu. Selain itu, Aldo sama sekali tidak merasakan getaran apapun ketika menatap mata wanita itu, berdekatan dengan wanita itu. Sama sekali tidak ada!

"Seharusnya ... kalaupun benar aku menikahi dia atau benar-benar jatuh cinta padanya, aku bisa merasakan sedikit perasaan itu ada di hati aku. Tapi ini sama sekali tidak!"

Tidak ada ikatan batin yang membuat Aldo yakin pada fakta bahwa wanita itu adalah istrinya. Bukan salah Aldo kalau dia jadi begitu ragu dengan kenyataan ini?

Atau sebenarnya ada seuatu yang terjadi? Tapi sesuatu itu apa?

Sementara Aldo tengah berusaha kuat mengingat kepingan memorinya yang hilang, di kamar yang tadi Aldo tinggalkan itu, Amanda tengah berusaha menguatkan hati dan dirinya kembali.

Samar-samar kenangan itu kembali berkelebat dalam otaknya, kenangan ketika pertama kali lelaki gagah namun terkesan begitu cuek kepadanya akhirnya bersuara panjang lebar.

"Kenapa mau jadi perawat?"

Amanda yang sudah melilitkan manset guna mengukur tekanan darah Aldo kontan mengangkat wajah dan menatap mata itu. Mata hitam legam yang selama ini tidak pernah terlihat ramah kepadanya.

"Almarhumah ibu pengen anaknya ada yang jadi perawat, Bang." Jawab Amanda apa adanya.

"Jadi bukan keinginan dari hati kamu sendiri?"

Kening Amanda berkerut, kenapa tumben sekali lelaki satu ini banyak bicara? Amanda tersenyum, menyelesaikan tugasnya mengukur tekanan darah lelaki itu lalu melepaskan manset dari lengannya.

"Tidak juga!" Amanda melipat manset, menuliskan hasil pemeriksaan di selembar kertas yang ada di atas meja. "Aku juga ingin jadi perawat, Bang. Asyik aja bisa bantu dokter periksa pasien."

Lelaki itu menurunkan satu lengan baju yang tadi dia singkap sampai atas siku, matanya tidak lepas menatap Amanda dengan tatapan lain dari biasanya.

Sebuah tatapan yang membuat Amanda sedikit kikuk dan jadi salah tingkah.

"Jadi kamu enjoy sama pekerjaan kamu?" pertanyaan kembali terlontar dari bibir tipis di hadapannya, membuat Amanda makin bingung, kenapa tentara satu ini menanyainya sedemikian?

"Ya enjoy sih, Bang. Namanya juga cita-cita dari kecil kan, rasanya ba--"

"Ada waktu nanti malam?"

Amanda membulatkan matanya, ia menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya. Tentara yang biasanya sedikit acuh ini kenapa sih? Kenapa mendadak jadi aneh begini?

"Me-memang ada apa ya, Bang?"

"Kalau ada waktu, nanti malam aku tunggu di depan gapura. Kalian balik ke rumah sakit besok pagi, kan? Aku tunggu jam delapan tepat!"

Belum sempat Amanda menjawab, lelaki itu bangkit dan meninggalkan meja pemeriksaan tanpa sepatah kata lagi. Suara pintu yang tertutup membuat Amanda sedikit melonjak terkejut.

Amanda tersenyum, ia menyeka air matanya ketika mengingat saat itu. Saat di mana untuk pertama kalinya dia dan Aldo bertemu di luar kepentingan pekerjaan. Sebuah suasana canggung namun begitu manis untuk dikenang.

"Kenapa kamu bisa lupa sama malam itu, Bang? Kenapa semua ingatan itu bisa hilang tak berbekas?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lolita
sedih banget cerita nya .........
goodnovel comment avatar
Reni Asmiati
semoga gak ada pelakor saat kondisi aldo kayak gini thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mengembalikan Cinta Suami Tentaraku   Ch. 35 Mulai Berubah

    "Lyn, ada acara hari ini?"Josselyn membelalak, mulutnya yang penuh oatmeal membuat Josselyn tidak bisa langsung menjawab. Buru-buru ia menelan overnight oatmeal dalam mulut, lalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan Gunawan. "Ng-nggak ada, ada apa, Pa?" Tentu Josselyn penasaran, apakah ini ada hubungannya dengan pembicaraan mereka semalam? "Sekali-kali, ikutlah papa ke kantor, Lyn. Sampai jam makan siang aja deh. Gimana, tertarik?" Tawar Gunawan yang makin membuat Josselyn yakin ini ada hubungannya dengan obrolan mereka semalam.Josselyn melirik ke arah sang mama, Kamila nampak pura-pura sibuk dengan semangkuk salad di atas meja, membuat Josselyn kembali menatap ke arah Gunawan dan mengangguk pelan."Oke! Habis ini Josselyn ganti baju dulu." Ucapnya yang seketika membuat Gunawan tersenyum lebar. "Nah gitu dong! Papa pengen kamu sekarang tiap hari ikut ke kantor, terus nanti papa mau tempatin kamu di jajaran manager, sekalian belajar." Titah Gunawan yang kembali membuat Josselyn me

  • Mengembalikan Cinta Suami Tentaraku   Ch. 34 Ultimatum III

    "Al ... Aldo? Kamu nggak apa-apa, Al?"Aldo dengar suara itu, suara yang sangat familiar di telinganya. Siapa lagi kalau bukan Adnan? Perlahan-lahan Aldo memaksakan diri membuka mata, rasanya begitu berat, terlebih sakit yang mencengkeram kepalanya makin membuatnya sedikit kesulitan. "Pelan-pelan, Al. Jangan dipaksa!" Gumam suara itu diikuti remasan tangan yang kuat tapi lembut di telapak tangan Aldo.Kalau ini, Aldo yakin bukan tangan papanya! Tangan Adnan tidak sekecil dan selembut ini! Aldo terus berusaha, hingga kemudian akhirnya Aldo berhasil membuka pelupuk mata. Perlahan-lahan Aldo menatap sekeliling, benar saja, ada Adnan di sana dan jangan lupa, wanita dengan wajah khawatir itu duduk tepat di sisi Aldo, meremas tangannya dengan begitu lembut. "Papa ... Aku kok bisa di sini?" Tanya Aldo sedikit terkejut. Bukannya tadi .... "Memang tadi kamu di mana, Al?" Tanya Adnan dengan seulas senyum tipis. "Di kamar mandi. Tadi aku mau mandi mandi, Pa!" Jawab Aldo yang ingat betul bahw

  • Mengembalikan Cinta Suami Tentaraku   Ch. 33 Ultimatum II

    "Kamu belum tidur?"Aldo terkejut, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Dia macam maling yang tertangkap basah. Mendadak ada sebuah perasaan takut menjalar di hatinya, sebuah ketakutan yang sama seperti ketika ia melihat Adnan berdiri menatapnya dengan tatapan tajam di depan pintu. Apa Jangan-jangan ... "Belum, Bang. Nungguin kamu pulang." Wajah itu tersenyum, tanpa ada sorot kemarahan di sana yang seketika membuat Aldo refleks menghela napas panjang. Dengan perlahan Aldo menutup pintu, melangkah masuk ke dalam dengan hati yang sedikit lebih tenang. Ia masih tidak tahu harus berbuat apa, berkata apa atau membahas apa, ketika kemudian pertanyaan itu terlontar dari bibir Amanda. "Abang mau mandi? Biar aku siapkan baju gantinya."Aldo menoleh, sorot mata itu masih tidak berubah membuat Aldo lantas menganggukkan kepalanya dengan cepat. Memang dia perlu mandi, mungkin guyuran shower bisa sedikit menenangkan hati dan pikirannya yang kacau. "Yaudah kalau gi--""Nda!" Aldo refleks me

  • Mengembalikan Cinta Suami Tentaraku   Ch. 32 Ultimatum

    "Papa mau ngomong, Al!"Aldo yang baru saja beberapa langkah dari mobil kontan menghentikan langkah. Ia menatap sang papa dengan tatapan takut-takut. Puluhan tahun menjadi anaknya, Aldo tahu, ada sorot kemarahan di balik tatapan itu. "Baik, Pa. Ada apa?" suara Aldo begitu lirih, hatinya risau. "ADA APA KAMU BILANG?" nampak mata itu membelalak, ia menatap Aldo dengan tatapan murka. "Kamu ini paham atau pura-pura oon sih, Al? Mulai sekarang, nggak ada lagi acara pergi-pergi sama mantan pacar kamu itu lagi! Ngerti?"Aldo sudah menduga, pasti karena hal ini. Ia menghela napas panjang. Belum sempat ia bicara, Adnan kembali mengomel panjang kali lebar. "Adek kamu yang masih SD aja tahu itu nggak bener, kamu nggak malu apa sama Rena?"Kini Aldo terperanjat, ia menatap papanya dengan tatapan tidak percaya. Rena tahu? Tahu yang bagaimana? "Re-Rena tahu?"Adnan mendengus kesal, "Kamu tadi habis dari mana? Papa ngajak dia jajan eskrim, terus lihat kamu jalan sama itu mantan kamu entah siapa

  • Mengembalikan Cinta Suami Tentaraku   Ch. 31 Gejolak

    "Suamimu belum pulang?"Amanda yang tengah duduk di ruang tengah menemani Rena menggambar kontan melonjak, ia menoleh dan mendapati Adnan sudah muncul dengan tatapan menyelidik. "Be-belum, Pa. Kenapa?" Amanda menatap sosok itu lekat-lekat, mengabaikan sejenak Rena yang bergeming dari tempatnya duduk. Adnan hanya menggeleng, ia nampak menghela napas panjang lalu melangkah pergi. Sepeninggal sang papa, Rena menengadahkan wajah, menatap Amanda yang masih nampak terkejut. "Kenapa tadi Mbak Nda nggak ikut Mas Aldo pergi?" kembali wajah itu serius dengan pensil warna dan lembar di meja, membuat Amanda tersenyum seraya mengelus lembut kepala Rena. "Mas Al lagi ada urusan penting, jadi biar berangkat sendiri." jawab Amanda mencoba menyembunyikan apa yang terjadi, anak sekecil Rena rasanya belum pantas tahu apa yang sebenar-benarnya terjadi. "Sepenting apa? Kan Mbak Nda istrinya?"Kini Amanda tertawa, dicubit nya pipi gembil Rena yang kembali menatapnya lekat-lekat. Emang dasar genetiknya

  • Mengembalikan Cinta Suami Tentaraku   Ch. 30 Tidak Bahagia?

    "Jadi selain es krim ini, yang nggak pernah berubah adalah ... perasaan aku ke kamu, Al."Aldo tertegun, matanya tidak berpaling dari Josselyn, ia menatap mata itu dengan seksama, sementara si pemilik mata malah menundukkan wajah membuat pandangan itu terlepas dari mata Aldo. "Kamu tahu kan, Al, sebenarnya dulu aku nggak mau kita putus. Cuma karena masing-masing dari kita sadar, kita sama sekali tidak bisa berdamai dengan jarak dan waktu, akhirnya keputusan itu yang kita sepakati bersama kan, Al?"Lidah Aldo mendadak kelu. Otaknya blank dan jujur dia sedikit terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Josselyn barusan. "Aku udah coba mau gantiin kamu sama yang lain. Namun dari beberapa itu, aku nggak bisa temuin yang kayak kamu, Al. Aku udah coba lepas dari bayangan kamu, blokir semua akses komunikasi kita tapi ternyata hasilnya nihil."Aldo menghela napas panjang, kembali hatinya berkecamuk. Dua perasaan yang cukup mengganggu itu kembali muncul. Saling berdebat sesuatu yang Al

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status