Share

Bab 225

Author: QueenShe
last update Last Updated: 2025-12-13 15:37:51

Tawa kecil Raya masih terdengar renyah saat mereka memasuki gerbang rumah besar Ares. Rumah itu, dengan arsitektur klasik modern yang megah, kini terasa lebih akrab bagi Raya. Untuk kedua kalinya ia menginjakkan kaki di sini, dan sambutan yang ia terima terasa berbeda.

Para pelayan berdiri rapi menyambut. Tidak ada lagi tatapan penasaran seperti kunjungan pertama Raya dulu. Kali ini, mereka menunduk hormat, sopan, seolah kehadiran Raya sudah menjadi bagian dari rumah itu.

"Selamat datang, Nona," sapa salah satu pelayan dengan senyum tulus.

Raya sedikit kikuk, tapi tetap membalas dengan anggukan dan senyum kecil. Ia melirik Ares di sampingnya.

"Kedua kali masuk rumah ini rasanya berbeda," bisiknya.

Ares terkekeh pelan. "Sekarang kamu bukan tamu."

Mereka langsung menuju ruang makan. Makan siang disajikan dalam suasana santai dan hangat, jauh dari kesan formal seperti yang mungkin terjadi jika Ares sedang menjamu klien bisnis. Tidak ada pembicaraan berat. Raya lebih banyak bercerit
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 226

    Ares kembali ke kamar dengan langkah tenang, meski dadanya masih dipenuhi sisa ketegangan. Panggilan dengan Damian barusan cukup panjang dan melelahkan. Kepala Aldrich sobek. Dipukul dengan stik golf. Untungnya, relasi mereka selama ini terbangun di atas kepercayaan dan kepentingan yang sama. Damian marah, jelas. Tapi ia masih mau mendengar. Masalah disepakati untuk diselesaikan baik-baik. Tanpa media. Tanpa panggung. Tanpa drama lanjutan. Kenzie tetap harus menginap semalam di kepolisian. Bukan sebagai hukuman, tapi peringatan. Ares sendiri yang memerintahkannya. Dan yang paling penting, Ares dan Damian sepakat kalau tidak boleh ada satu pun wartawan boleh mencium bau kasus ini. Saat pintu kamar dibuka, semua ketegangan itu seolah luruh setengahnya. Raya sudah terbangun. Ia duduk di ranjang, rambutnya sedikit kusut, mata masih berat, tapi langsung berbinar saat melihat Ares. Tanpa banyak kata, ia membuka kedua tangannya. "Ares…" rengeknya manja. "Peluk." Ares tersenyum kecil.

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 225

    Tawa kecil Raya masih terdengar renyah saat mereka memasuki gerbang rumah besar Ares. Rumah itu, dengan arsitektur klasik modern yang megah, kini terasa lebih akrab bagi Raya. Untuk kedua kalinya ia menginjakkan kaki di sini, dan sambutan yang ia terima terasa berbeda. Para pelayan berdiri rapi menyambut. Tidak ada lagi tatapan penasaran seperti kunjungan pertama Raya dulu. Kali ini, mereka menunduk hormat, sopan, seolah kehadiran Raya sudah menjadi bagian dari rumah itu. "Selamat datang, Nona," sapa salah satu pelayan dengan senyum tulus. Raya sedikit kikuk, tapi tetap membalas dengan anggukan dan senyum kecil. Ia melirik Ares di sampingnya. "Kedua kali masuk rumah ini rasanya berbeda," bisiknya. Ares terkekeh pelan. "Sekarang kamu bukan tamu." Mereka langsung menuju ruang makan. Makan siang disajikan dalam suasana santai dan hangat, jauh dari kesan formal seperti yang mungkin terjadi jika Ares sedang menjamu klien bisnis. Tidak ada pembicaraan berat. Raya lebih banyak bercerit

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 224

    Ares mendorong punggung Raya pelan menuju ruangan administrasi. Senyum pria itu tak pernah pudar, bahkan tawa kecil yang jelas disengaja terdengar, murni untuk usil. "Ayo, calon pembalap andalan," godanya santai. "Sebentar lagi kamu bakal menggetarkan jalanan Jakarta." Raya mendelik cepat. Ia kembali memukul bahu Ares. "Apaan sih!" Mereka masuk ke ruangan administrasi yang bersih dan sejuk. Seorang pria paruh baya, mengenakan kemeja rapi dan berambut klimis, duduk di balik meja. Wajahnya ramah, posturnya tegap, ia berdiri menyambut Raya dan Ares yang berjalan mendekat. Di sampingnya, seorang staf muda sibuk dengan komputer. "Selamat pagi, Pak, Mbak," sapa pria itu ramah. "Saya Hendra. Pak David sudah mendaftarkan atas nama Mbak Naraya?" "Benar. Saya Naraya." Raya menjawab dengan senyum manis. Pak Hendra terkekeh kaku. "Baik, saya hanya ingin memastikan validasi data saja," katanya hati-hati. "Dan..." Kalimatnya terhenti. Tatapan Pak Hendra berpindah dari wajah Ares ke Raya, lal

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 223

    Raya terbangun perlahan, matanya masih berat. Ia mengerjap beberapa kali sebelum sadar bahwa sisi ranjang di sebelahnya kosong. Tidak ada Ares. Hanya sisa hangat di kasur yang menandakan pria itu sempat berbaring di sana. Raya langsung membuka matanya, duduk di tempat tidur sambil mengucek mata. "Ares?" panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Pagi, Sayang." Raya menoleh ke arah suara itu. Ares berdiri di dekat lemari, sudah berpakaian rapi dengan kaos polo hitam dan celana jeans. Pakaian santai yang membuatnya terlihat jauh lebih muda dari usianya. Ares berjalan mendekat, duduk di tepi tempat tidur sambil mengusap rambut Raya yang berantakan dengan lembut. Raya tersenyum, lalu memeluk lengan Ares dengan manja. "Kamu mau ke mana? Kok sudah siap?" Ares menatap Raya dengan senyum misterius. "Ayo." Raya mengerutkan kening. "Ayo kemana?" Ares menyeringai kecil. "Kamu lupa? Kamu mau belajar menyetir mobil lagi, kan?" Mata Raya langsung berbinar. Ia langsung berteriak keg

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 222

    Ares dan Raya masih berbaring di atas ranjang, tubuh mereka masih saling menempel erat. Udara kamar dipenuhi aroma hangat yang tersisa dari tubuh keduanya. Campuran parfum, keringat, dan jejak percintaan yang belum sepenuhnya hilang. Raya masih terdiam, napasnya perlahan menurun. Pipinya melekat di dada Ares, mendengarkan degup jantung pria itu yang terasa stabil dan menenangkan. Sementara Ares memeluknya, mengusap rambutnya lembut berulang-ulang. "Tidurlah," bisik Ares pelan, mengecup puncak kepala Raya. "Hm…" Raya mengangguk kecil, matanya mulai terasa berat. Raya mengangguk kecil, matanya memang mulai terasa berat. Baru saja kelopak mata Raya hampir tertutup, siap untuk tertidur dalam pelukan hangat Ares. Tapi belum sempat ia benar-benar tertidur, suara getar ponsel memecah keheningan. Ares mengembus napas kesal, meraih ponselnya pelan agar tidak mengagetkan Raya. Namun saat ia melihat nama yang tertera di layar, ia terdiam. Lulu. Nama itu terpampang jelas di layar. Ares te

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 221

    Kenzie duduk sendirian di pojok bar yang remang-remang. Di depannya sudah berjajar beberapa gelas kosong. Bau alkohol tajam menguar, seolah ikut merayap masuk ke pori-porinya. Tapi ia terus memesan minuman itu lagi. Wajahnya memerah. Matanya sayu. Bahunya turlĺ Ia ingin menenggelamkan rasa sakit itu di dasar gelas terakhir yang tidak pernah benar-benar terakhir. Tangannya gemetar, ia meraih ponselnya. Penglihatan sudah kabur, tapi ia tahu persis nama siapa yang harus ia cari disaat seperti ini. Ia butuh pelepasan dari segala sesak di dalam dadanya. Alicia Tanpa berpikir panjang, ia menekan tombol panggil. Dering pertama. "Halo?" suara Alicia muncul—terkejut—tetapi ada nada gembira. "Kenzie?" "Alicia..." Kenzie mengusap wajahnya kasar. Napasnya berat. Jelas sudah mabuk. "Datang ke sini sekarang..." "Kamu di mana? Kamu mabuk?" "Bar... yang biasa..." gumam Kenzie, suaranya parau. "Aku tunggu." Tidak perlu diminta dua kali, terdengar Alicia seperti tengah bergegas. "Oke, aku dat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status