Share

69. Tidak Akan Diam

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-09-16 23:18:22

Diserang dari segala arah.

Itulah kenyataan yang sedang dihadapi oleh Dylan Asher saat ini.

Dimulai dari kebocoran data keuangan Luxterra yang sudah ia perketat dengan sistem baru, lalu Samuel Wren si saksi kunci yang tiba-tiba bungkam karena ditekan pihak tak kasat mata.

Penembakan terhadap mobil pribadinya di jalan tol beberapa hari lalu semakin jelas menunjukkan bahwa ini bukan sekadar permainan bisnis.

Dan sekarang, musuhnya mulai menyerang titik terlemah yang paling ia lindungi.

Calla.

Dylan mengeratkan rahangnya ketika menatap layar monitor hitam dengan deretan kode.

Ia sudah tahu tentang pria misterius yang menelepon Calla, tentang pesan ancaman itu, bahkan tentang foto yang dikirimkan.

Karena sejak jauh hari, Dylan sudah mengambil langkah untuk berjaga-jaga.

Calla mungkin tidak menyadarinya, tapi ponselnya tidak lagi “murni”, karena Dylan sudah menyabotase sistemnya, menanamkan lapisan backdoor buatan khusus ciptaan tim sibernya, yang bekerja layaknya pengaw
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    70. Nice To Meet You

    Dylan hampir melanjutkan cumbuannya ke tahap yang lebih intim, namun momen itu pun pecah ketika suara bip dari ponsel Dylan kembali berbunyi. Ia segera melepas ciumannya, lalu bergegas meraih alat komunikasinya. Calla pun ikut mengintip, berusaha mengetahui apa yang terjadi. Sebuah hasil tracing muncul dan membuat Dylan menyipitkan mata. “Menarik… panggilan itu ternyata dialihkan. Dan jejak terakhirnya berasal dari seseorang di dalam lingkaran dalam Luxterra.” Calla pun sontak membeku. “Apa maksudmu? Orang dalam?” Dylan menoleh, wajahnya serius sekaligus misterius. “Ya. Dan aku sudah punya satu nama dalam daftar utamaku.” Ia mendekat ke Calla, suaranya rendah, hampir seperti desahan berbahaya. “Tapi untuk saat ini, kamu tidak perlu tahu siapa. Yang perlu kamu tahu hanya satu hal…” Tangannya menyentuh pipi Calla dengan ibu jarinya yang mengusap kulit lembut gadis itu. “…bahwa aku akan menyingkirkan siapa pun pengganggu itu, bahkan jika dia adalah orang terdekatmu sendir

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    69. Tidak Akan Diam

    Diserang dari segala arah. Itulah kenyataan yang sedang dihadapi oleh Dylan Asher saat ini. Dimulai dari kebocoran data keuangan Luxterra yang sudah ia perketat dengan sistem baru, lalu Samuel Wren si saksi kunci yang tiba-tiba bungkam karena ditekan pihak tak kasat mata. Penembakan terhadap mobil pribadinya di jalan tol beberapa hari lalu semakin jelas menunjukkan bahwa ini bukan sekadar permainan bisnis. Dan sekarang, musuhnya mulai menyerang titik terlemah yang paling ia lindungi. Calla. Dylan mengeratkan rahangnya ketika menatap layar monitor hitam dengan deretan kode. Ia sudah tahu tentang pria misterius yang menelepon Calla, tentang pesan ancaman itu, bahkan tentang foto yang dikirimkan. Karena sejak jauh hari, Dylan sudah mengambil langkah untuk berjaga-jaga. Calla mungkin tidak menyadarinya, tapi ponselnya tidak lagi “murni”, karena Dylan sudah menyabotase sistemnya, menanamkan lapisan backdoor buatan khusus ciptaan tim sibernya, yang bekerja layaknya pengaw

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    68. Telepon Misterius

    Calla telah kembali berada di ruang kerjanya. Ruangan itu tidak berubah. Masih berisi meja kayu elegan, kursi kerja yang empuk, tumpukan dokumen yang menunggu untuk diselesaikan, serta aroma kopi ringan yang masih tersisa dari pagi hari tadi. Namun bagi Calla, semuanya kini terasa berbeda. Ia menutup pintu dengan hati-hati, lalu menyandarkan punggungnya pada permukaan kayu pintu itu. Nafasnya teratur, tetapi dadanya bergemuruh dan bergejolak. 'Astaga… aku benar-benar sudah menjadi milik Dylan seutuhnya.' Pipinya memanas, dan tanpa sadar ia menepuk-nepuk kedua sisi wajahnya pelan. “Calla, sadar! Kamu di kantor, bukan di kamar pribadinya lagi.” Meski begitu, ingatan tentang tubuh Dylan yang melingkupi dirinya semalam membuat senyum tipis tak bisa ia sembunyikan. Ia segera menggeleng, memaksa dirinya untuk kembali fokus. “Profesional. Aku harus profesional,” gumamnya. Ia menyalakan laptop, membuka email dari divisi keuangan, lalu menyibukkan diri dengan tumpukan lapora

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    67. Milikku

    Calla menggeliat kecil di atas ranjang sebelum akhirnya membuka matanya. Ia sempat terkejut mendapati jam di dinding sudah lewat pukul dua belas siang. “Astaga…” gumannya lirih. Tubuhnya memang masih terasa lelah, tetapi terlalu lama berdiam di ruangan pribadi Dylan ini hanya akan membuatnya semakin malas. Dengan malas, ia pun akhirnya bangkit. Bath robe putih yang membungkus tubuhnya melorot sedikit, memperlihatkan kulit pucatnya yang kini penuh jejak merah cinta. Calla pun seketika mendengus dalam hati. Dasar laki-laki, mau sedingin dan sesibuk Dylan pun tetap saja akan kalah oleh tubuh wanita. Rasa nyeri di bagian bawah tubuhnya masih terasa, membuatnya berjalan agak pelan. “Beringas sekali…” bisiknya dengan pipi yang merona, ketika mengingat kembali bagaimana Dylan sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk bernapas saat bercinta. Ia lalu melihat pakaian kerjanya sudah disiapkan terlipat rapi di atas meja. Dengan cepat Calla menanggalkan bath robe, lalu kembali

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    66. Rahasia

    Langkah Dylan terhenti. Mata kelabunya menajam, rahangnya mengeras. “Kritis?” “Ya, Tuan. Padahal laporan terakhir menyebutkan kondisi kesehatan beliau stabil.” Seketika, dada Dylan mengeras oleh rasa tak tenang. Ia mengumpat dalam hati. Sial. Ini terlalu mendadak. Samuel Wren adalah salah satu kunci penting yang bisa membawanya pada dalang kebocoran informasi keuangan perusahaan. Dylan menarik napas dalam, mencoba menahan amarah yang bergolak. Damned. Seharusnya ia menjenguk Samuel lebih cepat. Seharusnya ia tidak menunda. “Cek semua rekaman CCTV di ruang rawat Samuel,” ujarnya datar tanpa menoleh, namun nadanya sarat perintah. Anderson yang berdiri beberapa langkah di belakangnya mengangguk cepat. “Baik, Tuan. Anda ingin laporan lengkap siapa saja yang keluar masuk sejak hari pertama?” “Tidak,” Dylan berbalik, menatap tajam ajudannya. “Aku ingin yang lebih spesifik. Saring orang-orang yang masuk tanpa alasan jelas. Mereka yang tidak memiliki kepentingan medis atau

  • Menggodamu Hingga Takluk Padaku    65. Dirty Talk

    Dylan menggendong tubuh Calla yang lemas keluar dari kamar mandi. Aroma sabun masih melekat di kulit lembut gadis itu bercampur samar dengan keharuman khas tubuhnya, yang membuat Dylan sulit untuk berpaling. Calla masih setengah sadar. Kelopak matanya terasa berat, namun ia tetap menggeliat kecil di dalam dekapan Dylan. Dengan langkah-langkah yang tenang, Dylan menurunkan Calla dengan perlahan di atas ranjang besar yang lembut. Seprai putih bergelombang menyambut tubuh mungil Calla, kontras dengan rambut panjangnya yang merah dan masih basah menempel di kulit pucatnya. Dylan mengambil handuk tipis, mengeringkan helai demi helai rambutnya dengan penuh kesabaran. Lalu ia memutuskan untuk mengambil hair dryer dari meja samping, kemudian duduk di tepi ranjang. Dengan gerakan hati-hati, ia mulai menyalakan mesinnya untuk mengeringkan rambut Calla. Saat angin yang hangat menyapu wajah gadis itu, Calla pun mendesah pelan dalam rasa nyaman. Antara sadar dan tidak, gadis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status