Share

Bab 213

Penulis: QueenShe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-09 18:13:31

Mereka kembali ke kantor setelah makan siang bersama di rumah Ares. Perjalanan pulang dipenuhi dengan obrolan ringan dan sesekali Raya menatap cincin berliannya dengan senyum yang tidak bisa hilang dari wajahnya.

Begitu sampai di lantai kantor, Raya berjalan menuju meja kerjanya. Di mejanya, tertata rapi sebuah kotak makan siang dengan logo restoran Jepang terkenal, sebuah kotak obat kecil, dan selembar kertas putih dengan tulisan tangan yang sangat rapi.

Raya mengambil kertas itu, membacanya dengan cepat.

"Raya, jangan lupa makan siang, ini nasi teriyaki di restoran langganan kita. Satu lagi, aku lihat luka pipimu berdarah. Ini obat yang bagus. Biar cepet sembuh. - Kenzie"

Raya belum sempat bereaksi, tangan besar Ares sudah merebut kertas itu dari tangannya dengan gerakan cepat.

Ares membaca tulisan itu dengan tatapan yang semakin menggelap. Rahangnya mengeras. Lalu dengan gerakan yang sangat tegas, ia meremas kertas itu hingga menjadi gumpalan kecil di tangannya.

"Ares—" Raya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 241

    Matahari sudah naik ke tahtanya. Raya terbangun dengan tubuh terasa berat dan lelah. Matanya berkedip pelan, menyesuaikan dengan cahaya pagi yang masuk melalui jendela. Ia menatap langit-langit kamar yang asing. Perlahan ia ingat, ini kamar Ares. Perlahan ia bangkit, menggeliat, melemaskan otot-ototnya yang kaku. Matanya mencari Ares dengan mata yang masih sayu. Kamar itu kosong. Raya turun dari ranjang, berjalan keluar kamar dengan langkah gontai. Di koridor, ia bertemu Bu Gayatri, salah satu pelayan senior di rumah itu. Wanita paruh baya itu tersenyum ramah sambil membawa nampan sarapan. "Selamat pagi, Nona," sapa Bu Gayatri dengan lembut. "Baru saja saya mau mengantarkan sarapan." Raya tersenyum canggung. "Selamat pagi, Bu. Um... Ares... maksudku Pak Ares ada dimana?" Bu Gayatri tersenyum. "Tuan Ares ada di ruang kerjanya, Nona." Raya mengangguk pelan, rasa khawatir mulai merayap. "Terima kasih, Bu." Ia berjalan menuju ruang kerja Ares di lantai yang sama. Begitu sampai di d

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 240

    Mereka keluar dari kamar bergandengan tangan. Ares menggenggam tangan Raya sangat erat. Jujur, Ares takut Raya akan menghilang jika ia melepaskannya. Prama yang duduk di sofa langsung berdiri begitu mendengar suara pintu terbuka. Matanya langsung tertuju pada Raya. Menatapnya penuh kekhawatiran. Ia bisa melihat mata Raya membengkak, wajahnya pucat, dan tubuhnya jelas terlihat sangat lelah. Ares menangkap tatapan khawatir Prama, dan refleks ia semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Raya. Ada perasaan tak nyaman yang merayap, bukan sepenuhnya karena cemburu, tapi lebih kepemilikan. Raya adalah miliknya, dan ia tak suka ada pria lain yang menatap Raya dengan tatapan sekhawatir itu. "Terima kasih sudah mengijinkan kami menggunakan kamarmu," ucap Ares dengan nada sopan namun datar. Prama mengangguk, namun matanya masih tertuju pada Raya. "Gak masalah, Pak Ares." Raya maju selangkah, berhadapan dengan Prama. Ia melengkungkan senyum tulus hingga matanya masih bengkak terlihat sang

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 239

    Raya memalingkan wajah, melempar tatapan kosong ke arah dinding seolah di sanalah ia mematri seluruh lukanya. Bahunya naik-turun dengan napas yang memburu, menahan badai emosi yang terlalu sesak untuk disuarakan. Ares bergerak pelan, turun dari sisi ranjang. Ia berlutut di lantai, bersimpuh tepat di hadapan Raya agar posisi mata mereka sejajar. Gerakan itu memaksa Raya untuk tidak lagi menghindar. Kini, ia harus menatap pria itu. Sejak Ares menginjakkan kaki di kamar itu, baru sekarang kedua netra Raya benar-benar memindai wajah pria yang dicintainya. Disana tidak ada lagi wibawa yang biasanya ia kenakan seperti jubah, tidak ada ketegasan yang mendominasi. Ares yang ada di depannya saat ini hanyalah seorang pria yang terlihat hancur, frustrasi, dan kehilangan pijakan. Air mata Raya kembali luruh melihatnya. Ares menunduk sejenak, menarik napas yang terasa mencekik dadanya, lalu kembali menatap manik mata Raya. Tangannya terangkat ragu. Dengan gerakan sehalus sutra, ibu jarinya meng

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 238

    Di dalam lift yang meluncur turun menuju lobby, Ares menatap pantulan dirinya di cermin dinding. Wajahnya pucat, garis kelelahan tercetak jelas di bawah mata yang merah dan sayu. Rambutnya sedikit berantakan, mencerminkan isi kepalanya yang kacau. Ia baru saja melewati perang yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Perang melawan masa lalu. Melawan kebohongan yang bertahun-tahun ia pendam. Melawan perempuan yang pernah ia cintai sepenuh hati. Namun perang itu belum benar-benar selesai. Kini ia harus menghadapi konsekuensinya. Raya. Perempuan yang terseret ke dalam kekacauan hidupnya. Perempuan yang mungkin kini merasa hancur, dipermalukan, dan sendirian. Dan Kenzie—anak yang ia besarkan dengan seluruh cintanya—mungkin kini sangat membencinya. Pintu lift terbuka di lobby. Ares menarik napas panjang, lalu meraih ponselnya. Ia menelepon Teddy. "Teddy," sapanya, berusaha terdengar setenang mungkin. "Res? Apa yang terjadi?" suara Teddy terdengar waspada. "Kamu baik-baik saja? Aku

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 237

    Lulu menyerang Ares dengan tangan mengepal, memukul dadanya berkali-kali dengan kekuatan penuh amarah dan keputusasaan. "KAMU MENGHANCURKAN HIDUP ANAKKU! KAMU MEMBUAT KENZIE MEMBENCIKU, BAJINGAN!" teriaknya histeris, air matanya mengalir deras. Ares hanya berdiri tegak, membiarkan setiap pukulan Lulu menghantam dadanya tanpa perlawanan. Wajahnya dingin, seperti patung es yang tak terpengaruh. "Kamu puas sekarang?!" teriak Lulu pada Ares, wajahnya penuh amarah dan air mata. "Kamu membela pelacur peliharaanmu itu sampai menyakiti anakku!” Ares menatapnya dingin, rahangnya mengeras, menahan diri agar tak menghancurkan apapun. "Dengar! Sampai detik ini, aku tidak pernah ingin Kenzie tahu kalau dia bukan anakku." Ares menekankan setiap katanya. "Lalu kenapa kamu lakukan ini?!" tantang Lulu lebih histeris. "Karena kamu tidak pernah berhenti," jawab Ares tegas. "Kamu terus memanfaatkan rasa sayangku pada Kenzie untuk kepentinganmu sendiri. Kamu merugikan terlalu banyak orang, Lulu."

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 236

    Ares mengatakannya tanpa sedikit pun keraguan. ​"Kenzie..." Ares memulai, dengan jeda yang terasa menyakitkan. "... Kamu bukan anak kandung Dad." Detik itu juga, dunia Kenzie runtuh sepenuhnya. Ia teringat lima tahun lalu, saat pernikahan orang tuanya berakhir tanpa penjelasan yang benar-benar ia pahami. Lulu hanya mengatakan satu hal, berulang kali, menanamkannya perlahan tapi pasti, 'Ayahmu berselingkuh. Ares pria yang tak setia. Ares memilih perempuan lain.' Kenzie mempercayainya. Dan sejak saat itu, hubungannya dengan Ares memburuk. Jauh. Dingin. Penuh jarak. Sekarang, ketika kebenaran menghantamnya seperti palu besar, napasnya terasa tercekat di tenggorokan. Ares kembali bicara, suaranya semakin rendah, semakin memilukan. “Maafkan Dad,” katanya lirih. Ia menarik napas panjang, mengumpulkan sisa kekuatan. “Dad terpaksa mengatakan ini sekarang, Ken. Kamu sudah dewasa. Dad harap kamu bisa mendengarnya dengan kepala dingin.” Kenzie tak menjawab. Tubuhnya kaku. Wajahnya pucat.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status