“Xieya! astaga, Tuan Muda Kedua ... tolong bawa anakku ke dalam,"
Han Xue Tian mengangguk singkat. "Baik, Permaisuri." Han Xue Tian menggendong tubuh Ran Xieya kemudian membawanya masuk ke kamar Permaisuri.
Han Xue Tian yang menggendong tubuh tak sadarkan diri Ran Xieya meletakkannya dengan pelan untuk berbaring disebuah kursi panjang yang berada disisi lain ruangan itu. Surai hitam Ran Xieya tergerai menutupi paras manisnya yang sedang tertidur. Jemari panjang Han Xue Tian dengan perlahan menepikan helaian rambut hitam Ran Xieya.
Lin May segera menggeserkan pintu kamar permaisuri. "Yang Mulia, kenapa tiba-tiba seperti ini," ucap Lin May kemudian sibuk mengurusi Ran Xieya.
“Permaisuri Ran Lan Hua." Han Xue Tian menunduk hormat ketika Permaisuri mendekati Ran Xieya.
Permaisuri duduk dipinggiran kasur. Ia menatap Ran Xieya yang masih terlelap kala itu. "A-Xie pasti kelelahan, Xue Tian bagaimana keadaan di luar istana?”
“Mahluk kegelapan sampai di pusat kota, Xue Tian diperintahkan kembali untuk menjaga istana utama." Han Xue Tian berucap dengan nada datarnya sembari melipat kedua tangannya kemudian berlutut hormat di depan Permaisuri.
Permaisuri bisa melihat kekhawatirannya terhadap Ran Xieya. Sang Permaisuri meraih puncak kepala Han Xue Tian dengan lembut. “Aku bisa melihat pancaran kekhawatiranmu pada Xieya," ucap Permaisuri.
“Hn.” Han Xue Tian mengangguk.
“Terima kasih sudah menolong Xieya," ucap Permaisuri.
“Yang mulia, Xue Tian akan kembali berjaga di depan istana.” Pemuda itu berucap dengan datar sembari melangkah pergi meninggalkan sang permaisuri.
Ran Xieya bangun dikeesokan harinya. Kedua kelopak matanya terbuka saat hari sudah mulai senja. Dia terperanjat setelah melihat keseluruh ruangannya, Ran Xieya mengingat jika dia sudah kembali ke kamar pribadinya. Dia pun menghela napas sembari berbaring kembali. "Kenapa kemarin aku tiba-tiba pingsan?" keluh Ran Xieya.
“Semuanya terasa buntu," gumam Ran Xieya.
Ran Xieya beranjak berdiri dari ranjang kasurnya. Dia mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Dia mengenakan jubah dalam berwarna putih dan jubah luar panjang berwarna hitam berbeda dengan sebelumnya. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai bebas. Ran Xieya hanya mengambil stick giok miliknya serta memasukkanya dibalik jubahnya itu.
Gadis manis itu berjalan di koridor istana. Sebenarnya dia tengah mencari Lin May. Ran Xieya tak sengaja melintasi aula utama. Dia mendengar keriuhan serta semua orang yang berkumpul di aula istana untuk menghadiri perjamuan. Sekali lagi kedua iris berlainan warna itu menubruk satu. Iris biru yang dingin bersama magenta cantik yang enggan berkedip.
“Xieya! kemari, masuk semua orang juga menunggumu," ajak suara Ran Rinyou sembari meraih pergelangan tangan Ran Xieya.
Ran Xieya diam tak bergeming berdiri diantara para pemimpin Klan yang tak satu pun dikenalinya.
Sang ayah yang duduk disingasananya tampak mengulas senyuman kepada putrinya itu. Raut wajah Raja tampak berbahagia kala Ran Xieya memasuki aula istana.
Ran Xieya malah tersenyum gugup. Ketika berjalan di depan Raja. "Ayah." Ran Xieya memberi hormat kepada sang raja kemudian terdiam kembali dengan kikuk.
“Tuan Putri Ran Xieya, saya pemimpin klan Shin Chen Ho, selamat atas kesembuhan Tuan Putri dari kutukan jiwa gelap.” Pria dewasa dengan jenggot panjangnya itu memberi hormat kepada Ran Xieya. Gadis itu pun membalas hormatnya sembari memamerkan senyuman yang manis.
Beberapa dari mereka ada yang berdehem. Tak akan menyangka sosok puteri yang dikurung selama lima tahun ini, memiliki kecantikan yang mempesona dari senyumannya.
“Tuan Putri Ran Xieya, kurasa kita sudah bertemu walaupun sebentar, Han Suiren Hua ini bersama Adik Han Xue Tian turut senang atas kesembuhan Tuan Puteri," ucap Pemimpin Klan Han, Pria berparas ramah bernama Han Suiren Hua. Pria itu berdiri bersebelahan bersama adiknya, Han Xue Tian yang memasang raut wajah datar sembari menatap lurus ke depan.
“Terima kasih pemimpin Klan Han Suiren Hua dan juga pemimpin klan Shin,” sahut Ran Xieya sembari membalas memberikan hormat. Di zaman ini sopan satu dan tata krama jadi nomor satu.
“Kurasa Xue Tian sudah bertemu dengan Anda, saya sangat kagum mendengar cerita Xue Tian jika Anda mahir seni berpedang.” Han Suiren Hua berucap seraya memberikan senyuman yang hangat.
Kedua mata magenta Ran Xieya membelalak. Ran Xieya melirik Han Xue Tian yang masih membungkam disamping Pemimpin Klan Han itu. “Ah, bukan, bukan, aku selamat juga berkat Tuan Muda Kedua Han Xue Tian, jika tidak segera membantuku mungkin aku tidak selamat,” ucap Ran Xieya. Dia terkekeh hambar seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Ran Xieya menatap Han Xue Tian yang terdiam disamping kakanya, melihat hal itu Ran Xieya tersenyum jahil. “Tuan Muda Kedua Han Xue kenapa tadi malam kau menarik tanganku? sakit sekali tahu, padahal katakan saja jangan memaksa begitu.” Ran Xieya mengatakan dengan nada yang dibuat-buat sembari memengangi pergelangan tangannya.
“Aku tidak," sahut Han Xue Tian dengan cepat.
“Xieya! hentikan," tegur Ran Rinyou sembari menyenggol lengan sang Adik.
“Xue Tian minta maaf dengan Putri Ran Xieya," suruh Han Suiren Hua.
"Maaf." Han Xue Tian berucap singkat.
Ran Xieya terkekeh puas karena berhasil menjahili Han Xue Tian. Ran Xieya tanpa sungkan menepuk-nepuk pundak Han Xue Tian di depan semua tamu perjamuan. “Santai saja Tuan Muda Kedua, aku ini kuat hal segitu sih bukan apa-apa hehe,” kekeh Ran Xieya.
Han Suiren Hua terkejut menatap tingkah Ran Xieya yang berani mendekati adiknya. Pria itu kemudian mendeham. “Saya senang ternyata Xue Tian bisa akrab dengan Anda, Yang Mulia," ucap Han Suiren Hua.
Saat ini Ran Xieya tak mencerminkan sikap anggun seorang Putri. Selain gaya busananya yang sudah menjadi bahan bisikan rombongan clan yang lainnya. Gaya bicaranya juga yang asal ceplas-ceplos menarik perhatian seluruh orang saat ini.
Ran Rinyou mengerutkan kedua alisnya sembari tersenyum canggung dengan orang yang memiliki pangkat tertinggi dari Han itu. Dia pun meraih lengan sang adik untuk segera duduk disampingnya “Mereka bisa mengiramu sudah berbuat macam-macam Xieya," omel sang kakak bahkan tak tanggung menjewer telinga sang Adik.
“Awww ... iya, iya aku minta maaf.” Ran Xieya berucap sembari mengiris kemudian memayunkan bibir ranumnya.
Raja dan Permaisuri dari kejauhan hanya bisa menggeleng sembari tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu. Raja kembali meladeni tamu yang juga menikmati perjamuan. Para tamu berasal dari kalangan bangsawan kemudian ada juga orang-orang terhormat dari perwakilan Klan lainnya.
Ran Xieya hanya duduk dengan bosan sembari memainkan ujung surai hitamnya. Dia terdiam sembari memerhatikan para tamu undangan. Di kala itu Ran Xieya merasakan lagi-lagi Ran Rinyou menyenggol lengannya.
“Kau itu perempuan, anggun sedikit, duduk tegap,” omel Ran Rinyou.
Ran Xieya menghela napas. “Aku bosan ... di mana Lin May, acara apa sih ini? perjamuan seperti pesta temu para orang kaya,” ucap Ran Xieya mengeluh.
Tiba-tiba saja terdengar keributan dari luar aula istana. Para Prajurit juga tampak berlarian melintasi pintu aula istana yang terbuka bahkan para tamu yang penasaran pun turut keluar begitu juga dengan Ran Xieya. Para prajurit tampak sedang mengerumuni sesuatu yang terpojok di halaman kebun istana.
“Awas ada siluman Rubah!” teriak Prajurit.
Kedua mata magenta Ran Xieya membulat sempurna. Ia mendekati kerumunan itu dengan cepat. Ran Xieya langsung menghadang para Prajurit yang tengah mengacungkan ujung tombak ke sosok rubah putih besar itu. "Hentikan! jangan menyerangnya!"
"Hentikan! jangan menyerangnya!" sergah Ran Xieya.Sorak keributan dari para pelayan itu berasal dari luar aula utama. Beberapa tamu yang penasaran pun turut keluar. “Baise!” teriak Ra Xieya pada Rubah itu. Ran Xieya tak bergeming karena melindungi sosok Rubah yang justru tampak jinak padanya padahal Rubah berukuran besar itu dua kali lipat darinya. Ran Rinyou bergegas mendekati kerumunan usai mendengar hal Ran Xieya memanggil nama rubah kesayangannya dengan setengah berteriak yang segera berlari. “Ran Xieya jangan mendekat ke sana!” teriak sang Kakak yang turut mencegahnya."Grrrghhhh," erang Rubat itu.Rubah itu tampak terpojok karena beberapa prajurit menodongnya dengan ujung tombak. Dia bisa saja menyerang namun Baise masih mengingat tuannya yang berhati lembut. Apalagi rubah itu melihat usaha Ran Xieya yang menghadang todongan ujung tombak yang mengarah padanya. “Sie! kamu tidak terluka, kan?" tanya Ran Xieya disela-sela terpojoknya. Ran Xieya berdiri di depan rubah putih beruk
"Apa ... apa kau mau menghakimiku juga?" tanya Ran Xieya dengan kedua mata berkaca-kaca. "Aku ... tidak ...," ucap Han Xue Tian tertahan karena menatap Ran Xieya hendak terisak lagi. Lin May baru tiba dengan langkah terbirit-birit. Pelayan itu memberi hormat pada Han Xue Tian. “Sudahlah Tuan Putri setelah para pemimpin clan berdiskusi kita bisa bertemu dengan Sie lagi," ucap Lin May sudah kewalahan menenangkan sang Putri yang terisak dengan tangisannya. Dia tak henti-hentinya mengelus pundak Ran Xieya. "Tuan Muda kedua Han, terima kasih sudah menghantar Putri Xieya kemari," ucap Lin May. "Hm." Han Xue Tian mengangguk. "Kalau begitu, selamat tinggal Xieya." Han Xue Tian berucap sembari meninggalkan Ran Xieya bersama Lin May. Lin May dan Ran Xieya lanjut berjalan memasuki kamarnya. Di sana lagi-lagi Ran Xieya cemas akan keberadaan Rubah putih itu. “Kalau dia disakiti oleh si Yu itu bagaimana?" rengek Ran Xieya. “Tidak akan, Lin May ini pasti yakin Han Suiren Hua dan Han Xue Tian
“Aku senang sekali adikku yang manis ini masih ingat nama gegenya,” kekeh Pemuda itu. Pria muda berambut perak panjang membingkai paras tampannya, kedua iris mata semerah darah dan bibir tipis yang tersungging senyuman dengan tahi lalat dibawahnya, tiga garis seiras Han Xue Tian tumbuh didahinya juga namun hanya berbeda warna, jika Han Xue Tian memiliki tanda berwarna biru cerah maka pemuda ini berwarna hitam pekat serta jubah hitam yang senada membalut tubuh tegapnya. Dibalik paras tampan yang terukir seringai yang tajam. Paras seiras Han Xue Tian yang lain muncul didepannya. Kegelapan amat mencintainya. Aura gelap yang mendominasi membuktikan jati dirinya yang sebenarnya. Teror yang sudah lima tahun lamanya tidak menganggu kedamaian negara aliansi. Sang Putra dari Klan Lian yang dijuluki sebagai Pangeran Iblis. “Aiya senang berjumpa kembali pemimpin clan Han, Han Suiren Hua! Kemarin kau itu hanya seorang murid wah sekarang sudah menjadi pemimpin ya, selamat, selamat." Pemuda itu
Rambut hitam Ran Xieya tergerai bebas dengan panjang. Ran Xieya tak memerdulikan riasan. Dia hanya memakai balutan jubah sederhana berwarna biru muda dengan motif anggrek putih disetiap ujung jubahnya. Ran Xieya sudah duduk berjam-jam didalam perpustakaan Ran. Ran Xieya mempelajari dunia yang dia tinggali saat ini.“Aku bahkan baru tahu nama kalau nama kerajaan ini Shizhu Ran Aiya ... kasihan sekali Ran Xieya harus menanggung malu karena semua kebodohanku jika orang lain sampai tahu.” Ran Xieya berucap sambil meringis kecil. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ran Xieya kembali membaca buku itu. Satu tumpukan gunung buku-buku lain yang ada disebelah kanan sudah menunggunya. Ran Xieya masih betah untuk duduk disana. Kini kedua mata magentanya sedang serius menatap satu halaman yang memuat informasi mengenai Kerajaan Shizu Ran. 'Klan Ran satu-satunya klan yang mempelajari ilmu alam dan pengobatan kemudian mempraktekkannya didalam kehidupan sehari-hari.”'Kerajaan Shizhu Ran
“Kau mau bilang jika Sang Kekacauan Malam Tak Berakhir, kembali muncul?” Han Xue Tian mengangguk. "Benar, Yang Mulia." “Kenapa dia tiba lebih cepat dari ramalan Shizhu Ran?” Kini Raja menjadi panik usai mendengar ucapan Han Xue Tian. Disaat hiruk pikuk keriuhan pada saat itu. Han Xue Tian langsung menduduki tubuhnya lagi ditengah-tengah aula utama. Kedua lututnya yang menghantam kerasnya lantai umbin sampai terdengar Bruk dengan keras. Seluruh mata tengah menatap ksatria langit bersalju yang tengah membungkuk menghadap sang kaisar Shizhu Ran. “Xue Tian ... tak perlu membungkuk.” Kaisar berucap sembari menatap heran Han Xue Tian. “Yang Mulia, izinkan aku untuk membawa Ran Xieya ke He Hua Han," ucap Han Xue Tian berlutut pada Kaisar. Sang Kaisar membelalakkan kedua matanya tak percaya dengan ucapan Han Xue Tian. Ran Rinyou juga tak kalah terkejutnya sementara sisanya para petinggi Klan hanya terbatuk kering berbeda dengan Ran Xieya hanya diam dengan raut wajah yang tenang. “Tak
Ran Xieya usai bergulat pendapat dengan para Tetua di Aula Istana kemudian memilih kembali ke perpustakaan. Gadis manis itu sedang menyoret-nyoret sesuatu menggunakan kuasnya. Kedua alisnya mengkerut. Tampaknya Gadis itu tengah menyelami aktivitasnya itu. “Hm, seingatku seperti ini sih,” gumam Ran Xieya seorang diri sembari terkekeh kecil. Tak berapa lama Lin May tiba dengan membawakan nampan berisi seteko teh yang mengepul dan beberapa cemilan kue beras. "Yang Mulia Putri Xieya," ucap Lin May seraya meletakkan kue beras itu. “Ah, Lin May, Kebetulan sekali aku lapar!” Ran Xieya menjerit girang. seraya menyunggingkan senyuman manisnya. Lin May yang saat itu baru meletakkan nampannya diatas meja belajar hanya bisa menggeleng. “Tuan Putri melewatkan makan siang maka dari itu, Permaisuri mencari tuan Putri kemana-mana?” Lin May menuangkan teh hangat pada cangkir keramik. Ia suguhkan untuk Ran Xieya. Tadinya Ran Xieya hendak menyuapi sepotong kue beras kedalam mulutnya. Tiba-tiba saja
“Dia juga melindungi siluman jadi-jadian,” imbuh Yuu tak mau mengalah. Ia tersenyum dengan seringai diwajahnya. "Memelihara siluman seperti teknik ilmu iblis, apakah kau berusaha membelot lagi?" tuduh Yu.“Ayah tidak lupa bukan jika Ran Xieya menolak perjodohannya dengan Han Xue Tian lima tahun yang lalu. Paman Han Changyi sendiri yang akan menjodohkan Han Xue Tian denganku.” Satu lagi tuduhan Alin dengan suara cemprengnya membuat suasana jadi semakin runyam untuk Ran Xieya. Ran Xieya tersenyum canggung sembari menoleh kepada Sang Permaisuri “Ibu ... apakah semua perkataan mereka itu benar?” tanya Ran Xieya yang tak punya ingatan Ran Xieya asli ini.“Xieya jelaskan!” bentak Sang Raja. Aih? apa ... apa yang mau aku jelaskan? ingat saja tidak, batin Ran Xieya. Ran Xieya mendeham sementara ia sudah menatap kesal saudara-saudar tiri dari Selir yang sedang menertawakannya dengan puas. Kedua putra dan kedua putri dari Selir tampak puas dengan kekalahan Ran Xieya ini. “Baiklah," ucap Ran
Di lain tempat. Ran Xieya bersama Han Xue Tian yang tengah bergulat dengan pikiran masing-masing tapi kemudian Ran Xieya angkat bicara. Ia memiliki ide untuk membuatnya berbincang berdua saja dengan Han Xue Tian. “Baise, bisakah kau carikan Lin May untukku, katakan padanya untuk membuatkanku teh hangat lagi," suruh Ran Xieya. Pemuda manis itu segera mengangguki ucapan Ran Xieya. "Baik, Yang Mulia." Disinilah mereka sekarang. Ran Xieya duduk diseberangan Han Xue Tian yang duduk bersila dengan tegap. Tampan dan berwibawa, itulah sosok ksatria langit bersalju yang selalu memasang raut wajah datarnya. “Aku sengaja menyuruh Baise pergi agar kita bisa berbincang berdua. Sejujurnya ada hal yang ingin kutanyakan padamu.” Ran Xieya memainkan ujung tusuk rambut gioknya. Dia sendiri sedikit malu untuk menatap paras tampan Han Xue Tian yang menatapnya. “Katakan," perintah Han Xue Tian. Ran Xieya langsung bertanya. “Apa yang dikatakan Alin itu benar?” “Hn.” Terdengar Han Xue Tian yang ber