Share

Episode 7

“Xieya! astaga, Tuan Muda Kedua ... tolong bawa anakku ke dalam," 

Han Xue Tian mengangguk singkat. "Baik, Permaisuri." Han Xue Tian menggendong tubuh Ran Xieya kemudian membawanya masuk ke kamar Permaisuri.

Han Xue Tian yang menggendong tubuh tak sadarkan diri Ran Xieya meletakkannya dengan pelan untuk berbaring disebuah kursi panjang yang berada disisi lain ruangan itu. Surai hitam Ran Xieya tergerai menutupi paras manisnya yang sedang tertidur. Jemari panjang Han Xue Tian dengan perlahan menepikan helaian rambut hitam Ran Xieya.

Lin May segera menggeserkan pintu kamar permaisuri. "Yang Mulia, kenapa tiba-tiba seperti ini," ucap Lin May kemudian sibuk mengurusi Ran Xieya.

“Permaisuri Ran Lan Hua." Han Xue Tian menunduk hormat ketika Permaisuri mendekati Ran Xieya. 

Permaisuri duduk dipinggiran kasur. Ia menatap Ran Xieya yang masih terlelap kala itu. "A-Xie pasti kelelahan, Xue Tian bagaimana keadaan di luar istana?”

“Mahluk kegelapan sampai di pusat kota, Xue Tian diperintahkan kembali untuk menjaga istana utama." Han Xue Tian berucap dengan nada datarnya sembari melipat kedua tangannya kemudian berlutut hormat di depan Permaisuri.

Permaisuri bisa melihat kekhawatirannya terhadap Ran Xieya. Sang Permaisuri meraih puncak kepala Han Xue Tian dengan lembut. “Aku bisa melihat pancaran kekhawatiranmu pada Xieya," ucap Permaisuri.

“Hn.” Han Xue Tian mengangguk.

“Terima kasih sudah menolong Xieya," ucap Permaisuri.

“Yang mulia, Xue Tian akan kembali berjaga di depan istana.” Pemuda itu berucap dengan datar sembari melangkah pergi meninggalkan sang permaisuri.

Ran Xieya bangun dikeesokan harinya. Kedua kelopak matanya terbuka saat hari sudah mulai senja. Dia terperanjat setelah melihat keseluruh ruangannya, Ran Xieya mengingat jika dia sudah kembali ke kamar pribadinya. Dia pun menghela napas sembari berbaring kembali. "Kenapa kemarin aku tiba-tiba pingsan?" keluh Ran Xieya.

“Semuanya terasa buntu," gumam Ran Xieya. 

Ran Xieya beranjak berdiri dari ranjang kasurnya. Dia mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Dia mengenakan jubah dalam berwarna putih dan jubah luar panjang berwarna hitam berbeda dengan sebelumnya. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai bebas. Ran Xieya hanya mengambil stick giok miliknya serta memasukkanya dibalik jubahnya itu.

Gadis manis itu berjalan di koridor istana. Sebenarnya dia tengah mencari Lin May. Ran Xieya tak sengaja melintasi aula utama. Dia mendengar keriuhan serta semua orang yang berkumpul di aula istana untuk menghadiri perjamuan. Sekali lagi kedua iris berlainan warna itu menubruk satu. Iris biru yang dingin bersama magenta cantik yang enggan berkedip.

“Xieya! kemari, masuk semua orang juga menunggumu," ajak suara Ran Rinyou sembari meraih pergelangan tangan Ran Xieya. 

Ran Xieya diam tak bergeming berdiri diantara para pemimpin Klan yang tak satu pun dikenalinya.

Sang ayah yang duduk disingasananya tampak mengulas senyuman kepada putrinya itu. Raut wajah Raja tampak berbahagia kala Ran Xieya memasuki aula istana.

Ran Xieya malah tersenyum gugup. Ketika berjalan di depan Raja. "Ayah." Ran Xieya memberi hormat kepada sang raja kemudian terdiam kembali dengan kikuk.

“Tuan Putri Ran Xieya, saya pemimpin klan Shin Chen Ho, selamat atas kesembuhan Tuan Putri dari kutukan jiwa gelap.” Pria dewasa dengan jenggot panjangnya itu memberi hormat kepada Ran Xieya. Gadis itu pun membalas hormatnya sembari memamerkan senyuman yang manis.

Beberapa dari mereka ada yang berdehem. Tak akan menyangka sosok puteri yang dikurung selama lima tahun ini, memiliki kecantikan yang mempesona dari senyumannya.

“Tuan Putri Ran Xieya, kurasa kita sudah bertemu walaupun sebentar, Han Suiren Hua ini bersama Adik Han Xue Tian turut senang atas kesembuhan Tuan Puteri," ucap Pemimpin Klan Han, Pria berparas ramah bernama Han Suiren Hua. Pria itu berdiri bersebelahan bersama adiknya, Han Xue Tian yang memasang raut wajah datar sembari menatap lurus ke depan.

“Terima kasih pemimpin Klan Han Suiren Hua dan juga  pemimpin klan Shin,” sahut Ran Xieya sembari membalas memberikan hormat. Di zaman ini sopan satu dan tata krama jadi nomor satu. 

“Kurasa Xue Tian sudah bertemu dengan Anda, saya sangat kagum mendengar cerita Xue Tian jika Anda mahir seni berpedang.” Han Suiren Hua berucap seraya memberikan senyuman yang hangat.

Kedua mata magenta Ran Xieya membelalak. Ran Xieya melirik Han Xue Tian yang masih membungkam disamping Pemimpin Klan Han itu. “Ah, bukan, bukan, aku selamat juga berkat Tuan Muda Kedua Han Xue Tian, jika tidak segera membantuku mungkin aku tidak selamat,” ucap Ran Xieya. Dia terkekeh hambar seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Ran Xieya menatap Han Xue Tian yang terdiam disamping kakanya, melihat hal itu Ran Xieya tersenyum jahil. “Tuan Muda Kedua Han Xue kenapa tadi malam kau menarik tanganku? sakit sekali tahu, padahal katakan saja jangan memaksa begitu.” Ran Xieya mengatakan dengan nada yang dibuat-buat sembari memengangi pergelangan tangannya.

“Aku tidak," sahut Han Xue Tian dengan cepat.

“Xieya! hentikan," tegur Ran Rinyou sembari menyenggol lengan sang Adik.

“Xue Tian minta maaf dengan Putri Ran Xieya," suruh Han Suiren Hua. 

"Maaf." Han Xue Tian berucap singkat. 

Ran Xieya terkekeh puas karena berhasil menjahili Han Xue Tian. Ran Xieya tanpa sungkan menepuk-nepuk pundak Han Xue Tian di depan semua tamu perjamuan. “Santai saja Tuan Muda Kedua, aku ini kuat hal segitu sih bukan apa-apa hehe,” kekeh Ran Xieya. 

Han Suiren Hua terkejut menatap tingkah Ran Xieya yang berani mendekati adiknya. Pria itu kemudian mendeham. “Saya senang ternyata Xue Tian bisa akrab dengan Anda, Yang Mulia," ucap Han Suiren Hua.

Saat ini Ran Xieya tak mencerminkan sikap anggun seorang Putri. Selain gaya busananya yang sudah menjadi bahan bisikan rombongan clan yang lainnya. Gaya bicaranya juga yang asal ceplas-ceplos menarik perhatian seluruh orang saat ini.

Ran Rinyou mengerutkan kedua alisnya sembari tersenyum canggung dengan orang yang memiliki pangkat tertinggi dari Han itu. Dia pun meraih lengan sang adik untuk segera duduk disampingnya “Mereka bisa mengiramu sudah berbuat macam-macam Xieya," omel sang kakak bahkan tak tanggung menjewer telinga sang Adik.

“Awww ... iya, iya aku minta maaf.” Ran Xieya berucap sembari mengiris kemudian memayunkan bibir ranumnya.

Raja dan Permaisuri dari kejauhan hanya bisa menggeleng sembari tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu. Raja kembali meladeni tamu yang juga menikmati perjamuan. Para tamu berasal dari kalangan bangsawan kemudian ada juga orang-orang terhormat dari perwakilan Klan lainnya. 

 Ran Xieya hanya duduk dengan bosan sembari memainkan ujung surai hitamnya. Dia terdiam sembari memerhatikan para tamu undangan. Di kala itu Ran Xieya merasakan lagi-lagi Ran Rinyou menyenggol lengannya.

“Kau itu perempuan, anggun sedikit, duduk tegap,” omel Ran Rinyou.

Ran Xieya menghela napas. “Aku bosan ... di mana Lin May, acara apa sih ini? perjamuan seperti pesta temu para orang kaya,” ucap Ran Xieya mengeluh. 

Tiba-tiba saja terdengar keributan dari luar aula istana. Para Prajurit juga tampak berlarian melintasi pintu aula istana yang terbuka bahkan para tamu yang penasaran pun turut keluar begitu juga dengan Ran Xieya. Para prajurit tampak sedang mengerumuni sesuatu yang terpojok di halaman kebun istana. 

“Awas ada siluman Rubah!” teriak Prajurit.

Kedua mata magenta Ran Xieya membulat sempurna. Ia mendekati kerumunan itu dengan cepat. Ran Xieya langsung menghadang para Prajurit yang tengah mengacungkan ujung tombak ke sosok rubah putih besar itu. "Hentikan! jangan menyerangnya!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status